Masuk Daftar
My Getplus

Yang Pertama dalam Sejarah Film dan Bioskop

Dari artis Indonesia pertama yang berani tampil vulgar hingga drive-in-theatre pertama.

Oleh: Historia | 17 Jul 2020
Nurnaningsih, artis Indonesia pertama yang berani tampil vulgar.

Artis Indonesia Pertama yang Berani Vulgar

Nurnaningsih mulai tenar saat membintangi flm Terang Bulan (1937) besutan sutradara Albert Balink. Penampilan vulgarnya diawali pada 1954 setelah tampil setengah telanjang dalam flm Harimau Tjampa karya D. Djajakusuma. Dia juga membiarkan sebuah foto dirinya yang berpose berani di sebuah kalender iklan.

“Pers segera menjadikannya perkara, dengan nada sungguh-sungguh mempertanyakan batas antara seni dan pornograf, kata yang pada saat itu baru, dan perlu dijelaskan dengan padanannya: kecabulan,” tulis Denys Lombard dalam Nusa Jawa: Silang Budaya Jilid 1: Batas-batas Pembaratan.

Setelah aksi beraninya itu, Nurnaningsih kemudian dikenal dengan semboyannya, “Kalau mau maju harus berani.” [Martin Sitompul].

Advertising
Advertising

Baca juga: Kiprah Ratmi Bomber 29

Perempuan Indonesia Pertama Tampil di majalah Playboy

Ratna Assan lahir pada 16 Desember 1954 di Torance, California, Amerika Serikat, dari pasangan Indonesia Ali Hasan dan Soetidjah. Ibunya Soetidjah lebih dikenal sebagai Dewi Dja, seorang penari yang tampil dalam film-film produksi Holywood.

Nama Ratna Assan melejit ketika membintangi film Papillon bersama Steve McQueen dan Dustin Hoffman pada 1973. Papillon menjadi film termahal (12 juta dolar) yang diproduksi pada masanya. Ratna berperan sebagai Zoraima, gadis Indian yang menolong seorang pelarian kriminal Prancis bernama Henri Charriere “Papillon” (Steve McQueen).

Penampilannya yang memukau dan wajahnya yang eksotis menarik Playboy untuk menampilkan Ratna dalam rubrik pictorial setahun kemudian. “Ratna Assan si ‘butterly girl’ bukan nama yang akrab, tapi penampilannya bersama Steve McQueen di Papillon menjadikan wajah dan figurnya begitu familiar,” tulis Playboy edisi Februari 1974. [Martin Sitompul].

Baca juga: Mengenal Lebih Jauh Ratna Assan

Film Indonesia Pertama Bertema Homoseksualitas

Istana Kecantikan (1988) disebut-sebut sebagai film Indonesia pertama yang mengangkat isu homoseksualitas dalam bingkai drama keluarga. Film yang disutradarai Wahyu Sihombing ini bercerita tentang Nico (Mathias Muchus), seorang gay, yang dipaksa berpura-pura menikahi Siska (Nurul Arifin) untuk memenuhi kehendak orang tua. Nico akhirnya menyeleweng dengan seorang pria dan membawa cerita ke ranah hubungan homoseksual yang kompleks.

Dari semua film bertema homoseksualitas yang diproduksi pada masa Orde Baru, Istana Kecantikan adalah film dengan alternatif tema seksual yang paling diingat dan didiskusikan karena isunya yang khas dan mendobrak.

“Hal ini bisa terjadi karena mulai muncul pandangan yang lebih toleran baik dari penonton maupun pekerja film, juga pengetahuan akan konstruksi identitas seksual alternatif dalam sinema Barat, Asia, dan Amerika Latin secara keseluruhan,” tulis Ben Murtagh dalam Genders and Sexualities in Indonesian Cinema.

Istana Kecantikan mendapatkan enam nominasi dalam Festival Film Indonesia 1988 dan memenangi satu yaitu Aktor Terbaik untuk Mathias Muchus. [Rahadian Rundjan].

Baca juga: Selamat Jalan Emon, Si Anak Manja

Film Terbaik Pertama Ajang Oscar

Academy Award atau Oscar merupakan ajang penghargaan bergengsi dalam industri film Amerika Sertikat. Oscar kali pertama diselenggarakan pada 16 Mei 1929. Seremoni berlangsung di Hotel Roosevelt, Los Angeles, yang dihadiri 270 peserta dan tidak disiarkan radio maupun televisi

Pemenang perdana untuk film terbaik adalah film bisu berjudul Wings. Film ini disutradarai William A. Wellman dan diproduksi Paramount Pictures. Berdurasi 139 menit, Wings mengisahkan pilot-pilot pesawat tempur dalam Perang Dunia I dengan menyelipkan bumbu percintaan di dalamnya. Meski film bisu, Wings menjadi film yang dibuat dengan biaya produksi termahal pada zamannya. [Martin Sitompul].

