SEWAKTU berkunjung ke Bali, Presiden Soeharto hendak menghabiskan waktu dengan main golf di kawasan wisata Bedugul. Soeharto ditemani Perdana Menteri Singapura Lee Kwan Yew. Karena kehadiran tamu negara penting itu, maka rombongan Presiden Soeharto disertai oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) termasuk tim teknisi mobil kepresidenan.
“Saya sudah bawa kotak peralatan dan suku cadang dari Jakarta untuk keadaan darurat,” kenang Jongkie Sugiarto, 75 tahun, yang saat itu bertugas sebagai montir mobil kepresidenan RI. “Jadi saya ikut konvoinya Pak Harto, staf saya ikut konvoinya Lee Kwan Yew berangkat ke Bedugul. Saya biasanya ditempatkan di mobil jip paling belakang.”
Beruntunglah Jongkie telah melengkapi dirinya dengan “senjata perang” ala montir itu. Di tengah jalan, mobil yang ditumpangi Presiden Soeharto mengalami masalah. Paspamres turun untuk mengecek keadaan mobil tersebut. Dari bawah mobil kepresidenan ternyata bensin sudah mengucur deras. Keadaan itu cukup berbahaya. Andai kata ada percikan api, bisa terjadi kebakaran.
Jongkie langsung bergegas meraih mobil Presiden Soeharto. Diperintahkannya untuk mematikan mesin mobil.
“Karena pompanya elektrik, selagi mesinnya hidup dia pompa terus. Kalau bensinnya ngocor terus bisa kebakaran,” tutur Jongkie.
Baca juga: Cerita Presiden RI dan Mobil Mercy-nya
Sementara Soeharto dipindahkan ke mobil cadangan, Jongkie mulai membereskan Mercedes-Benz (W100) 600 Pullman yang bensinnya mengucur itu. Jongkie masih ingat betapa panasnya aspal jalanan saat dia membetulkan mobil Presiden Soeharto. Setelah diperiksa, Jongkie menemukan selang bensin berukuran sejengkal tangan yang pecah. Selang itu kemudian digantinya, barulah mobil bisa melaju kembali secara normal. Jongkie lantas membawa mobil itu ke Bedugul.
“Selang bensin pecah,” kata Jongkie melapor ke Paspampres setibanya di Bedugul.
Paspampres kemudian meminta Jongkie untuk menjelaskan secara langsung kepada Presiden Soeharto. Mendengar arahan tersebut, hati Jongkie kalang-kabut. Dia takut kena marah Soeharto sehubungan dengan kerusakan pada mobil yang ditumpanginya. Ketika Jongkie menghadap, Soeharto sedang siap-siap pakai sepatu golf.
“Izin, Pak,” lapor Jongkie. “Ini tadi selang bensinnya pecah.”
“Yoo... diservis mobilnya,” jawab Presiden Soeharto sekadarnya.
Baca juga: Mobil yang Digandrungi Presiden Habibie
Lega hati Jongkie. Dia luput dari omelan Presiden Soeharto. Menurut Jongkie, Soeharto kurang begitu mengerti urusan teknis mengenai otomotif maupun mobil kepresidenan.
“Itu kejadiannya sekitar tahun 1973,” tutur Jongkie kepada Historia.id
Bagi Jongkie, insiden di Bali cukup berkesan karena dia baru setahun bertugas sebagai montir mobil kepresidenan. Setelah menyelesai pendidikan teknik otomotif di Jerman, Jongkie pulang ke Indonesia. Semula Jongkie ditempatkan di bagian pusat departemen pelayanan mobil penumpang distributor Mercedes-Benz Indonesia.
“Tugas saya waktu itu selain mencari dealer-dealer Mercedes dari Aceh sampai Manado, salah satunya adalah mobil kepresidenan. Mulai tahun 1973, saya sudah kutak-katik mobil (Mercedes) walaupun masih sedikit. Yang banyak malah Cadillac, Mercedes masih sedikit. Kita hanya punya satu-satunya mobil anti peluru eks Bung Karno, Cadillac tahun 1962,” tutur Jongkie.
Baca juga: Buick Bung Karno Masih Jalan
Sejak bertugas mengurusi mobil kepresidenan di masa Presiden Soeharto, garasi di samping kantor kepresidenan Bina Graha selalu menjadi tempat Jongkie siaga. Di sana, Jongkie bekerja sebagai montir untuk menjaga dan merawat mobil kepresidenan khusus merek Mercedes-Benz. Pada awal 1970-an, tersedia dua jenis Mercedes-Benz tipe (W100) 600 Pullman. Satu setir kiri, satu lagi setir kanan. Kedua mobil itu biasa dipakai untuk membawa tamu negara.
“Hanya itulah yang bisa dipakai untuk tamu negara. Ada jump seat-nya, jadi bisa berhadap-hadapan. Karena Pak Harto dulu biasanya membawa penerjemah, Pak Widodo Sutiyo. Jadi Pak Widodo duduk di jump seat, Pak Harto lalu tamu negara, mereka bisa bercengkrama,” terang Jongkie.
Selama tiga dekade pemerintahannya, menurut jurnalis senior James Luhulima, Mercedes-Benz S-Class selalu menjadi mobil dinas kepresidenan Presiden Soeharto. Kendati modelnya beberapa kali berganti, tetapi mobil-mobil lama, yang kondisinya masih baik, tetap digunakan. Mercedes-Benz 600 Pullman W 100 digunakan hingga akhir tahun 1970-an.
“Mobil itu terlihat digunakan oleh Presiden Soeharto pada saat ia menyambut kedatangan Presiden Amerika Serikat Gerald Ford pada tahun 1975, sebelum digantikan oleh Mercedes-Benz S 280 W116 pada awal tahun 1980-an,” catat James dalam The Mercedes-Benz Presidential Car.
Baca juga:
Kali lain, Presiden Soeharto menyambut kedatangan Presiden India yang berkunjung ke Indonesia. Jongkie diminta untuk memberangkatkan mobil yang akan digunakan untuk membawa rombongan presiden ke Bandara Halim Perdanakusuma. Dari Bina Graha, Jongkie mempersiapkan mobil Mercedes-Benz 600 Pullman W. Mesin menyala, AC dingin, tapi sejurus kemudian tercium aroma minyak tanah.
“Mati dah ini. Ternyata bensinnya kecampur minyak tanah sewaktu diisi di pom bensin yang sekarang menjadi kantor Kemdagri. Terpaksa saya buka (tanki bensin) dari bawah, keluarin semua,” kenang Jongkie.
Setelah dikuras, tangki mobil diisi dengan bensin yang baru. Mobil kepresidenan yang sedianya dipakai untuk menyambut tamu negara dari India itu pun dapat digunakan tanpa kendala lagi. Andai kata mobil terus melaju tanpa dikuras dulu, maka yang terjadi mobil bakalan mogok di tengah jalan. Walaupun presiden akhirnya luput dari celaka, insiden itu membuat Jongkie diinterogasi Paspampres. Jongkie melaporkan secara teknis apa yang terjadi terhadap mobil itu. Diperoleh kesimpulan bahwa pom bensinnya yang bermasalah.
“Akhirnya pompa bensinnya ditutup. Tapi bukan saya yang tutup, saya hanya bikin laporan,” demikian kisah Jongkie.
Baca juga: Pom Bensin dari Apotek ke SPBU