Masuk Daftar
My Getplus

Hasrat Nurnaningsih Menembus Hollywood

Artis berjuluk bom seks Indonesia ini terobsesi menjadi seleb kelas dunia. Meski punya paras aduhai, sayang mimpinya itu tidak kesampaian.

Oleh: Martin Sitompul | 09 Okt 2024
Nurnaningsih, bintang film Indonesia dekade 1950-an yang bercita-cita main film di Hollywood, Amerika Serikat. Sumber: Film Varia, Juli 1954.

DUNIA hiburan Indonesia pernah dibuat geger oleh sosok artis ternama Nurnaningsih. Foto-foto syur bintang film cantik ini beredar di tengah masyarakat. Dalam berbagai potret bertema “Eva's East” (Hawa dari Timur) itu, Nurnaningsih tampil tanpa busana dengan pose menantang. Tidak diketahui siapa fotografer yang memotret Nurnaningsih. Atas keresahan yang terjadi di tengah masyarakat karena banyak yang memburu fotonya, Nurnaningsih harus berurusan dengan polisi.

“Bintang film Indonesia Nurnaningsih yang baru-baru ini menggemparkan penduduk Jakarta karena beredarnya gambar-gambarnya dalam keadaan telanjang kemarin untuk beberapa jam lamanya kembali didengar keterangannya oleh polisi bagian kesusilaan di kantor besar polisi Jakarta,” demikian diwartakan Kedaulatan Rakjat, 6 Oktober 1954.

Semula foto-foto Nurnaningsih beredar di Jakarta pada pertengahan 1954. Lambat laun, foto-fotonya beredar di kota-kota lain bahkan sampai ke luar negeri seperti Amerika dan Italia. Tidak seperti sekarang, konten porno bisa dijajakan secara bebas di internet, foto-foto Nurnaningsih dijual di pasar gelap. Di Medan saja harganya mencapai 200 rupiah,  yang terbilang mahal saat itu. Namun, Nurnaningsih mengaku tidak memperoleh keuntungan sepeserpun dari pencetakan dan penjualan foto-fotonya.

Advertising
Advertising

Baca juga: Nurnaningsih Datang, Kota Medan Berguncang

Dalam keterangan kepada media, Nurna memberikan keterangan yang berbeda-beda. Kali waktu dia menyebut foto-foto itu dibikin sebagai bahan studi untuk para pelukis yang melukis tubuh perempuan. Apapun alasannya,  cibir, cela, dan kecaman jadi santapan Nurnaningsih setelah kasus foto-fotonya terekspose ke publik. Penampilan berani Nurna dianggap bertentangan dengan budaya ketimuran Indonesia.

Di Pontianak, misalnya, pemuda-pemuda setempat melakukan gerakan memboikot film-film yang dibintangi Nurnaningsih. Saat itu, Nurnaningsih baru saja membintangi film drama komedi Krisis (1953) besutan sineas terkemuka Usmar Ismail. Tapi, Nurnaningsih tampak tidak menyesali keputusannya dipotret tanpa busana. Dalam foto-foto itu, Nurnaningsih memosisikan dirinya bukan sebagai objek seksual melainkan objek seni. Hal ini dinyatakannya dalam suratnya yang ditujukan kepada gerakan pemuda Kalimantan Barat pada 22 Oktober 1954.

“Kita tidak boleh ketinggalan zaman. Kalau kita sudah mengalami kemajuan di bidang lain, seperti teknologi, ilmu pengatahuan, dan lainnya, mengapa kita harus mengadopsi sikap konservatif terhadap semua ekspresi artistik? Jika kita bisa meniru Barat dalam bidang ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, transportasi dan pakaian, mengapa kita tidak bisa meniru seni Barat? Jika tidak, ini tidak adil dan tidak konsisten.” tulis Nurnaningsih dalam suratnya seperti dikutip de Preanger Bode, 1 November 1954

Baca juga: Putih Jelita Era Belanda

Nurnaningsih menambahkan, jika kita menolak meniru Barat, lebih baik gunakan saja tikar atau gerobak dan jangan mengendarai mobil atau bepergian dengan pesawat, atau mendirikan republik dengan presiden sebagai pemimpinnya. Dalam penutup suratnya, Nurnaningsih mengimbau generasi muda agar melihat foto-fotonya di Eva's East hanya dari segi estetika saja.

Nurnaningsih sepertinya memang terpikat dengan budaya Barat. Apalagi sebagai pemain film, Nurnaningsih punya obsesi begitu besar untuk bisa tampil di Hollywood, pusat industri perfilman Amerika. Apakah itu yang menyebabkan Nurnaningsih tampil berani ketika dipotret tanpa busana, dituturkannya sendiri kepada keluarganya. Dalam suratnya bertanggal 15 Oktober 1954 yang ditujukan kepada orang tuanya, Nurnaningsih mengaku ingin mengadu nasib ke Hollywood. Dia merasa tidak puas dengan kondisi industri perfiman di Indonesia.

