Masuk Daftar
My Getplus

Jenderal-jenderal dari Minahasa

Tiga orang Minahasa telah menjadi panglima pada 1950-an. Namun, baru pada 1965 ada orang Minahasa jadi jenderal.

Oleh: Petrik Matanasi | 28 Jan 2023
Brigadir Jenderal TNI Hein Victor Worang seusai dilantik menjadi gubernur Sulawesi Utara pada 2 Maret 1967. (Dok. Keluarga H.V. Worang).

Pada 1950-an, setidaknya ada dua orang Minahasa yang menjadi panglima dalam ketentaraan Indonesia. Kolonel Alex Evert Kawilarang menjadi panglima Tentara dan Teritorium III Jawa Barat (Siliwangi) berkedudukan di Bandung, dan Letnan Kolonel Jacob Frederik Warouw alias Joop Warouw yang menjadi panglima Tentara dan Teritorium VII Indonesia Timur (Wirabuana) berkedudukan di Makassar, yang wilayahnya sangat luas dibanding yang lain.

Alex Kawilarang lahir pada 23 Februari 1920. Bekas perwira KNIL ini bergabung dengan tentara Indonesia sejak 1945. Sementara Joop Warouw, yang lahir pada 8 September 1917, juga bekas prajurit zeni KNIL bagian lampu sorot. Ia sempat jadi tawanan Jepang. Sejak 1945, ia berjuang membela Indonesia.

Joop Worouw tercatat dalam kartu tawanan perang berpangkat prajurit dua di KNIL. Ketika ditawan, ia tinggal di daerah Tambaksari, Surabaya, berdinas di batalyon zeni Divisi III KNIL.

Advertising
Advertising

Baca juga: Orang Batak Jadi Jenderal

Joop Worouw anak serdadu KNIL, Zacharias Kawengian Warouw dengan Carolina Paulina Rumerung. Begitu pula Alex Kawilarang, anak serdadu KNIL Mayor Alexander Herman Hermanus Kawilarang yang tewas tenggelam dalam insiden kapal Junyo di Muko-muko pada 19 September 1944.

Alex Kawilarang dan Joop Warouw menjadi panglima hanya sampai 1956. Barbara Sillars Harvey dalam Permesta: Pemberontakan Setengah Hati menyebut Alex Kawilarang dipindahkan ke Washington sebagai atase militer untuk Amerika Serikat. Sedangkan Joop Warouw digeser ke Beijing pada tahun yang sama sebagai atase militer untuk Republik Rakyat Tiongkok. Joop Warouw digantikan oleh Letnan Kolonel Herman Nicolaas Ventje Sumual sebagai panglima Wirabuana.

Baca juga: Jenderal Ambon Generasi Pertama di TNI

Ketika Ventje Sumual jadi panglima terjadi pergolakan di Sulawesi. Mula-mula ada piagam Permesta yang ditandatangani tokoh-tokoh di Sulawesi. Namun, Permesta kemudian menjadi perlawanan kepada pemerintah pusat. Alex Kawilarang dan Joop Warouw yang berada jauh dari kampung halamannya pun dipandang bagian dari Permesta. Joop Warouw tentu saja diajak.

“Ia bergabung atas bujukan Daan Eduard Mogot, bekas mayor TNI, komandan Komando Militer Kota (KMK) Manado yang jadi pengusaha,” kata sejarawan Minahasa, Bode Talumewo.

Ketika keadaan menjadi parah karena tidak ada penyelesaian yang baik antara pusat dan daerah, aksi bersenjata pun terjadi antara kedua belah pihak.

“Kemudian, ketika Manado dibom, otomatis ia dan Kawilarang tergerak hatinya untuk membela tanah leluhurnya. Mereka tiba di Manado pertengahan Maret 1958,” kata Bode.

