Rekayasa Hoax Mengelabui Hitler
Kisah tipu daya intelijen memanfaatkan mayat yang mengubah jalannya perang, diangkat ke layar lebar.
PAHLAWAN perang tak hanya mereka yang bertabur bintang di pundak dan lencana di dada. Bukan juga prajurit dengan senjata-senjata mematikan yang disandang. Dalam Perang Dunia II (PD II), Inggris juga pernah berutang jasa sebuah rekayasa hoax dan seonggok mayat gelandangan.
Inggris melakoninya medio April 1943 kala hendak mengantarkan serdadu-serdadu Sekutu kembali ke daratan Eropa pasca-Sekutu “terusir” akibat musibah Dunkirk pada 1940. Setelah Jerman menguasai Eropa, perlahan Sekutu melawan balik. Tiga tahun kemudian giliran Jerman yang terusir dari front Afrika Utara dan dari situlah Inggris ingin mendarat lagi ke Eropa.
Caranya, Inggris sedemikian rupa meracik hoax dan tipu daya lewat Operation Mincemeat alias Operasi Daging Cincang, bagian dari Operation Barclay. Gagasan awalnya berangkat dari Memo Trout garapan Lt. Commander (setara mayor) Ian Fleming, yang kelak sohor sebagai pencipta novel-novel intelijen James Bond. Ia Asisten Direktur NID atau Divisi Intelijen Angkatan Laut (AL) Inggris.
Operasi Daging Cincang lantas digubah dan digulirkan di bawah Direktorat Intelijen Militer Seksi 5 atau tenar disebut MI5. Pelaksananya Komandan NID 17M, Lt. Commander Ewen Montagu didampingi Letnan (penerbang) Charles Cholmondeley dari Angkatan Udara (AU) Inggris.
Operasi itu sukses besar dan menjadi salah satu operasi tipu daya intelijen paling mengagumkan di PD II. Kisahnya pernah diangkat ke layar perak pada 1956 bertajuk The Man Who Never Was. Sosok Ewen Montagu, tokoh sentralnya, diperankan aktor Clifton Webb, mendasarkan buku yang ditulis dari pengalaman pribadi Montagu dengan judul yang sama.
Baca juga: Dramatis Tanpa Adegan Sadis
Mengutip The Sun, 24 Juni 2019, kisahnya akan kembali diangkat ke layar lebar dan direncanakan tayang tahun depan (2020) dengan tajuk Operation Mincemeat. Tokoh utamanya, Ewen Montagu, bakal diperankan Colin Firth.
Penggarapan Operation Mincemeat berada di pundak sineas James Madden dengan rumah produksi See-Saw Films, Cohen Media Group, dan Archery Pictures. Namun Madden tak menggarap Operation Mincemeat dari sumber yang sama dengan versi 1956, melainkan dari buku Ben Macintyre, Operation Mincemeat: The True Spy that Changed the Course of World War II, dicampur unsur-unsur melodrama fiksi.
“Dalam konteks narasi Perang Dunia II, kisah Operation Mincemeat sangat unik – kisah aneh dan merupakan campuran spionase tingkat tinggi dan fiksi hebat dalam hal sinematik. Kisahnya berpusar pada kekayaan kisah humanis prajurit yang jarang kita lihat yang ikut berperang lewat tipu daya,” ujar Madden.
Intrik Menipu Nazi
Operation Mincemeat (Operasi Daging Cincang) merupakan penopang rencana Sekutu menginvasi Eropa melalu Pulau Sisilia dengan sandi Operation Husky. Untuk mengamankannya, Sekutu butuh pengalih perhatian kekuatan darat dan laut Jerman dan Italia agar tak terkonsentrasi di Sisilia.
Sisilia dipilih karena, menurut Terry Crowdy dalam Deceiving Hitler: Double-Cross and Deception in World War II, daerah selatan dianggap Perdana Menteri Inggris Winston Churchill bak perut buaya yang lebih empuk untuk diserang, ketimbang menerobos lewat Prancis yang diibaratkan punggung buaya yang lebih keras. Opsinya adalah Sisilia di Italia atau Kreta di Yunani. Lewat Konferensi Kasablanka, medio Januari 1943, para pemimpin Sekutu menyepakati Sisilia jadi target operasi yang dijalankan di bulan Juli tahun yang sama.
Untuk itu, kekuatan Jerman dan Italia harus lebih dulu dialihkan perhatiannya ke area lain. Para spion Nazi harus bisa meyakinkan Adolf Hitler untuk memerintahkan para jenderalnya memusatkan ke wilayah lain – Yunani dan Balkan. Caranya dengan penyesatan informasi.
