SOEHARTO merupakan pembelajar. Ilmu kebatinan salah satu yang paling diminatinya. Itu dimulai saat ia ngenger di rumah Hardjowijono, seorang mantri tani yang merupakan kerabat ayah angkatnya, di Wuryantoro, Wonogiri.
Bersama Hardjowijono, Soeharto mendapatkan kasih sayang seorang ayah yang selama ini absen dari kehidupannya. Ia sering diajak keliling mengikuti sang “ayah” memberi penyuluhan kepada petani-petani di berbagai tempat. Seringkali pula Soeharto diajarkan teknik bertani yang benar. Singkatnya, Soeharto diberi bekal untuk menjalankan kehidupannya kelak.
“Saya mendapat kesenangan khusus bersama Pak Hardjo,” aku Soeharto dalam otobiografinya, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya.
Baca juga: Modal Soeharto dari Muhammadiyah
Sehari-hari berada di tengah keluarga Hardjowijono, Soeharto pun tahu “tetek-bengek” isi rumah Pak Hardjo. Aktivitas sang “ayah” yang amat diperhatikannya adalah seringkali bertandang ke rumah Kyai Darjatmo, mubalig terkenal di Wonogiri saat itu yang juga pegawai pengawas irigasi.
Soeharto kemudian sering diajak ikut Hardjowijono berkunjung ke rumah sang kyai. Soeharto terkesan dengan keramahan Kyai Darjatmo. Dia juga tertarik dengan cara Kyai Darjatmo memberi jawaban atas pertanyaan yang didapatnya atau menjelaskan sesuatu tentang kehidupan berdasarkan ilmu agama dan filsafat Jawa yang dikuasainya. Soeharto pun kian antusias untuk belajar pada sang kyai.
“Daryatmo, seorang guru dan muballigh yang terkenal, dan juga menjadi dukun kenamaan, mengobati penyakit dan meramal. Kyai yang peramah itupun menjadi ulu-ulu, sama seperti ayah Soeharto,” catat OG Roeder dalam Anak Desa: Biografi Presiden Soeharto.
Baca juga: Barak-barak Soeharto
Tentu, Soeharto bukan satu-satunya pemuda Jawa yang belajar kebatinan dan spiritual. Saat itu umum pemuda ataupun pria dewasa Jawa belajar spiritual. Soedjono Hoemardani dan Mesran Hadiprajitno juga suka belajar ilmu tersebut.
Dengan Kyai Darjatmo, Soeharto akhirnya belajar sungguhan, bukan ikut-ikutan Pak Hardjo lagi. Soeharto pun meminta izin kepada Hardjo untuk berguru ke sang kyai.
“Maka kemudian, dengan seizin Pak Hardjo, saya diizinkan kadang-kadang datang sendiri ke rumah Kiai Darjatmo yang letaknya tidak berjauhan dengan tempat tinggal Pak Hardjo. Di langgar Kiai Darjatmo inilah saya banyak belajar mengenai agama dan kepercayaan. Minat saya besar untuk sering mendengarkan Pak Kiai itu bicara mengenai filsafat hidup. Rasa-rasanya Pak Kiaki Darjatmo itu pun tertarik kepada saya,” kenang Soeharto.
Baca juga: Menelanjangi Silsilah Pribadi Presiden Soeharto
Hubungan Darjatmo dengan Soeharto pun berlanjut hingga jauh hari setelahnya ketika Soeharto telah lama meninggalkan Wonogiri. Bahkan, ketika Soeharto telah menjadi komandan brigade di Salatiga, aku Soeharto, ia sering mengunjungi Kyai Darjatmo.
“Soeharto sering meminta nasihatnya di awal 1950-an,” catat Robert Edward Elson dalam Soeharto: Sebuah Biografi Politik.
Kepadanya Soeharto berkonsultasi secara rutin. Soeharto lebih banyak belajar pada guru kebatinannya daripada guru formalnya.
Selain Kyai Darjatmo, Soeharto juga belajar ilmu kebatinan kepada Romo Diyat, yang bernama lengkap Raden Panji Soediyat Prawirokoesoemo. Romo Diyat adalah guru penting dalam hidup dan karier Jenderal Soeharto.
Baca juga: Teka-Teki Silsilah Presiden Soeharto
Di masa revolusi kemerdekaan, Soediyat juga seorang tentara. Pada 1950, pangkat Soediyat di ketentaraan adalah kapten. Setelah 1950, Soediyat tidak meneruskan karier militernya.
“Setelah keluar dari tentara pada tahun 1950, Kapten P. Soediyat bekerja sebagai PNS Depdikbud dan mengajar ilmu Kebatinan (kejawen),” catat Ahmad Moestahal dalam Dari Gontor ke Pulau Buru: Memoar H. Achmadi Moestahal.
Ada yang menyebuat pada 1950 Romo Diyat dan Soeharto sempat berguru kepada Romo Marto Pangarso dan Romo Budi Kusumo di daerah Notoprajan, Yogyakarta. Namun belakangan Romo Diyat justru dianggap guru spiritual daripada Soeharto. Kegiatan mengajar Romo Diyat cukup berkembang.
Baca juga: Di Balik Heboh Silsilah Soeharto
“Romo P. Sudiat atau lebih sering disebut Romo Lengkung ini diangkat sebagai Spri (penasehat spiritual) dengan pangkat Brigjen Kehormatan,” begitu menurut Moestahal, yang di masa kepresidenan Soeharto pernah menjadi tahanan politik karena dikaitkan dengan G30S.
Reputasi Romo Diyat di masa Orde Baru oleh banyak orang dianggap sebagai guru spiritual Soeharto. Di dalam hubungan Romo Diyat dengan Soeharto itu ada Soedjono Hoemardani yang lama menjadi bawahan Soeharto sejak di Jawa Tengah. Nama yang disebut terakhir inilah yang dititipi pesan penting mengenai Soeharto oleh Romo Diyat. (Bersambung).