Seorang petugas keamanan Plaza Indonesia tersorot kamera netizen ketika sedang memukul anjing pelacak yang berjalan bersamanya. Rekaman itu viral seketika dan menuai kecaman dari aktivis pecinta hewan. Presenter acara gosip Robby Purba pun ikut-ikutan menghujat dari media sosial pribadinya.
Dari sudut pandang kamera CCTV mall, anjing pelacak itu justru terlihat sedang menerkam anak kucing. Itulah sebabnya, petugas keamanan yang diketahui bernama Nasarius itu memukul anjing pelacak guna mengoreksi agresivitasnya. Tapi, karena rekaman video itu sudah menyebar ke mana-mana, Nasarius ketiban apesnya. Si satpam malang ini harus kehilangan pekerjaan alias dipecat lantaran pihak manajemen mall memutus kontraknya secara sepihak. Padahal, Nasarius hendak menyelamatkan baik anjing pelacak maupun anak kucing yang diterkam.
“Saya sebagai pribadi minta maaf. Maafkan saya. Dia itu anjing saya. Saya pukul dia karena terpaksa, supaya dia berhenti terkam anak kucing. Saya sayang dia. Dia anjing saya,” kata Nasarius seraya terisak dalam video klarifikasinya.
Seperti Nasarius yang harus memukul anjing untuk menyelamatkan anak kucing yang diterkam, begitupun laku aktivis pecinta hewan yang berisik melihat hewan disakiti. Keduanya sama-sama peduli dan menjunjung keberadaan hewan sebagai makhluk hidup. Jauh sebelum mereka, Bapak Proklamator Indonesia Sukarno dan Mohammad Hatta juga sosok penyayang bintang. Bung Karno bahkan telah memelihara anjing sejak kecil.
“Aku tidur dengan Kiar, suatu campuran dari fox terrier dengan anjing jenis Indonesia. Aku tidak tahu pasti, akan tetapi dia bukan jenis yang murni. Orang Islam agaknya tidak menyukai anjing, akan tetapi aku mengagguminya,” kata Bung Karno dalam otobiografinya yang dituturkan kepada Cindy Adams, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Baca juga: Kisah Anjing Piaraan Sukarno
Sewaktu diasingkan pemerintah kolonial ke Bengkulu, Bung Karno juga memelihara sepasang anjing. Kedua anjing itu merupakan pemberian seorang pejabat asisten perkebunan teh Belanda bernama Jaap “Jimmy” Kruisweg. Jimmy memberikannya sebagai hadiah karena Sukarno mengajarinya les bahasa Jawa secara cuma-cuma. Sukarno kemudian menamakan anjing-anjingnya itu Ketuk Satu dan Ketuk Dua.
“Aku sayang sekali kepada anjing-anjing itu. Ia kubawa tidur. Aku memanggilnya dengan mengetuk-ngetukkan lidahku. 'Tuktuktuk' dan karena aku tidak pernah memberikan nama, lalu binatang-binatang ini dikenal sebagai 'Ketuk Satu' dan Ketuk Dua,” kenang Sukarno.
Dalam memoar Catatan Kecil Bersama Bung Karno, Fatmawati sang istri memberi petunjuk untuk Ketuk Satu dan Ketuk Dua dapat dibedakan dari warnanya. Seekor berwarna hitam sedangkan satu lagi berwarna kuning. Pengalaman bersama sepasang hewan peliharaan itu dipakai oleh Bung Karno untuk mengkritik pola pikir kolot dan konservatif kaum beragama.
Baca juga: Sukarno Bilang Islam Sontoloyo
Bung Karno tampaknya terikat erat dengan kedua anjingnya itu. Ketika masa pengasingan berakhir dan Bung Karno pindah ke Jakarta, Ketuk Satu dan Ketuk Dua ikut serta. Bung Karno sayang dengan mereka.
Baca juga: Sukarno-Hatta dan Kucingnya
Jika Bung Karno memelihara anjing, maka Bung Hatta adalah penyayang kucing. Bila Bung Karno diasingkan pemerintah kolonial ke Bengkulu, Bung Hatta dipindahkan ke Banda Neira di bagian timur Indonesia. Bung Hatta juga mengisi hari-hari pengasingannya dengan memelihara hewan kucing.
Menurut Des Alwi, bocah Banda Neira yang suka main ke rumah pengasingan Bung Hatta, dalam memoarnya Bersama Hatta, Sjahrir, dr. Tjipto & Iwa R. Sumantri di Banda Naira, Bung Hatta memelihara banyak kucing berwarna belang harimau. Semuanya pejantan. Barangkali supaya tidak beranak-pinak dan kian memenuhi rumah.
Yang unik, kucing-kucing peliharaan Bung Hatta senama dengan diktator-diktator terkenal sekaligus yang dibenci Hatta. Nama-nama seperti (Adolf) Hitler, (Benito) Mussolini, (Francisco) Franco, dan (Mustafa Kemal) Turky itulah nama-nama kucing Bung Hatta di Banda Neira. Kucing yang berkulit mirip macan dinamainya Hitler, sedangkan yang putih belang-belang hitam diberi nama (Josip Broz) Tito.
Baca juga: Tito Sahabat Sukarno
Kegemaran memelihara kucing juga diteruskan Bung Hatta setelah menjabat wakil presiden. Selain sayang, ia juga mendidik kucing peliharaannya itu supaya disiplin dan teratur sebagaimana manusia. Putri kedua Bung Hatta, Gemala Rabi’ah dalam Pribadi Manusia Hatta mengisahkan bagaimana kebiasaaan Bung Hatta memberikan makanan kucing-kucingnya.
Sementara Bung Hatta bersama keluarga makan siang atau makan malam, maka kucing-kucingnya sudah duduk rapi di sebelah kursi makan Bung Hatta. Mereka menanti diberi makan. Begitu selesai makan, Bung Hatta mempersiapkan piring-piring untuk diisi nasi dan daging giling bagi para kucing. Semua makanan dibagi rata. Bung Hatta tak ragu menjentik kucing rakus yang mencoba melahap makanan kucing yang lain.
Meski sayang kucing, Bung Hatta pantang melihat hewan lain disakiti. Pernah dia marah kepada Pak Suli, penjaga villa Bung Hatta di Mega Mendung, karena melempar anjing tetangga dengan batu. “Ayah menasihati Pak Suli supaya lain kali lebih baik binatang itu diusir dengan gertakan saja, jangan dilempari batu. Ayah tidak suka pada orang yang menganiaya bintang,” kenang Gemala.
Baca juga: Daging Kucing dalam Perang Kemerdekaan