Masuk Daftar
My Getplus

Thomas Nussy versus Anak Cik Di Tiro

Prajurit yang susah diatur di tangsi ini  adalah jagoan di medan tempur.

Oleh: Petrik Matanasi | 09 Apr 2024
Thomas Nussy (Ilustrasi: Yusuf "Gondrong"/Historia)

Dari Ambon laki-laki berusia 68 tahun itu harus naik kapal. Setelah berhari-hari perjalanan, kapalnya akhirnya tiba di Surabaya pada pagi 25 April 1940. De Indische Courant tanggal 25 April 1940 memberitakan kedatangannya itu. Laki-laki tua itu bukan orang sembarangan  meski dia bukan bekas pejabat ataupun orang Belanda.

Dia satu dari Drie Musketier (Three Musketeer) dari tentara kolonial Koninklijk Nederlandsch Indische Leger (KNIL) lantaran dia satu dari tiga serdadu KNIL non-Belanda yang pernah mendapatkan bintang ksatria Ridder Militaire Willemsorde (MWO) kelas tiga. Laki-laki itu adalah Thomas Nussy, anggota KNIL dengan nomor stamboek 40434. Thomas Nussy yang pensiun dari KNIL sebagai sersan, berkarir sejak era 1890-an ketika Perang Aceh masih berkecamuk.

“Nussy dilahirkan dalam tahoen 1872 di Amahusu, dan masuk militer dalam tahun 1892. Anak muda itu bukanlah orang yang baik kelakuannya. Rupanya ia tidak bersenang hati hidup dalam tangsi. Atjap kali benar ia melanggar berbagai-bagai aturan yang telah ditetapkan. Dia amat suka hidup bebas dan banyak bekerja,” catat pensiunan Letnan Kolonel KNIL LF van Gent dalam buku Nederland-Ambon.

Advertising
Advertising

Pada 1901, Nussy masih menjadi seorang Marsose, pasukan khusus KNIL, di daerah Pedir, Aceh. Sekitar 26 Juli di tahun yang sama, pasukan KNIL bergerak mengejar para pejuang Aceh. Nussy ikut mengejar orang-0rang Aceh itu bergerak ke sebuah kubu pertahanannya yang menjadi benteng orang-orang Aceh itu.

“Nussy pun dapat masuk ke dalam benteng itu dan dialah pula yang pertama sampai ke dalamnya. Dalam perkelahian di dalam benteng itu dapatlah ia menangkis segala serangan yang didatangkan musuh kepadanya, bahkan dapat pula ia merambah beberapa orang musuh,” sambung Gent.

Pada akhir 1901, Nussy ikut paskan Sersan Amad Kastam. Dalam pertempuran 31 Desember 1901, Nussy terlibat perkelahian klewang lagi dengan orang-orang Aceh. Marsose umumnya punya keterampilan bertarung dengan klewang.

Antara April-Mei 1910, Nussy ikut serta dalam pengejaran terhadap Peutua Gam Masen, Teungku Cik Mayet, dan Teungku Di Bukit. Teungku Cik Mayet adalah putra dari Teungku Cik Di Tiro. Pengejaran dimulai sejak 23 April 1910 dan pada 2 Mei 1910, ketika perbekalan menipis, sesuatu terjadi.

Pasukan pengejar KNIL itu menemukan ladang ketela. Di sana ada seorang laki-laki dan dua perempuan saja. Ketika ladang itu dikepung, salah seorang laki-laki Aceh yang ada di ladang itu berteriak dan menyerang pasukan KNIL itu. Di sini Nussy melawan laki-laki Aceh tersebut. Laki-laki Aceh itu tertikam. Rupanya laki-laki Aceh yang gugur itu adalah Peutua Gam Masen.

Pasukan yang perbekalannya menipis itu kemudian makan ketela di tempat Gam Masen terbunuh. Ketika berjalan kembali ke kemah mereka, pasukan yang diikuti Nussy itu bertemu enam orang Aceh bersenjata. Perburuan kembali dimulai. Ketika terlihat empat orang Aceh yang sebelumnya mereka temui, tembak-menembak terjadi. Tiga orang Aceh dirobohkan dan satu orang Aceh berhasil lolos. Pasukan KNIL itu lalu berhasil mendekati tempat persembunyian orang-orang Aceh yang jumlahnya lebih banyak. 

Ketika datang, pasukan KNIL itu ditembaki orang Aceh. Nussy berhasil memanjat tebing di dekat air terjun. Dari atas, Nussy menembaki lawan-lawannya. Beberapa orang dia robohkan. Di tempat itu 11 orang Aceh terbunuh, namun banyak yang kabur. Nussy kemudian ikut mengejar selama berjam-jam. Ketika lawannya tak terlihat, Nussy berhasil menemukan jejak lawan-lawannya. Pengejaran kembali dilakukan.

Sektiar pukul 11 siang, orang-orang Aceh berhasil ditemukan. Pertarungan kembali terjadi. Pasukan KNIL yang terlatih itu menang.

Setelah pengejaran itu selesai dan pasukan KNIL mulai istirahat, datang kabar bahwa di antara yang terbunuh dalam pertarungan di sekitar air terjun, terdapat Teungku Di Bukit. Keberanian dan kecakapan Nussy dalam pertempuran itu pun dipuji.

“Ia amat pandai mencari jejak musuh. Tidak ada serdadu yang berbuat jasa sebesar dia dalam mencari dan menangkap orang buruan,” terang Gent.

Lantaran dianggap berjasa besar, seperti diberitakan De Courant tanggal 3 Juni 1911,  pemerintah kolonial menganugerahi Nussy bintang ksatria MWO kelas tiga berdasarkan Koninklijk Besluit nomor 46 tanggal 31 Mei 1911. Umumnya, orang pribumi hanya menerima MWO kelas empat. Dua orang Indonesia lain yang menerima MWO kelas tiga sebelum 1942 adalah Habel Salaawono dan Jesajas Pongoh.

TAG

knil sejarah-aceh

ARTIKEL TERKAIT

Ibu dan Kakek Jenifer Jill Siapa Penembak Sisingamangaraja XII? Hukuman Penculik Anak Gadis Dulu Para Sersan Berserikat Pengawal Raja Charles Dilumpuhkan Orang Bali Pengawal Raja Charles Masuk KNIL Setelah Gerard van Daatselaar Ditawan Kombatan Minahasa dalam Serangan Umum Persahabatan Sersan KNIL Boenjamin dan dr. Soemarno Sejumput Kisah Sersan Baidin