SUPERSEMAR atau Surat Perintah 11 Maret 1966 telah berusia lebih dari setengah abad. Namun, ia masih diselubungi kontroversi. Ada tiga kontroversi di seputar Supersemar: proses mendapatkan surat itu, interpretasi perintah dalam surat itu, dan naskah surat itu sendiri.
Proses pembuatan Supersemar diyakini dengan paksaan karena sebelum tiga jenderal, terlebih dahulu dikirim dua pengusaha untuk membujuk Sukarno menyerahkan kekuasaan kepada Letjen TNI Soeharto. Artinya, ada upaya aktif untuk meminta Sukarno menyerahkan kewenangannya kepada Soeharto.
Baca juga: Sukmawati Sukarnoputri: Supersemar Merupakan Tes Kesetiaan
Soeharto sebagai penerima Supersemar tidak menjalankan apa yang diperintahkan dalam Supersemar. Dengan Supersemar, dia membubarkan PKI. Supersemar ditafsirkan sebagai pelimpahan kekuasaan, yang kemudian dibantah oleh Sukarno.
Terakhir, naskah Supersemar yang otentik hingga kini belum ditemukan. Arsip Nasional Republik Indonesia menyimpan tiga versi Supersemar. Semuanya bukan yang otentik. Belum ditemukan Supersemar yang otentik tidak mengurangi kelengkapan narasi sejarah tentang pergantian kekuasaan tahun 1965/1966.
Berikut ini laporan khusus Supersemar:
Misi Pengusaha Sebelum Supersemar
Situasi Mencekam Sebelum Supersemar
Surat Perintah yang Terlupakan
Kontroversi Seputar Supersemar