SUDAH banyak kita ketahui lakon sejarah yang pernah dia perankan semasa hidupnya: Hamka bukan ulama biasa, bukan pula pendakwah ala kadarnya. Dia penulis yang produktif. Puluhan karya telah lahir dari tangannya, merentang mulai sastra sampai sejarah.
Sebagai aktor politik dalam gelanggang pertarungan kekuasaan, Hamka pengusung Islam yang kukuh dan teguh. Namun demikian, Hamka bukan seorang agamawan yang degil, yang serta merta melecehkan keberagaman yang melekat pada bangsa ini.
Irfan, anaknya, menyaksikan bahwa ayahnya seorang yang toleran. Ali Audah, sastrawan yang pernah bersinggungan dengan Hamka semasa hidupnya, mengatakan kalau tokoh kelahiran Maninjau itu “pemikir Islam yang moderat”.
Tentu Hamka pernah pula kesandung. Pada suatu waktu dia nyaris tenggelam bersama kapal Van Der Wicjk, roman karangannya yang terbit pada 1939. Tuduhan menjiplak karya Al Manfaluthi bak peluru meriam yang ditembakkan tepat mengenai lambung kapalnya. Hamka oleng. Serangan dan pembelaan terhadapnya sempat meramaikan jagat kesusasteraan.
Kali ini kami memilih Hamka, untuk melihatnya sebagai manusia biasa yang pernah ikut mewarnai kanvas sejarah di Indonesia. Beragam cerita kami hadirkan untuk mengenali masa lalu Hamka dari masa kekinian.
Berikut laporan khusus Hamka:
Hamka dalam Dua Zaman Penjajahan
Ketika Hamka Menggugat Imajinasi