Baca juga: Alex Kawilarang, Kisah Patriot yang Dicopot

Alex Kawilarang, Joop Warouw, dan Ventje Sumual menjadi pemimpin penting Permesta. Namun, Joop Warouw terbunuh pada 1960 dan setelahnya Permesta melemah. Pergolakan Permesta membuat karier tiga bekas panglima itu tamat. Karier tantara dari daerah yang bergolak itu pun cenderung tidak begitu baik.

Tentu saja ada perwira menengah berdarah Minahasa yang tidak ikut Permesta. Salah satunya Letnan Kolonel Hein Victor Worang yang pernah menjadi komandan infanteri di Lampung. Setelah Permesta meletus, menurut Harsya Bachtiar dalam Siapa Dia Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, pria kelahiran 12 Maret 1919 itu diparkir sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) RI dari 1960 hingga 1966.

“Hein Worang adalah orang Minahasa pertama yang menjadi jenderal,” kata Bode.

Ch. A. Rondonuwu dalam Potret Diri H.V. Worang, Profil Anak Tani menyebut H.V. Worang dengan pangkat brigadir jenderal menjabat Komandan Korps Markas Staf Angkatan Bersenjata Departemen Pertahahan dan Keamanan (Dankorma Hankam) yang berkedudukan di Jakarta pada 1965–1967.

Setelah itu, H.V. Worang menjabat gubernur Sulawesi Utara (1967–1978). Ia pensiun dari militer dengan pangkat mayor jenderal.

Setelah H.V. Worang, perwira Minahasa lain yang jadi jenderal adalah Frans Eddy Thanos Kaunang (1921–2003) dan Brigadir Jenderal TNI Willy Lasut yang pernah sebentar menjadi gubernur Sulawesi Utara ketika harga cengkih bagus.

Baca juga: Pamflet Gelap di Malam Natal Menyerang HV Worang

Sementara di Angkatan Laut, ada Fritz Suak. Majalah Kawanua, 1 Januari 1968 menyebut sekitar 1968, Fritz Suak sudah mencapai pangkat komodor, yang kala itu setara dengan laksamana pertama Angkatan Laut atau brigadir jenderal Angkatan Darat saat ini.

Di Angkatan Udara, pada 1965 ada Letnan Kolonel Sylvester Charles Lantang. Dalam Riwayat Hidup Anggota-anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Hasil Pemilihan Umum 1971 disebutkan Charles Lantang lahir di Surabaya pada 11 Desember 1926. Pada 1945, ia menjadi anggota Laskar Pemuda Sulawesi lalu menjadi anggota ALRI di Lawang pada 1946. Setelah tahun 1971, ia menjadi marsekal pertama di AURI, yang setara dengan brigadir jenderal.

Setelah tahun 1970, jumlah jenderal berdarah Minahasa bertambah di ABRI. Di antaranya Letnan Jenderal TNI Arie Jeffry Kumaat yang pernah menjadi kepala Badan Intelijen Negara, Mayor Jenderal TNI Glenny Kairupan yang pernah di penerbangan Angkatan Darat, dan Letnan Jenderal TNI Johnny Lumintang yang pernah sehari jadi panglima Kostrad.

Hingga saat ini belum ada satu pun jenderal dari Minahasa yang menjadi orang nomor satu di Angkatan Darat. Namun, di Angkatan Laut, ada Laksamana TNI Rudolf Kasenda dan Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh yang pernah menjabat Kepala Staf Angkatan Laut.*

TAG

tni ad sulawesi utara minahasa

ARTIKEL TERKAIT

Buronan Singapura Lari Ke Gorontalo Riwayat Empat Daan Mogot Peristiwa Merah Putih di Hari Valentine Arnold Mononutu, Putra Minahasa jadi Pahlawan Nasional Jenderal Belanda Tewas di Lombok Letnan Rachmatsyah Rais Gugur saat Merebut Tank Belanda Dulu Tentara Kudeta di Medan Protes Sukarno soal Kemelut Surabaya Diabaikan Presiden Amerika Sebelum Jenderal Symonds Tewas di Surabaya Mahasiwa yang Menolak Militerisme Jadi Orang Sukses