Masuk Daftar
My Getplus

Kembalinya Berlian Lombok dari Belanda

Bros Lombok bertatahkan berlian 75 karat, primadona Museum Nasional Etnologi Belanda. Benda bernilai tinggi ini dikembalikan ke Indonesia.

Oleh: Buyung Sutan Muhlis | 22 Jul 2023
Gunay Uslu, Menteri Muda urusan Kebudayaan dan Media Belanda, memberikan sambutan serah terima repatriasi benda-benda jarahan kolonial pada 10 Juli 2023 di Leiden, Belanda. Tampak di layar berlian Lombok. (Riyono Rusli/Historia.ID).

MUSEUM Nasional Etnologi (Museum Volkenkunde) di Leiden, Belanda tak berkilau lagi. Sejak Selasa, 4 Juli 2023, sebuah etalase di museum ini kehilangan pesona, setelah berlian Lombok 75 karat, dipindahkan ke gudang untuk segera dikirim ke Indonesia. Permata ini melekat di bros berbahan emas. Benda yang menjadi objek favorit dari seluruh harta rampasan perang Lombok 1894 yang selama ini dipajang di Belanda.

Pemerintah Belanda akan mengembalikan 478 objek museum kepada pemerintah Indonesia. Benda-benda yang dijarah selama penjajahan Belanda di Indonesia itu, ratusan di antaranya berasal dari koleksi Museum Volkenkunde. Sebagian kecil masih dipamerkan sampai sekarang. Selain harta karun Lombok, ada keris upacara dari Klungkung, Bali, dan empat arca Singhasari. Penandatanganan serah terima repatriasi telah dilakukan pada Senin, 10 Juli 2023 di Leiden.

“Intan Lombok pergi sedikit lebih awal, karena akan memiliki peran seremonial saat serah terima pada hari Senin (10/07/2023),” tulis Merijn van Nuland dalam “Van de befaamde Lombok-diamant is in de Leidse vitrine alleen nog het pinnetje over”, trouw.nl, 7 Juli 2023.

Advertising
Advertising

Menurut sejarawan Belanda Ewald Vanvugt, berlian Lombok berukuran 21 x 19,3 milimeter tersebut salah satu batu gemerlap paling terkenal dan terbesar di dunia. “Diperkirakan pada tahun 1985, murni berdasarkan beratnya, tanpa menilai kekunoannya, nilainya sebesar 750.000 gulden,” terang Ewald Vanvugt dalam Het Dubbele Gezicht van de Koloniaal.

Baca juga: Resmi! Belanda Serahkan 472 Benda Bersejarah ke Indonesia

Ali Baba di Sarang Penyamun

Memasuki lokasi etalase berlian Lombok berikut rampasan perang Lombok lainnya, bukan perkara mudah. Pengunjung dibatasi 15 orang per jam. Masuknya melalui pintu samping yang dijaga ketat aparat bersenjata.

Di bawah pengawalan bersenjata pengunjung masuk ke lift. Di lantai atas, seorang pegawai museum dengan sarung bahu menunggu di aula yang remang-remang. Pengunjung memasuki ruangan gelap melalui pintu lebar. Ketika pintu ditutup, ruang menjadi gelap gulita. Lalu tiba-tiba lampu menyala terang, berkelap-kelip. Di situlah letak tempat pemajangan harta karun Lombok.

“Ratusan permata dan ribuan batu berharga bersinar di sekeliling ruangan. Anda langsung merasa seperti Ali Baba di sarang penyamun. Puluhan keris, ratusan cincin, segala macam kendi emas dan benda-benda berharga ditumpuk di sini dalam etalase antipeluru, tampak seperti permata di department store. Sebuah keris berkilauan, bilahnya bertatahkan emas, sarungnya berhias 120 berlian, tergantung di seutas benang, tampak bergerak mengikuti aliran udara AC,” tulis Vanvugt menggambarkan lokasi penyimpanan benda-benda bernilai tersebut.

Berlian (kiri bawah) dan benda-benda berharga lainnya dari Lombok yang dikembalikan ke Indonesia. (Riyono Rusli/Historia.ID).

