Masuk Daftar
My Getplus

Tentara Melarat

Psywar mendominasi Konfrontasi Indonesia-Malaysia. Pemberian dolar jadi salah satu bentuk yang sering digunakan.

Oleh: M.F. Mukthi | 08 Agt 2019
Kolonel Penerbang (Purn.) Pramono Adam. (Fernando Randy/Historia).

BAGI Kolonel Pnb. (Purn.) Pramono Adam, seberapapun beratnya tugas yang diemban, ia mesti dijalankan dan diselesaikan. “Kita senang aja,” ujarnya kepada Historia.

Tanggungjawab itu selalu menjadi prinsipnya selama menjadi perwira Angkatan Udara, termasuk ketika dia di-BKO ke Kodam Mulawarman dalam rangka Dwikora, 1963-1965. Dia, kala itu berpangkat letnan, mesti bolak-balik menerbangkan helikopter angkut sedang Mi-4 melintasi hutan “perawan” Kalimantan tanpa dilengkapi flight guidance, peralatan navigasi dan komunikasi.

Justru dari penugasan di “kegelapan” itu dia banyak belajar. “Kita memperhatikan sifat hutan, ada yang berbunga begini, ada tanah longsor, ada macam. Itulah alat bagi kami navigasi. Nggak ada yang nunjukan pada kita. Jadi mengikuti jejak di darat. Istilahnya dead reckoning,” sambung lelaki berusia 83 tahun yang biasa disapa Pram itu.

Advertising
Advertising

Baca juga: Ngeri-Ngeri Sedap di Long Bawang

Penugasan di pedalaman Kalimantan itu pula yang membuat Pram mengetahui banyak hal baru yang sebelumnya tidak dia ketahui. Salah satunya, perang urat saraf (psywar) yang cukup intens dilakukan di perbatasan baik oleh Indonesia maupun Malaysia-Inggris. Kedua belah pihak melakukan berbagai cara untuk menjalankan psywar itu.

“Perangan psikologis dapat didefinisikan sebagai cara non-kekerasan untuk berperang atau memerangi subversi, suatu metode yang dimaksudkan untuk melemahkan keinginan musuh untuk melawan, untuk memenangkan hati penduduk sipil, untuk mempertahankan kemauan dan tekad masyarakat untuk terus berjuang, dan untuk memenangkan dan mempertahankan dukungan pendapat dunia,” kata Alastair Morrison, ekspatriat di Sarawak yang dilibatkan untuk menghadapi psywar Indonesia, dalam memoarnya Fair Land Sarawak: Some Recollection of an Expatriate Official.

Baca juga: Naik Heli Cukup Bayar Pakai Kambing

Salah satu bentuk psywar yang sering digunakan Inggris-Malaysia adalah menerbangkan jet tempur Gloster Javelinnya melintasi perbatasan untuk menggertak basis-basis militer Indonesia. Sebagai balasan, Indonesia kerap mengirim bomber Tu-16 ke wilayah-wilayah Kalimantan-Malaysia.

“Jam 12 siang, hampir tiap hari TU ke Kuching. Kuching geger dengar TU ke situ siang hari bolong. Kita pas di perbatasan, lihat TU-nya datang ke situ,” kenang Pram.

Namun, bentuk psywar kedua negara tak hanya dalam bentuk gagah-gagahan. Hal sepele pun kerap dilakukan. Pram ingat, para personil Inggris kerap menghanyutkan uang dolar ke laut dengan harapan sampai di pantai Kalimantan-Indonesia.

“Kita karena melarat-melarat, lihat itu sudah pasti nunggu. Wah dolarnya sampai di situ. Diambilin. Itu (Inggris, red.) ngejek kita, ‘Ooo...kamu melarat.’,” kata Pram sambil terkekeh. “Itu tiap sore ejek-ejekan Malaysia sama kita.”

TAG

auri tni au pramono adam

ARTIKEL TERKAIT

Pelaut Madura dalam Sejarah Indonesia Komandan AURI Pantang Kabur Menghadapi Pasukan Gaib Lika-liku Opsir Luhukay Kisah Pasukan Gabungan AURI-ALRI Menahan Gempuran Belanda Koes Plus dan Mantan Perwira AURI Wardiman Menyambut Kemerdekaan Seragam Batik Tempur Misteri Pembela Omar Dani Sosok Sukarno dan Pak Dirman dalam Kadet 1947 Tragedi Pesawat Angkatan Udara di Mata Utami Suryadarma