Masuk Daftar
My Getplus

Saat Brigjen Djasmin Dikata Pengkhianat

Jadi tentara sejak 1945, wakil danjen korps baret merah ini pernah ditunjuk-tunjuk wajahnya oleh bawahannya yang emosi.

Oleh: Petrik Matanasi | 11 Apr 2024
Pasukan RPKAD, pendahulu Kopassandha tempat Brigjen Djasmin dituding berkhianat oleh bawahannya. (IPPHOS)

Suatu hari di Kariango, dekat kota Makassar, Kolonel Sintong Pandjaitan bertemu dengan Brigadir Jenderal Djasmin. Djasmin selaku Wakil Komandan Jenderal (Wadanjen) Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) sedang menginspeksi pasukan Grup 3 Para Komando Kopassandha, yang dikomandani Sintong. Ketika bertemu, Djasmin yang hampir pensiun itu mencurahkan kekesalannya.

“Prabowo sudah lain sekarang, karena ia dekat dengan Soeharto,” kesah Djasmin kepada Sintong, seperti diceritakan Hendro Subroto dalam Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.

Nama Djasmin memang tak populer lantaran tak banyak catatan tentangnya. Namun, ia ikut berjuang ketika Perang Kemerdekaan. Harsya Bachtiar dalam Siapa Dia Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat menyebut Djasmin lahir tahun 1928. Sejak 1980 dia menjadi Wadanjen Kopassandha.

Advertising
Advertising

Djasmin terlibat dalam pembersihan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) di Bali sekitar Desember 1965.

“Komandan kontingen pasukan RPKAD yang dikirim ke Bali adalah Mayor Djasmin,” catat John Roosa dalam Riwayat Terkubur: Kekerasan Antikomunis 1965-1966 di Indonesia.

John Roosa menyebut Djasmin di bawah komando langsung Komandan RPKAD –pendahulu Kopassandha– Kolonel Sarwo Edhi Wibowo.

“Kami melihat kepala-kepala di pinggir jalan,” kata Djasmin dalam kesaksiannya, dikutip Ken Conboy dalam Kopassus Inside Indonesia's Special Forces.

Semasa di Bali, pasukan baret merah itu bukan pelaku utama atas pembuhan-pembunuhan tersebut. Sebagaimana pemerintah Hindia Belanda dulu yang menerapkan indirect rule, RPKAD menggunakan milisi dari orang-orang Partai Nasional Indonesia (PNI) bernama Tameng menjadi ujung tombaknya.

Bila di Jawa PNI hampir sama dengan PKI, dibasmi, di Bali PNI ikut menumpas PKI. Beberapa remaja yang terkait dengan organisasi PNI juga terlibat pembersihan. “Di sana anak-anak melakukan beberapa pembunuhan,” kata Djasmin.

Banyak remaja laki-laki yang menjadi anggita organisasi underbouw PNI menyaksikan pembantaian tersebut. Dalam memoarnya Wartawan Jadi Pendeta, Putu Setia mengaku melihat langsung pembunuhan pada pada 1965. Bahkan, pecutnya dipakai kawan-kawannya dalam masa berdarah itu.

Dalam operasinya, Mayor Djasmin berkoordinasi langsung dengan komandan KOREM di Bali. Dengan demikian, Pangdam Udayana Brigadir Jenderal Syafiudin yang membawahi Bali dilangkahi. Tulang punggung operasinya adalah KODIM-KODIM.

Ketika tangan Mayor Djasmin berlumur darah di Bali pada 1965-1966 itu, Prabowo masih usia SMP. Ketika Prabowo baru pulang ke Indonesia dan akhirnya masuk satuan baret merah, Djasmin terus naik kariernya sampai akhirnya menjadi wadanjen.

Saat menjadi wadanjen itulah Djasmin dipermalukan juniornya yang jauh lebih muda tadi. Ia “curhatkan” perasaannya itu kepada Sintong. Sintong sebagai yang lebih muda hanya mendengarkan keluh kesah Djasmin.

Ceritanya, waktu itu Kapten Prabowo Subianto curiga pada Letnan Jenderal Leonardus Benjamin Moerdani yang katanya akan kudeta. Bahkan kecurigaan itu mendorong yang bersangkutan menggerakkan pasukan dari Detasemen Penanggulangan Teror (Gultor), namun dihalangi komandan satuan tersebut, yakni Mayor Luhut Binsar Panjaitan.  

“Bahkan Prabowo sampai melompati pagar rumah saya,” tambah Djasmin, yang seolah adalah orang berbahaya yang harus dimata-matai. 

Djasmin tidak mendukung apa yang dilakukan Prabowo terhadap Benny Moerdani. Konon, Prabowo hendak mengamankan Benny dan beberapa jenderal lain  dengan menggunakan pasukan yang dipimpin Luhut tersebut. Karena pendiriannya, Djasmin kemudian dituduh kurang setia kepada bangsa dan negara.

“Saya sudah menderita sejak perjuangan kemerdekaan 1945 tetapi Prabowo menuduh saya kurang setia kepada negara dan bangsa sambil menuding-nudingkan telunjuk jarinya ke arah wajah saya. Luhut juga ada di situ. Malahan Luhut yang menurunkan tangan Prabowo yang menuding-nuding ke wajah saya,” tambah Djasmin yang dilihat Sintong betapa sakit hatinya pada Prabowo muda itu.

TAG

rpkad kopassus prabowo subianto benny moerdani sintong panjaitan

ARTIKEL TERKAIT

Kisah Kaki Prabowo Muda Yusman Sudah Komando Sebelum Sekolah Perwira Nasib Dading Kalbuadi Setelah Berangkat ke Timor Timur Dari Banteng Raiders ke Baret Merah Kala Prajurit TNI Memenuhi Panggilan Tugas Kipasko, Pasukan Komando Pertama di Indonesia Desersi TNI di Palagan Minahasa Balada Benny dengan Baret Merahnya Sintong Dikerjai Tape Recorder Kala Berupaya Merebut RRI Baret Merah Bikin Inggris Berdarah-darah