Masuk Daftar
My Getplus

Propaganda Wortel Inggris Melawan Jerman dalam Perang Dunia II

Pada masa Perang Dunia II, penerbang RAF Inggris dengan bantuan radar udara berhasil melumpuhkan puluhan pesawat pengebom Nazi Jerman. Agar teknologi radar udara tak diketahui musuh, Inggris menyebarkan rumor bahwa para penerbang gemar makan wortel sehingga penglihatannya tajam untuk mengindetifikasi pesawat musuh.

Oleh: Amanda Rachmadita | 31 Des 2024
Poster propaganda wortel yang menampilkan karakter animasi ''Doctor Carrot'' di masa Perang Dunia II. (Sam Willis & James Daybell, Histories of the Unexpected: World War II).

SUDAH menjadi pengetahuan umum bahwa mengonsumsi wortel baik untuk kesehatan mata. Berangkat dari manfaat sayuran berwarna oranye yang mengandung Vitamin A itu, tersebar rumor di masyarakat Inggris pada masa Perang Dunia II bahwa wortel juga dapat meningkatkan kemampuan melihat dalam gelap.

Rumor tersebut berkaitan dengan pengembangan teknologi penting yang memungkinkan pasukan Inggris dapat mengantisipasi serangan Nazi Jerman selama serangan kilat (Blitzkrieg) tahun 1940. Ketika itu, pesawat-pesawat Luftwaffe sering melakukan serangan dalam kegelapan. Untuk mempersulit pesawat-pesawat Jerman itu mencapai target, Inggris memadamkan listrik di berbagai kota.

Menurut sejarawan Inggris Sam Willis dan James Daybell dalam Histories of the Unexpected: World War II, pemadaman listrik berskala besar yang diberlakukan pemerintah Inggris membuat pekerjaan para penerbang Royal Air Force (RAF) menjadi lebih rumit dalam menjalankan misinya. “Terbang di malam hari membuat para pilot kebingungan, dan dalam debat [House of] Commons (Majelis Rendah, red.) pada Januari 1940, anggota parlemen Sir William Brass, yang juga mantan pilot RAF, memperingatkan bahwa ‘Anda tidak dapat melakukan pengeboman secara akurat di malam hari’,” tulis Willis dan Daybell.

Advertising
Advertising

Baca juga: 

Inggris dapat Membakar Lautan

Serangan Jerman ke sejumlah wilayah di Eropa, tak terkecuali Inggris, membuat negara yang dipimpin Raja George VI itu mencari cara untuk mengantisipasi serangan dan memenangkan perang. Salah satu teknologi yang dikembangkan adalah radar udara untuk mendeteksi pesawat musuh.

Philip Birtles menulis dalam John Cunningham: Second World War Night Fighter Ace and Test Pilot, uji coba teknologi radar udara dilakukan pada musim panas tahun 1940. Sebuah “black box” misterius dipasang di bagian pesawat Blenheims oleh teknisi dan beberapa penerbang mengoperasikan peralatan baru ini yang disebut Airborne Interception (AI) atau radar. Sayangnya, sebagai pesawat tempur untuk misi di malam hari, Blenheims terlalu lamban dalam menangkap pesawat pengebom musuh, sehingga peralatan baru tersebut sulit berfungsi efektif.

Menurut Gavin Mortimer dalam “Cat’s Eyes”, yang termuat di Smithsonian Magazine, 19 November 2010, pada akhir September 1940, radar AI Mark IV diperkenalkan bersama Beaufighter, pesawat dua kursi yang mengesankan dengan kecepatan tertinggi 320 mph dan persenjataan empat meriam dan enam senapan mesin. Radar Mark IV juga tak kalah inovatif, dengan pemancar yang jauh lebih kuat dari pendahulunya memberikan jangkauan lebih jauh dan memungkinkan operator radar untuk melacak target musuh dalam jarak pandang tertentu.

“Radar akan memancarkan serangkaian gelombang radio, dan jika sebuah pesawat berada dalam jangkauan, gema akan memantul kembali. Gema itu muncul di garis hijau sebagai sekelompok cahaya berkilauan yang dikenal sebagai ‘blip’. […] Operator kemudian memberikan instruksi melalui interkom kepada pilot –menambah kecepatan, mengurangi kecepatan, dan lain sebagainya– sampai blip berada tepat di seberang tabung vertikal,” tulis Mortimer.

