PARTAI Murba berdiri pada 7 November 1948 dari hasil fusi tiga partai murba. Ia diprakarsai Tan Malaka yang menginginkan partai itu menjadi partai massa. Untuk menjadi partai massa, kata Tan, partai harus memiliki kader-kader yang memiliki disiplin dalam segala-galanya.
Kader partai harus terjun ke bawah dan berada di tengah-tengah kaum murba, yaitu golongan penduduk paling besar di Indonesia dan tak mempunyai apa-apa kecuali kekuatan batin dan tenaga untuk kerja.
Keinginan Tan Malaka tak terwujud. Ini terbukti dalam pemilu 1955, 1971, dan 1999. Kegagalan ini, menurut sejarawan Harry A. Poeze, karena lemahnya kepemimpinan organisasi, pengikut, kader, dan ormas. Kendati demikian, pada 1950 hingga 1960-an, tokoh-tokoh Murba memainkan peran penting dalam pemerintahan.
Dalam perjalanannya, Murba mengalami jatuh bangun: dibubarkan, direhabilitasi, berfusi, dan hidup lagi. Semuanya demi mewujudkan Murbaisme berlandaskan ajaran-ajaran Tan Malaka.
Sebagai partai, Murba telah gagal dan tiada lagi; kader-kadernya menyebar dalam berbagai partai. Namun, pemikiran-pemikiran pendirinya, Tan Malaka, abadi.*
Berikut ini laporan khusus Partai Murba:
Jalan Murba Menuju Pertempuran
PRRI Kecil Hingga Pulau Terpencil
Perwamu dari Politik Hingga Sosial