Masuk Daftar
My Getplus

Nurnaningsih Datang, Kota Medan Berguncang

Meski sempat ditentang karena isu foto syurnya, kedatangan Nurnaningsih tetap disambut dengan penuh antusias. Sempat diwarnai oleh insiden pelemparan batu oleh orang tak bertanggung jawab.

Oleh: Martin Sitompul | 04 Okt 2024
Nurnaningsih, bintang film Indonesia yang cukup terkenal pada dekade 1950-an, karena aksi beraninya dalam mengekspresikan seni. Sumber: Wiki Commons.

BANDARA Polonia hari itu tumpah-ruah oleh warga Medan yang datang. Mereka sengaja ke sana untuk menyambut kunjungan bintang film Nurnaningsih. Mayoritas yang datang adalah pemuda-pemuda dan pelajar.

Momen yang ditunggu tiba ketika Pesawat Garuda yang membawa Nurnaningsih mendarat. Turun dari pesawat, Nurnaningsih menyapa kerumunan besar dengan lambaian tangannya. Dia juga murah hati mengumbar senyum manis dan kerlingan mata kepada para penggemar. Orang-orang berdesakan demi menyaksikan artis peran sejumlah film itu. Aparat keamanan sampai dibuat kewalahan.

“Belum pernah orang begitu berdesak-desakan sehingga kaca restoran Polonia pecah ditubruk orang, karena buru-buru mau mencari tempat untuk dapat melihat Nurnaningsih,” demikian diwartakan Majalah Aneka, No, 30, 1955.

Advertising
Advertising

Baca juga: Polonia, Tanah Tuan Kebun Polandia di Medan

Nurnaningsih berkunjung ke Medan pada 24 November 1955. Kedatangannya dalam rangka memenuhi undangan dari Ikatan Seni Drama dan Film Indonesia (ISDRAFIN). Nurningsih datang bersama suaminya, Basir Ibrahim. Dalam konferensi pers yang berlangsung di Restoran Sentral, Nurnaningsih mengaku belum pernah mendapat sambutan sehangat di Medan.

“Saya selalu bersedia berpose tanpa busana, selama itu tentang seni. Saya tidak melakukannya jika melanggar moral demi keuntungan materi,” kata Nurnaningsih seperti dikutip dalam De Locomotief, 29 November 1955.

Tingginya antusiasme publik di Medan tentu berkaitan dengan pernyataan Nurningsih soal foto dirinya yang tanpa busana. Dalam film Harimau Tjampa (1953) besutan sutradara Djadoeg Djajakoesoema, Nurnaningsih tampil setengah telanjang untuk kebutuhan cerita. Setelah itulah foto-foto bugil Nurnaningsih yang dijepret oleh fotografer amatir tersebar ke mana-mana. Potretnya yang berkonsep pose layaknya Hawa di Taman Firdaus menghiasi kalender bertemakan foto erotis.

Baca juga: Gambar Erotis dari Shunga ke Hentai

Menurut Het Nieuwsblad voor Sumatra, 5 Oktober 1954, Nurnaningsih tampak beberapa kali difoto tanpa busana. Selain di kota besar seperti Jakarta hingga luar negeri, foto-fotonya bahkan jadi konsumsi publik sampai ke kota-kota kecil seperti Siantar. Pihak kepolisian lalu mengusut di mana barang tersebut bisa dibeli.

“Peristiwa Nurnaningsih”, begitu surat-surat kabar menyebut kasus foto-foto panas Nurnaningsih, cukup menggerkan. Media dalam negeri maupun mancanegara turut menyorotnya. Nurnaningsih menjadi artis Indonesia pertama yang tampil vulgar. Kasus ini sampai harus ditangani oleh Kejaksaan Tinggi. Dengan segera julukan “bom seks” melekat pada Nurnaningsih. Meskipun tidak ditahan, Nurnaningsih dilarang keras untuk memperlihatkan keseronokan atau foto bugilnya lagi kepada umum.

Di tengah masyarakat, kasus Nurnaningsih turut menjadi polemik. Seperti diwartakan Indonesia Raya, 25 Januari 1955, warga Makassar menolak keras kedatangan Nurnaningsih. Saat itu, pihak Gabungan Bioskop Makassar (Gabima) hendak mendatangkan Nurnaningsih bersama rombongan pemain yang membintangi film drama komedi Krisis (1953) besutan sineas ternama Usmar Ismail. Namun, sejumlah ormas Islam memprotes keras secara khusus pada nama Nurnaningsih. Alasan protes itu, karena keadaan masyarakat di Sulawesi Selatan masih sangat dipengaruhi adat-istiadat yang kuat. Akibatnya, Persatuan Rakyat Adat Makassar mengambil keputusan untuk menolak kedatangan Nurnaningsih juga para pemeran film Krisis.

“Perlu dijelaskan di sini bahwa, persoalan gambar-gambar telanjang Nurnaningsih hampir berbulan-bulan lamanya menjadi polemik di harian-harian Makassar di kalangan pemuda-pemuda terutama,” lansir Indonesia Raya.

Baca juga: Bernapas dalam Film Panas

Penolakan terhadap Nurnaningsih pun sebenarnya terjadi di Medan. Terbukti dari aksi pelemparan batu yang diarahkan kepada Nurnaningsih sesaat setelah dirinya mendarat di Polonia. Nurnaningsih beruntung luput dari timpukan batu karena ada seorang wartawan yang melindungi jadi perisainya. Tidak jelas motif di balik terjadinya insiden tersebut. Namun, menurut peneliti sejarah hiburan Fandy Hutari, dugaan pelemparan batu itu merupakan reaksi kekecewaan pelaku terhadap kesediaan Nurnaningsih difoto telanjang.

“Mengenai pemotret dan penyebar foto-foto aduhai Nurnaningsih, tak ada pemberitaan lanjutan. Apakah mereka ditangkap, masih sumir. Setelah beberapa kali menjalani pemeriksaan, Nurnaningsih dinyatakan tak bersalah dan lepas dari jerat hukum,” terang Fandy dalam Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal: Kumpulan Esai, Seni, Budaya, dan Sejarah Indonesia.

Selama di Medan, Nurnaningsih tampil dalam sandiwara tiga babak bertajuk “Korban Korupsi” besutan Rustam Effendi. Kepada awak media, artis bernama lengkap Raden Nganten Nurnaningsih ini mengaku punya banyak cita-cita. Dia menyebutnya “Panca Cita” atau lima keinginan: menjadi pelukis seperti Rembrandt, komponis seperti Beethoven, maestro pianis, penyanyi, dan bintang film.

Nurnaningsih sejatinya artis multitalenta. Selain beradu peran, seperti diulas Fandy, Nurnaningsih sebenarnya punya bakat sebagai pelukis. Bakat ini bahkan sempat diasahnya di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Yogyakarta. Namun, tetap saja, orang lebih mengingatnya sebagai pionir bom seks Indonesia.

Baca juga: Yang Pertama dalam Sejarah Film dan Bioskop

TAG

nurnaningsih medan bom seks

ARTIKEL TERKAIT

Hasrat Nurnaningsih Menembus Hollywood Pejuang Tua dari Aceh dalam Perang Kemerdekaan Laskar Napindo dari Halilintar hingga Naga Terbang Kari Perjuangan Hamzah Abdullah Teror Darul Islam Mengintimidasi sampai ke Alam Mimpi Polonia, Tanah Tuan Kebun Polandia di Medan Kerajaan Karo Itu Ada Brigjen M. Noor Nasution di Panggung Seni Hiburan Westerling Nyaris Tewas di Tangan Hendrik Sihite Menculik Pacar Westerling