Pada posisi ini pilot dapat melihat cahaya biru dari mesin pesawat lainnya. Tugas pertamanya adalah memastikan bahwa pesawat itu merupakan musuh. Setelah pilot yakin itu merupakan pesawat Jerman, maka tugas selanjutnya adalah menembaknya.

Salah satu pilot RAF yang mendapat tugas menjalankan misi ini adalah John Cunningham, yang dijuluki Mata Kucing, karena kemampuannya mengidentifikasi pesawat musuh dan melumpuhkannya. Birtles menulis, selama September dan Oktober 1940, ketika Nazi Jerman melancarkan serangan kilat ke sejumlah wilayah Inggris, Cunningham menerbangkan Blenhelms dan Beaufighters dalam patroli “Worth”, terbang pada malam hari dalam garis lurus di sebelah timur Worth Matravers di pantai Dorset.

John Cunningham yang dijuluki ''Cat's Eyes Cunningham'' karena kemampuannya melumpuhkan puluhan pesawat pengebom Jerman di masa Perang Dunia II. (Royal Air Force/Wikimedia Commons).

Baca juga: 

Rekayasa Hoax Mengelabui Hitler

Pada 19 November 1940, Cunningham mencetak keberhasilan pertama dengan radar Mark IV selama serangan Luftwaffe di kota Birmingham. Dengan menerbangkan Beaufighter, ia mendekati sebuah Junkers 88. Setelah berhasil mengidentifikasi pesawat tersebut sebagai musuh –biasanya Cunningham akan terbang mendekat dari bawah sehingga ia bisa melihat bentuk sayap pesawat itu– ia melepaskan tembakan dan Junkers 88 pun jatuh. Setelahnya, jumlah pesawat korban Cunningham terus bertambah dan ketika itu juga Jerman mencari tahu mengapa RAF tiba-tiba berhasil mengatasi serangan mereka di malam hari.

Kesuksesan Cunningham melumpuhkan pesawat musuh menarik perhatian masyarakat Inggris dan media massa. Namun, penggunaan AI harus dirahasiakan agar tidak diketahui oleh musuh. Akibatnya, muncul cerita yang menyebut kehebatan Cunningham dalam melihat di saat gelap karena ia banyak mengonsumsi wortel. Sejak itu, orang menjulukinya “Cat’s Eyes Cunningham”.

“Selama periode dua bulan, Skuadron 604 mampu menghancurkan 30 pesawat pengebom musuh, yang membuat para kru Luftwaffe percaya bahwa kemampuan penerbang RAF telah meningkat pesat atau ada sesuatu yang istimewa yang digunakan, meskipun berita pers Cunningham secara efektif mempertahankan rahasia AI,” tulis Birtles.

Cerita tentang Cunningham yang gemar makan wortel hingga memiliki penglihatan tajam di malam hari disebarluaskan oleh berbagai media Inggris. Selain itu, media juga menggembar-gemborkan manfaat wortel untuk kesehatan masyarakat. Misalnya, sebuah iklan di The Time, 6 Februari 1942, menampilkan iklan dengan slogan “Wortel membuat Anda tetap sehat dan membantu Anda melihat dalam kegelapan”.

Menurut Willis dan Daybell, alasan lain dari iklan itu adalah untuk meningkatkan semangat selama masa yang penuh ketakutan dan kegelapan, dan juga untuk mendorong konsumsi wortel –yang tidak hanya sehat tetapi juga mudah didapat karena tidak termasuk dalam bahan makanan yang dijatah. “Wortel mungkin tidak langsung meningkatkan ketajaman penglihatan para pilot, tetapi wortel memberikan jalan yang tidak langsung menuju kemenangan perang,” tulis Willis dan Daybell.

Terlepas Jerman percaya atau tidak dengan rumor itu, sebagian besar masyarakat Inggris percaya manfaat wortel dapat meningkatkan penglihatan di malam hari. Mereka percaya mengonsumsi wortel akan membantu mereka melihat dengan lebih baik selama pemadaman listrik di seluruh kota. Cerita tentang Cunningham yang gemar makan wortel juga meningkatkan minat anak-anak untuk mengonsumsi wortel. Selain baik untuk mata, wortel juga dipandang sebagai makanan kesukaan para pahlawan.

