Kisah Hoegeng dan Anak Menteri

Bagaimana seorang Kapolri berhadapan langsung dengan pemuda pecandu daun haram. Lewat pendekatan persuasi, terungkaplah bahwa dia anak seorang menteri.

Oleh: Martin Sitompul | 24 Jul 2020
Kisah Hoegeng dan Anak Menteri
Kapolri Jenderal (Pol.) Hoegeng Iman Santoso. Sumber: Wikimedia Commons.

Kapolri Jenderal Hoegeng Iman Santoso sekali waktu kedatangan tamu tak diundang. Ceritanya, pada suatu malam, anggota polisi dan petugas bea cukai mengantarkan seorang remaja tanggung ke hadapannya. Hoegeng membatin dalam hati seperti ada sesuatu yang tidak beres. Benar saja demikian.     

“Siapa dia?” tanya Hoegeng.

“Pengisap ganja, Pak,” demikian dijawab. “Bapaknya orang penting, Pak, mau diapakan?”

Advertising
Advertising

Baca juga: 

Hoegeng, Polisi Anti Suap

Hoegeng menatap anak muda itu dengan perasaan heran. Dalam hatinya, Hoegeng kembali bertanya mengapa anak ini sampai terjebak dalam dunia gelap. Menurut laporan, remaja tanggung ini tertangkap tangan tengah mengisap ganja ditempat yang sudah lama dicurigai kepolisian.

“Kalau saya tak salah ingat, seorang pedagang rokok yang diam-diam menjual ganja kecil-kecilan,” kata Hoegeng kepada Abrar Yusra dalam otobiografi Hoegeng, Polisi: Idaman dan Kenyataan yang disusun Ramadhan K.H.

Mulanya Hoegeng menerka, remaja pengisap ganja ini barangkali anak pejabat Pemda DKI. Jika bukan demikian, mungkin anak pejabat departemen di bawah dirjen. Betapa malunya anak itu ketika diinterogasi sehingga tidak mau menyebutkan siapa orang tuanya. Namun dengan pendekatan kebapakan, Hoegeng berhasil menguak identitas anak tersebut.

“Masya-Allah, saya benar-benar terperanjat: anak seorang menteri!” kenang Hoegeng.

Baca juga: 

Kisah Hoegeng Disetrap Bung Karno

Setelah diusut, Hoegeng tidak serta merta menjebloskan anak itu ke dalam tahanan. Menurut pengakuan si bocah, ayahnya tidak mengetahui bahwa dirinya mengisap ganja. Hoegeng membayangkan dirinya sejenak sebagai seorang menteri yang sibuk mengurus tugas-tugas negara. Dengan pemikiran demikian, Hoegeng tidak dapat mengatakan sang menteri bersalah secara langsung karena anaknya mengisap ganja. Maka, saat itu juga Hoegeng segera menghubungi bapak menteri bersangkutan via telepon.

“Mas, puteranya ditangkap, mengisap ganja. Mas mau urus sendiri atau kami tindak?” kata Hoegeng. Kendati disampaikan dalam nada bersahabat, Hoegeng tetap mengultimatum sang menteri. Apabila tidak mampu mengurus anaknya, maka kepolisian yang akan bertindak. Kasus itupun selesai tanpa mengemuka ke publik.

Hoegeng sendiri mengakui terlambat menyadari betapa berbahayanya zat psikotropika pada ganja. Semula Hoegeng hanya mengetahui, ganja atau mariyuana lazim dipakai sebagai bumbu masakan gulai orang Aceh. Pandangannya terhadap ganja berubah setelah mengikuti Interpol Conference pada September 1970 di Brussel, Belgia yang turut membahas ancaman narkotika. Sejak itulah Hoegeng menggencarkan operasi pemberantasan peredaran narkotika.

Baca juga: 

Aksi Penyamaran Hoegeng

 

TAG

hoegeng polisi narkoba

ARTIKEL TERKAIT

Jago Tempur Brimob di Awal Kemerdekaan Cerita dari Stadion Hoegeng di Pekalongan Dua Polisi Bernama Soeleman Polisi Berkasus tapi Karier Mulus bukan Cerita Baru Ketika Kapolri Hoegeng Iman Santoso Kena Peremajaan Setelah  Jadi ABRI, Polisi Jadi Alat Politik Penguasa Akibat Bantuan untuk Penduduk Papua Dikorupsi Dulu Hoegeng Jadi Menteri Iuran Negara Beda Cara Polisi Dulu dan Sekarang dalam Berpolitik Komandan Polisi Istimewa Digebuki Anggota Laskar Naga Terbang