Benda-benda paling indah dipajang di sepanjang dinding museum, disertai foto-foto tokoh-tokoh terkemuka Belanda. Di atas berlian Lombok, misalnya, tergantung potret Jan Laurens Andries Brandes, seorang filolog, kolektor barang kuno, dan leksikografer Belanda. Sosok ini populer lantaran menemukan salinan keropak Negarakertagama di Puri Cakranegara, Lombok.

Harta Lombok yang dirampas Belanda terdiri dari 230 kilogram uang emas, 7.199 kilogram koin perak, perhiasan, dan lebih dari 1.000 macam benda berbahan emas. Sebagian besar harta ini dikirim ke Belanda dalam 75 peti. Sebagian lagi dilebur. Sedangkan benda-benda yang bernilai sejarah dan budaya menjadi koleksi museum.

Baca juga: Repatriasi Bukan Sekadar Memulangkan Benda Bersejarah ke Tanah Air

Laman kunsthal.nl menyebut harta tersebut pernah dipamerkan pihak museum selama tiga bulan, sejak 16 September sampai 10 Desember 1995. Ewald Vanvugt terlibat dalam pameran sebagai kurator tamu.

Setahun sebelumnya, Vanvugt secara khusus menulis harta Lombok dalam buku berjudul De schatten van Lombok.

Lokasi pameran bertajuk “The Treasure of Lombok” itu berada di tengah aula seni seluas 1.000 meter persegi. Pameran eksotik dengan iringan instrumentalia dari kecapi Yahudi. Di seluruh ruangan merebak aroma cengkeh dan kayu manis.

Pameran tersebut dicatat Frank Eckardt dalam Rotterdam Konturen einer globalisierten Stadt. Ia juga menyinggung berlian Lombok. “Berlian 75 karat, sebesar buah aprikot dengan segi tak terhingga, dalam bingkai selebar dua sentimeter yang terbuat dari emas yang ditempa secara artistik,” tulisnya.

Baca juga: Rampasan Belanda yang Dikembalikan ke Sri Lanka

Ihwal kondisi pasca menghilangnya harta karun Lombok dari Museum Etnologi Leiden juga dibahas Merijn van Nuland. Museum ini terancam kosong. Namun, pengunjung setia museum tidak akan terkejut. “Permintaan restitusi Indonesia tentu sudah diketahui berbulan-bulan. Sebagai pengelola museum, kami siap untuk itu, dan saya pikir bahkan peminat terhebat pun sekarang telah mengucapkan selamat tinggal pada objek favorit mereka,” tulis Merijn van Nuland mengutip Marieke van Bommel, direktur Museum Nasional Budaya Dunia (National Museum of World Cultures).

Museum yang berasal dari masa kolonial, “taman bermain” bagi para kolektor dan ilmuwan Barat itu, disebut-sebut akan didesain ulang dalam waktu dekat. Bahwa pandangan dunia tentang Eurosentris sudah ketinggalan zaman. Untuk itu, sebuah museum mesti tetap relevan dengan perubahan zaman.*

Penulis pernah menjadi wartawan di beberapa media cetak dan daring. Kini sebagai penulis lepas dan menulis beberapa buku di antaranya De Ampenan (2019), Satria Bongancina (2021), dan Layar Nasib (2022).

TAG

repatriasi lombok

ARTIKEL TERKAIT

Seputar Prasasti Pucangan Menyibak Warisan Pangeran Diponegoro di Pameran Repatriasi Koleksi-koleksi Repatriasi Benda Bersejarah Mengenal Kelompok Seni Pita Maha Salib Lombok dari Belanda Pun Dirampas Juga Menyongsong Wajah Baru Museum Nasional Indonesia dan Pameran Repatriasi Sejarah Perkembangan Repatriasi dari Belanda ke Indonesia Menteri Nadiem: Masih Banyak Benda Bersejarah Indonesia yang Belum Dikembalikan Petualangan Said Abdullah di Lombok Cerita di Balik Repatriasi Arca Brahma