Rumor tentang wortel sebagai sayuran super juga disebarluaskan oleh Kementerian Pangan Inggris sebagai upaya untuk mengatasi kelangkaan makanan yang menyebabkan sistem penjatahan di masa Perang Dunia II. Beberapa makanan yang dijatah di antaranya gula, teh, daging, keju, mentega, margarin, lemak babi, hingga permen. Sementara itu, wortel dan sayuran lainnya tidak dijatah selama masa perang.

Bristol Beaufighter Mk. II dengan radar dan mesin Rolls-Royce Merlin. John Cunningham menerbangkan tipe ini pada tahun 1941 dan 1942. (Royal Air Force/Wikimedia Commons).

Baca juga: 

Pahlawan Berbulu di Perang Dunia II

Bersamaan dengan penjatahan, diperkenalkan sebuah kampanye untuk memenangkan perang di “front dapur”. Propaganda ini meyakinkan masyarakat bahwa tukang kebun dan juru masak juga berperan besar dalam upaya memenangkan perang. Para pemilik rumah didorong untuk menanam sayuran di kebun mereka. Lahan kosong, lapangan olahraga, dan lapangan golf disulap menjadi area perkebunan. Istana Buckingham dan Kastil Windsor bahkan memiliki petak-petak sayuran sendiri yang diprakarsai oleh Raja George VI. Willis dan Daybell menulis, begitu suksesnya program kampanye “Dig for Victory” ini sehingga pada 1943 produksi sayuran dalam negeri mencapai enam juta ton per tahun.

“Selama periode ini, wortel menjadi simbol kampanye ‘Dig for Victory’, dengan karakter Dr. Carrot yang digunakan untuk membujuk orang agar lebih banyak makan sayuran yang tinggi Vitamin A ini. Sebuah poster propaganda tahun 1941 menggambarkan sebuah wortel berkacamata yang tampak ramah membawa tas kerja berlabel ‘Vit A’ dengan judul ‘Doctor Carrot, sahabat anak-anak’,” tulis Willis dan Daybell.

Propaganda wortel sebagai sayuran super juga memicu munculnya berbagai resep makanan olahan dari wortel, seperti carrot cake atau kue wortel, pudding wortel, kroket wortel, hingga “Puding Perang dan Perdamaian”, yang merupakan variasi dari panganan khas Natal. Sayuran ini juga dipromosikan sebagai pemanis alami saat gula sulit didapat dan dijatah delapan ons per minggu.

Sejumlah resep maupun selebaran memberikan informasi mengenai tata cara menyimpan wortel dengan hati-hati, karena kemenangan tidak akan diraih di medan perang jika makanan terbuang atau dibiarkan membusuk. Caranya dengan mengangkatnya dari tanah dalam kondisi baik, menempatkannya di gudang yang kering, serta menumpuk wortel dan pasir secara bergantian dalam bentuk piramida.

Di pengujung perang pada 1945, Cunningham mendapat penghargaan sebagai penerbang tempur malam terbaik RAF dengan sukses melumpuhkan 20 pesawat musuh. Ia terus terbang di masa damai dan pada Juli 1949 melakukan penerbangan uji coba perdana de Havilland Comet, jet penumpang pertama di dunia.

Enam tahun berselang, Dwight D. Eisenhower, presiden Amerika Serikat yang pernah menjabat Panglima Tertinggi Pasukan Sekutu di medan Eropa pada masa Perang Dunia II, menghadiahkan Harmon Trophy kepada Cunningham, yang diberikan setiap tahun kepada penerbang berprestasi di dunia.*

TAG

wortel perang dunia ii inggris

ARTIKEL TERKAIT

Presiden Jimmy Carter dalam Memori Anak-anak Tukang Emas Mendukung RI Antara Lenin dan Stalin (Bagian II – Habis) Antara Lenin dan Stalin (Bagian I) Jenderal Nasution Mengucapkan Selamat Hari Natal Musuh Napoleon di Waterloo Hina Diponegoro Warisan Persahabatan Indonesia-Uni Soviet di Rawamangun Ketika Kapolri Hoegeng Iman Santoso Kena Peremajaan Sekolah Dokter Dulu Sekolah Miskin Setelah  Jadi ABRI, Polisi Jadi Alat Politik Penguasa