SAAT pertamakali mendapat tugas terbang mengangkut logistik ke perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Timur dalam rangka Dwikora, Lettu Pnb. AURI Pramono Adam mengingat pulau itu masih rimba raya. “Dari tengah Kalimantan mau ke timur, ke Balikpapan atau ke Tarakan, warna laut sama warna hutan sama: biru. Bukan hijau. Masih padat sekali (hutannya, red.),” ujarnya kepada Historia.
Celakanya, dalam mengemban tiap tugas memiloti helikopter angkut Mi-4 di pulau yang masih “perawan” itu, dia tak diberi panduan (SOP) dan diberi minim peralatan navigasi. “Jadi blind navigation. Nggak ada yang menunjukkan pada kita,” sambung lelaki yang akrab disapa Pram itu.
Baca juga: Saat Heli Trengginas Diganti Heli Bekas
“Kalau diberi tugas, ini SP, one way trip. Kamu pulang ya syukur, nggak pulang ya nggak masalah. Karena yang harus accomplish itu misi yang pertama. Itu yang harus diselesaikan.”
Kendati berat, Pram pantang menolak tugas. “Kita senang aja,” kata Pram. Hal itu yang agaknya menjadi alasan Pangdam Mulawarman Mayjen Soemitro mengandalkan Pram untuk meninjau lapangan.
“Pada saat-saat terakhir setelah pengalaman gagal jalan kaki, kami mendapat bantuan helikopter buatan Rusia (M-4). Mobilitas saya menjadi lebih tinggi. Inspeksi ke perbatasan lebih sering,” kata Soemitro dalam otobiografi yang ditulis Ramadhan KH, Dari Pangdam Mulawarman Sampai Pangkopkamtib.
Baca juga: Soemitro dan Ali, Kisah Duel Dua Jenderal
Pada suatu hari di Pulau Bunyu, Pram diminta Soemitro menerbangkannya ke Tarakan. Setelah observasi singkat, Pram memberitahu bahwa mereka mesti terbang pukul 4 sore dan sang komandan menuruti.
Sesaat sebelum helikopter yang dipiloti Pram terbang, seorang penduduk datang tergopoh-gopoh ke helikopter itu. Orang itu menitipkan seorang keluarganya yang sudah beberapa bulan sakit untuk dibawa ke Tarakan. “Pak, saya nitip kambing untuk Bapak ya. Nanti di Tarakan sana disatelah,” kata penduduk tadi sebagaimana ditirukan Pram. “Saya dikasih kambing. Wah, naik pesawat dikasih (dibayar pakai) kambing,” ujarnya sambil tertawa dan menggelengkan kepala.