“Karena saya ingin menjadi bintang film Hollywood, maka saya pernah dipotret dengan tak berpakaian, agar dengan demikian, saya bisa diterima menjadi bintang film di luar negeri,” ungkap Nurnaningsih dalam suratnya yang diberitakan Kedaulatan Rakjat, 29 Oktober 1954.

Baca juga: Kisah Baju Seksi "You Can See"

Kepada keluarganya, Nurnaningsih menyatakan cita-citanya untuk dapat mengalahkan semua bintang film di Indonesia. Jalan menuju ke sana, jelas Nurnaningsih tampak di ambang mata karena Perusahaan Film Tan En Wong telah menawarkan pembayaran kontrak senilai Rp10.000. Menyusul kontraknya habis di rumah produksi Golden Arrow, ia berencana ke Singapura karena mendapat tawaran main film di sana.

Pak Kadjat, ayah Nurnaningsih,  hanya bisa geleng-geleng kepala menyikapi kuatnya ambisi putri sulungnya itu. Raden Nganten Nurnaningsih –nama lengkap Nurnaningsih– yang lahir pada 5 Desember 1925 (keterangan lain menyebut 1928) merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara sekaligus putri tertua dari pasangan Raden Kadjat Kartodarmodjo dan Sukini Martindjung. Dari garis ayahnya, Nurnaningsih masih keturunan raja Yogyakarta sedangkan dari garis ibu berasal dari keturunan raja Solo.

Sebagai keturunan ningrat, kasus skandal foto-foto Nurnaningsih tentu menambah keprihatinan di pihak keluarganya. Nurpeni, adik Nurnaningsih yang merupakan aktivis Gerwani, bahkan memusuhi Nurnaningsih. Sebagai anggota Gerwani cabang Magelang, Nurpeni mengajukan tuntutan agar kongres mengambil tindakan untuk memberantas segala macam gambar-gambar dan cerita cabul.

Baca juga: Nonton Film Porno Tempo Dulu

Kendati ditentang keluarga dan ditolak masyarakat, Nurnaningsih terus maju mengejar cita-citanya. Dalam Suara Merdeka, 10 Desember 1954, Nurnaningsih dikabarkan menuju ke Hollywood. Tapi, kunjungan Nurnaningsih ke Amerika bukan untuk main film melainkan mempelajari dari dekat proses pembuatan film produksi Hollywood. Nurnaningsih direncanakan berangkat ke Amerika pada 14 Desember 1954 dan akan menghabiskan waktu beberapa bulan di sana.

“Selain itu, Nurnaningsih di Amerika akan memperdalam pengetahuannya mengenai seni lukis. Sebagaimana diketahui, sebelum menjadi bintang film, Nurnaningsih termasuk golongan pelukis,” sebut Suara Merdeka.

Nurnaningsih, menurut peneliti sejarah hiburan Fandy Hutari, seolah-olah ingin menjadi garda terdepan menghancurkan pandangan kolot mengenai seni yang terkungkung tradisi dan moralitas semu masyarakat Indonesia. Ia ingin menjadi semacam contoh, seniman yang bergerak maju dari yang lain. Namun di sisi lain, Nurnaningsih menyimpan motivasi pribadi terkait dengan kasus foto-fotonya, yaitu untuk mendongkrak citra dirinya. Nurnaningsih ingin mengikuti jejak dan setenar bintang film idolanya Marilyn Monroe yang menjadi pujaan di Hollywood.

“Sempat berhembus kabar 20th Century Fox, perusahaan film raksasa Hollywood, tertarik mengajak Nurnaningsih main film. Namun tak ada kabar lebih jauh soal itu. Tampaknya isapan jempol semata,” catat Fandy dalam Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal: Kumpulan Esai seni, Budaya, dan Sejarah Indonesia.

Baca juga: Ratna Assan, Perempuan Berdarah Indonesia Pertama yang Tampil di Majalah Playboy

Nurnaningsih tak pernah menjejakan kiprahnya di Hollywood. Kariernya sempat meredup dalam perfilman dan kembali aktif pada paruh kedua 1960. Tidak ada lagi aksi vulgar atau penampilan seronok yang dilakoninya. Sejarah mencatat, baru pada 1970-an atau sekira dua dekade setelah skandal menggemparkan Nurnaningsih, Ratna Assan adalah wanita berdarah Indonesia pertama bernama yang bermain film di sinema Hollywood.

TAG

nurnaningsih bom seks hollywood artis film

ARTIKEL TERKAIT

Nurnaningsih Datang, Kota Medan Berguncang Pesta Liar dan Skandal Bintang Besar Hollywood Ratna Assan, Gadis Cilik Penyambut Sukarno di Amerika Empat Selebriti Hollywood yang Berseragam Pasukan Israel Lima Selebritis yang Terjun ke Perang Dunia Kurt Russell dari Bisbol ke Hollywood Banjiha, Potret Kemiskinan Korea dalam Parasite Pelaut yang Menaklukkan Hollywood Menertawakan Kepedihan Hidup Bersama Joker Lima Pemeran Utama yang Dipersoalkan