Baca juga: Karpet Merah Piala Oscar dalam Sejarah

Film India Pertama Sukses Internasional

Film Awaara, rilis tahun 1951, dengan Raj Kapoor sebagai produser, sutradara, dan pemeran utamanya. Komposisi musik digarap tim Shankar Jaikishan. Soundtrack-nya dianggap inovatif dan penggambaran lagunya luar biasa, sehingga disebut-sebut sebagai mahakarya di era keemasan film India.

Selain di dalam negeri, film ini meraih sukses di Timur Tengah, Afrika, bekas Uni Soviet, dan Asia Timur, bahkan menjadi box office di Afro-Asia dan Timur Tengah. Para pemain dan lagu-lagunya jadi populer.

Menurut Sangita Gopal dan Sujata Moorti dalam “Travels of Hindi Song and Dance”, pengantar dalam buku Global Bollywood, Awaara memang bukan satu-satunya film India yang beredar di luar negeri tapi ia adalah yang pertama meraih popularitas berkat lagu-lagunya. Sukses Awaara diikuti oleh film Aan (1952), Mother India (1957), dan beberapa film yang belakangan tayang. [Aryono].

Baca juga: Film Indonesia Digoyang Film India

Di Manakah Bioskop Pertama?

Bioskop berasal dari bahasa Yunani, bios yang berarti hidup dan skopeein yang berarti melihat. Kehadiran bioskop tak bisa dilepaskan dari Athanasius Kircher, seorang Italia. Pada 1640, dia memulai langkah memanipulasi gambar sehingga tampak bergerak.

Temuannya itu disebut magia catotrica atau lentera ajaib. Setelah temuan itu, Simon Ritter von Stampfer mengkreasi stroboscope, gambar tembus pandang yang bisa dibersitkan cahaya pada 1853.

Perkembangan menjadi lebih cepat selepas itu. Puncaknya terjadi pada pertunjukan di Paris, 28 Desember 1895. Adalah Lumiere bersaudara yang menyediakan gedung tertutup untuk melihat gambar bergerak. Pertunjukan itu terjadi di kedai kopi. Orang harus membayar jika ingin melihat pertunjukan itu.

Sebelumnya, pertunjukan demikian telah diputar di Atlanta, Amerika Serikat, pada 1895 dan Berlin pada 1 November 1895. Namun, orang tak perlu membayar untuk melihatnya. Karena itu, pertunjukan di Paris tetap dianggap sebagai bioskop pertama.

Baca juga: Asal-Usul Profesi Tukang Catut di Bioskop

Di Manakah Drive-in-Theatre Pertama?

Drive-in-theatre adalah konsep menonton bioskop di luar ruangan, mirip layar tancap di Indonesia, namun penontonnya berada di dalam mobil. Jadi, seperti sebuah tempat parkir dengan fasilitas layar lebar.

Drive-in-theatre diperkenalkan di Las Cruces, New Mexico, Amerika Serikat, pada 11 Juni 1914 ketika Airdome Theater dibuka. Film pertama yang diputar adalah For Napoleon and France karya sutradara Enrico Guazzoni. The Airdome Theater kemudian ganti nama jadi Movieland Theater sebelum tutup pada Oktober 1926.

Masih di Las Cruces, Theatre de Guadlupe dibuka pada April 1915. Ia tutup lebih cepat dari pendahulunya, yakni pada Juli 1916. Drive-in-theatre kemudian mewabah di Amerika Serikat.

Konsep drive-in-theatre dipatenkan Richard M. Hollingshead, Jr. di Chamden, New Jersey, pada 6 Juli 1933 setelah dia membuka drive-in-theatre di depan rumahnya setahun sebelumnya. [Arief Ikhsanudin].

Baca juga: Mengenang Bioskop Drive-In ala Ciputra

TAG

film ragam

ARTIKEL TERKAIT

Ibu dan Kakek Jenifer Jill Pyonsa dan Perlawanan Rakyat Korea Terhadap Penjajahan Jepang Benshi, Suara di Balik Film Bisu Jepang Warrior, Prahara di Pecinan Rasa Bruce Lee Exhuma dan Sisi Lain Pendudukan Jepang di Korea Eksil, Kisah Orang-orang yang Terasing dari Negeri Sendiri Jenderal Orba Rasa Korea Sisi Lain dan Anomali Alexander Napoleon yang Sarat Dramatisasi Harta Berdarah Indian Osage dalam Killers of the Flower Moon