Baca juga: Mengejar Gembong Nazi Terakhir
Detailnya, Montagu dan Cholmondeley mencari seorang “tumbal” untuk diumpankan dengan cara “dilarung” ke perairan Spanyol, tempat banyak agen rahasia Nazi berada. Bukan rahasia bahwa meski Spanyol netral, penguasanya lebih condong memihak Poros (Axis). Keduanya lantas memanfaatkan sesosok mayat gelandangan yang meninggalnya diakibatkan gejala-gejala yang harus mirip dengan kematian akibat tenggelam.
Berkat bantuan dokter koroner Bentley Purchase, ditemukanlah mayat gelandangan bernama Glyndwr Michael. Dalam catatan autopsinya, ia meninggal akibat keracunan zat fosfor gara-gara makan daging tikus yang terkena racun tikus. Akibatnya beberapa bagian wajahnya lebam. Kondisi organnya juga sudah mirip dengan orang yang mati tenggelam.
Montagu sempat khawatir tipu daya itu bakal ketahuan. Namun dalam bukunya, The Man Who Never Was, Montagu lantas diyakinkan pakar forensik Sir Bernard Spilsbury bahwa untuk memastikan lebih dalam kematian Michael benar tenggelam atau bukan, dibutuhkan seorang pakar patologi dan di Spanyol tak ada pakar patologi yang mumpuni memeriksa sang mayat.
Rencana itu pun dieksekusi. Mayat Michael diberi identitas Mayor William Martin, opsir marinir Inggris yang ditugaskan sebagai perantara di markas Operasi Gabungan Sekutu. Sang “mayor” tak hanya dibekali bawaan-bawaan pribadi namun juga dokumen-dokumen rahasia Sekutu agar terkesan ia staf penting Sekutu.
Selain foto dan surat-surat dari pacarnya, Pam, Mayor Martin turut dibekali rokok, korek api, hingga sobekan tiket bioskop. Terpenting, Mayor Martin juga harus terlihat membawa dokumen rencana Sekutu yang akan menginvasi Eropa via Yunani dan Balkan.
Untuk lebih meyakinkan agen-agen rahasia Jerman di Spanyol, Mayor Martin juga dibawakan surat dari Wakil Kepala Staf Jenderal Kerajaan Inggris Letjen Archibald Nye yang ditujukan untuk Komandan Grup ke-18 Sekutu di Aljazair dan Tunisia Jenderal Harold Alexander, dan ditambah pula surat rekomendasi Mayor Martin sebagai pakar taktik pendaratan amfibi dari Kepala Operasi Gabungan Laksamana Lord Louis Mountbatten.
Pada dini hari 17 April 1943, mayat Mayor Martin dibawa kapal selam HMS Seraph untuk “dibuang” ke perairan Spanyol 13 hari kemudian. Mayatnya lantas ditemukan nelayan yang membawanya ke otoritas kota Huelva. Kabar bahwa mayatnya ditemukan di Spanyol baru sampai ke Inggris pada 3 Mei meski sang nelayan sudah menemukan jenazahnya di laut pada 30 April.
Baca juga: Bencana di Danau Ladoga
Diungkapkan PK Ojong dalam Perang Eropa, Jilid II, kabar itu diterima London lewat telegram wakil konsul Inggris. Pun begitu mayat Mayor Martin baru dikembalikan ke pihak Inggris lewat konsulat di Huelva pada 15 Mei. Rencana mereka tampak berhasil. Beberapa detail pada surat-surat yang dibawa Mayor Martin jelas berubah dan itu tanda sudah diintip oleh agen-agen Nazi.
“Bukti yang paling jelas setelah mayatnya dikembalikan Spanyol adalah ketika dokumen untuk Jenderal Alexander dari Jenderal Nye itu diambil fotonya dan diperbesar. Surat itu juga mulanya hanya punya satu lipatan tapi ternyata kemudian ada dua lipatan. Surat-surat lain juga terbukti telah dibaca dan diambil salinannya lalu dilipat kembali dengan lipatan yang berbeda,” tulis Ojong.
Dokumen-dokumen Mayor Martin lantas dipercaya Hitler lewat laporan para agen Nazi. “Tugas” sang jenazah dengan misinya pun sukses. Hasilnya, Hitler memerintahkan sebagian besar pasukannya di Adriatik, Prancis, dan Balkan digeser ke pesisir Yunani, Pulau Sardinia, dan Korsika.
Hoax itu berhasil, kecuali untuk Marsekal Albert Kesselring, perwira AU Jerman yang memegang komando militer di Italia. Meski banyak kekuatan Jerman dan Italia dialihkan ke Yunani, Kesselring mempertahankan dua divisi lapis baja di Sisilia. Operation Husky lantas dilancarkan Sekutu pada 10 Juli 1943. Kegigihan pasukan lapis baja Kesselring tetap gagal menghambat pendaratan Sekutu di Sisilia yang pada 17 Agustus 1943 berhasil merebut seluruh pulau.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar