Masuk Daftar
My Getplus

Ujung Hayat Kaisar Terakhir Jerman di Pengasingan

Di antara Der Führer dan Der Kaiser terjalin relasi berkalang cinta tapi benci.

Oleh: Randy Wirayudha | 09 Jun 2023
Kaisar Wilhelm II yang diabadikan dalam bentuk patung dada di halaman Huis Doorn yang kini menjadi museum (huisdoorn.nl)

LANGIT di atas Doorn, Belanda, cerah musim panas 9 Juni 1941 itu. Ratusan pelayat berkumpul di aula makan Huis Doorn (Wisma Doorn) yang diubah jadi tempat persemayaman. Satu per satu menghaturkan doa dalam hati untuk mendiang Wilhelm II, der kaiser terakhir Jerman, yang dibaringkan di peti terbuka lengkap dengan seragam militer dan sejumlah medalinya serta atribut panji era kekaisaran.

Wilhelm II menghembuskan nafas terakhirnya pada 4 Juni 1941 di usia 82 tahun. Sang kaisar wafat karena penyakit pulmonary embolism atau penyumbatan pada pembuluh darah di paru-paru di akhir masa pengasingannya.

Para pelayat yang hadir di antaranya Reichkomissar di wilayah pendudukan Belanda, Arthur Seyss-Inquart; perwakilan Oberkommando des Heeres (OKH/Komando Tinggi AD Jerman) Generaloberst Curt Haase; Wehrmachtbefehlshaber (Panglima Tertinggi Tentara Jerman) di Belanda, General der Flieger Friedrich Christiansen; dan Komandan Abwehr (dinas intelijen militer Jerman) Laksamana Wilhelm Canaris. Generalfeldmarschall August von Mackensen, veteran Perang Dunia I kesayangan mendiang kaisar, bahkan datang langsung dari Dortmund.

Advertising
Advertising

“Para rombongan pelayat didatangkan ke Belanda dengan keretaapi luar biasa (KLB), di mana gerbong pribadi (Panglima Gestapo, Heinrich) Himmler ditambahkan untuk mengakomodir Marsekal Mackensen yang sudah berusia 92 tahun,” tulis Lamar Cecil dalam Wilhelm II: Emperor and Exile, 1900-1941.

Baca juga: Selusin Jenderal yang Disingkirkan Hitler (Bagian I)

Generalfeldmarschall Anton Ludwig Friedrich August von Mackensen (mengenakan topi Resimen Hussar) di antara para pelayat (Bundesarchiv)

Momen pemakaman sederhana pemegang takhta terakhir Kekaisaran Jerman dan Prussia di Huis Doorn –yang jadi kediaman terakhirnya– itu sengaja dibatasi Hitler dengan alasan politis. Tak lebih dari 200 hadirin yang boleh datang. Hitler sendiri diwakili Seyss-Inquart serta karangan bunga lili dan anggrek di antara 171 karangan bunga duka cita lain yang mengelilingi peti mati sang kaisar.

“Sesuai pesan terakhir kaisar, tidak ada satupun eulogi yang disampaikan dalam upacara itu. Setelahnya jasad sang kaisar dibawa dengan mobil Mercedes abu-abu dengan diikuti rombongan keluarga (dinasti) Hohenzollern dan para perwakilan pemerintahan Jerman Nazi ke sebuah kapel dekat pintu gerbang Huis Doorn,” imbuhnya.

Sesampainya di kapel, jasad kaisar diusung para serdadu untuk dikuburkan di dalamnya. Hanya Marsekal Mackensen yang diperbolehkan pihak keluarga menemani jasad kaisar ke dalam kapel.

Di kemudian hari, kapel itu diubah menjadi mausoleum. Secara rutin setiap tanggal 9 Juni, makam sang kaisar nyaris tak pernah sepi diziarahi oleh para keluarga maupun para jenderal aristokrat Jerman.

Baca juga: Kudeta di Istana Kaisar

Jasad Kaisar Wilhelm II yang kemudian dibawa mobil Mercedes-Benz kelabu menuju persemayaman terakhir (Royal Watcher)

Kaisar di Pengasingan

Di suatu petang yang cerah, sebuah konvoi bermotor pasukan SS mengawal sebuah sedan Mercedes-Benz W150 II type 770K berwarna hitam. Dari sorot kamera pada sebuah panji di bagian depan mobil sudah sangat kentara bahwa penumpangnya adalah Panglima Schutzstaffel (SS) Reichsführer Heinrich Himmler (diperankan Eddie Marsan).

Sejumlah pelayan sudah bersiap sewaktu Himmler turun dari mobil dengan menggandeng kekasihnya. Ajudan penghuni wisma Kolonel (Purn) Sigurd von Ilseman (Ben Daniels) lantas menyambutnya pertamakali di muka muka rumah. Syahdan dari dalam rumah keluarlah si empunya wisma, Wilhelm II (Christopher Plummer) didampingi Permaisuri Hermine (Janet McTeer), ikut menyambut Himmler.

Namun pertemuan yang mestinya hangat itu berubah dingin. “Heil Hitler,” yang dicetuskan Himmler tak direspon sang kaisar. Hal itu sudah cukup buat Himmler menilai pandangan sang kaisar terhadap rezim Nazi.

Baca juga: Kolberg, Film Perang di Tengah Perang

Suasananya makin tegang saat momen ramah-tamah usai perjamuan makan malam. Utamanya ketika sudah menyinggung soal “solusi” untuk kaum Yahudi sesuai pandangan diktator Hitler. Lantas secara tersirat Himmler menekankan pentingnya sang kaisar untuk tidak ikut campur, apalagi melambungkan hasrat mengembalikan monarki ke tanah Jerman.

Adegan itu jadi salah satu premis penting dalam film The Exception (2016). Kendati film garapan David Leveaux itu sarat dramatisasi, setidaknya apa yang disajikan cukup jelas menggambarkan kusutnya “love-hate relationship” antara sang kaisar sebagai penguasa “orde lama” di masa pengasingan dan Hitler sebagai penguasa “orde baru”.

Scene Wilhelm II didampingi istri (kiri) kala menjamu Reichsführer Heinrich Himmler (IMDb)

Sang kaisar yang lahir dengan nama Friedrich Wilhelm Viktor Albert di Berlin, 27 Januari 1859, baru naik takhta sebagai raja Prusia dan kaisar Jerman pada 15 Juni 1888. Ia melanjutkan takhta ayahnya, Kaisar Friedrich III, sesudah ayahnya hanya memerintah selama 99 hari.

Wilhelm II terhitung sebagai cucu tertua Ratu Victoria yang berkuasa di Inggris (1837-1901). Tetapi karena sengkarut politis membuatnya harus terjun ke kancah Perang Dunia I (28 Juli 1914-11 November 1918) menantang dua sepupunya, Tsar Rusia Nikolai II dan Raja Inggris George V, yang dibantu Prancis dan Amerika Serikat.

Baca juga: Konflik Keluarga dalam Perang Dunia I

Kekalahan Jerman yang dikeroyok di dua front pun berujung pada turun takhtanya Wilhelm II. Ia dan keluarganya juga terpaksa dieksilkan ke Belanda, tempat Wilhelm II membeli properti Huis Doorn senilai 500 ribu gulden pada 1919. Ratu Belanda Wilhelmina mengizinkannya menjadikan tempat itu sebagai kediaman eksil Wilhelm II hanya karena masih terhitung sepupu jauh, kendati Wilhelmina selalu menolak undangan Wilhelm II untuk bertemu.

“Sebelum (Perang Dunia I) 1914 Wilhelm II merupakan orang terkaya di Jerman. Pasca-turun takhta ia tetap mempertahankan sejumlah kekayaannya. Setidaknya dibutuhkan 60 gerbong keretaapi untuk mengangkut perabotan dan koleksi perak berharganya dari Jerman ke Belanda,” ungkap sejarawan Inggris Giles McDonough dalam The Last Kaiser: William the Impetuous.

Selama di Doorn, Wilhelm II diizinkan untuk beraktivitas dalam radius 10 kilometer dari dari Huis Doorn. Jika ingin bepergian lebih jauh lagi, ia mesti mengajukan izin kepada pemerintah kota.

Kaisar Wilhelm II (tengah) kala berdiskusi dengan Jenderal Paul von Hindenburg (kiri) dan Jenderal Erich Ludendorff pada Perang Dunia I (Bundesarchiv)

Wilhelm II juga diizinkan menerima tamu. Tetapi tak seperti kisah film di atas, Himmler faktanya tak pernah bertandang. Justru Hermann Göring yang pernah bertamu dua kali, pada Januari 1931 dan pada musim panas 1932.

“Tidak ada catatan detail mengenai apa yang dibicarakan pada pertemuan itu tetapi sepertinya Göring bicara positif terkait prospek Wilhelm untuk kembali ke Jerman. Meski Wilhelm tetap skeptis terkait komitmen Hitler tentang restorasi monarki,” tulis sejarawan Australia Sir Christopher Clark dalam Kaiser Wilhelm II.

Sejak dieksilkan, Wilhelm memang sudah punya nazar bahwa baik dalam keadaan hidup atau mati, ia belum mau kembali ke Jerman selama monarki Dinasti Hohenzollern belum direstorasi. Tak ayal ia lebih sering meratapi keadaan negeri tercintanya yang terus bergolak pasca-Perang Dunia I. Mulai dari berdirinya Republik Weimar sejak 1919 hingga kemudian digantikan pemerintahan Nazi Adolf Hitler yang meleburkan sistem kekanseliran dan kepresidenan sejak 1934.

Baca juga: Adik Goering Anti-Nazi dan Penyelamat Yahudi

Kendati skeptis, sang mantan kaisar bukan berarti ia juga mau berkhianat. Buktinya ketika Perang Dunia II sudah bergolak, Wilhelm II menolak tawaran suaka dari Perdana Menteri Inggris Winston Churchill.

“Pada Mei 1940 ketika Jerman sudah menduduki Belanda, Wilhelm yang sudah renta menolak tawaran Winston Churchill untuk pindah suaka ke Inggris. Ia memilih menghabiskan usia di Huis Doorn,” ungkap Martin Gilbert dalam First World War.

Namun harapan untuk mengembalikan monarki dan membidik takhta penerus Wilhelm II tetap bermunculan di antara para cucu kandung dan cucu keponakannya. Oleh karenanya banyak pangeran yang menggabungkan diri entah ke SS ataupun kemiliteran Jerman untuk mengambil hati Der Führer Adolf Hitler.

Huis Doorn pada 1920 saat sudah dibeli Wilhelm II sebagai kediamannya di masa eksil (cultureelerfgoed.nl)

Sementara, hubungan Wilhelm II dengan Hitler sendiri lebih sering terjalin lewat surat-menyurat. Entah untuk sekadar melontarkan kritik maupun memberi ucapan selamat kepada Hitler.

Wilhelm jijik dengan kekerasan yang mengikuti manuver-manuver Hitler. Ketika terhadi peristiwa pembersihan Nacht der langen Messer (Malam Belati Panjang) pada 30 Juni-2 Juli 1934, misalnya, salah satu korban pembunuhannya adalah eks-kanselir Jenderal Kurt von Schleicher.

“Kita harus berhenti untuk hidup di bawah kebijakan (antisemit) seperti itu dan semua orang harus bersiap-siap akan kemungkinan para Nazi menyingkirkan mereka atau menghadapkan mereka ke tembok (kematian),” sesal Wilhelm II dikutip McDonough.

Baca juga: Selusin Jenderal yang Disingkirkan Hitler (Bagian II–Habis)

Atau ketika terjadi peristiwa pembersihan kaum Yahudi  “Kristallnacht” atau Malam Kaca Pecah pada 9-10 November 1939. Wilhelm II sampai meratap pedih, “Untuk pertamakalinya saya malu menjadi seorang Jerman.”

Namun seiring membaranya Perang Dunia II, Wilhelm terkadang juga menyuarakan dukungan pada Hitler. Ketika pasukan Jerman begitu mudah menaklukkan Polandia (medio September 1939) dan dilanjutkan penaklukan Prancis dan Belanda yang berjalan mulus pada Mei 1940, ia memberi ucapan selamat. Wilhelm II, tulis Antony Beevor dalam The Second World War, sampai mengirim telegram kepada Hitler.  “Führer-ku, saya ingin memberi ucapan selamat kepada Anda dan berharap di bawah kepemimpinan cemerlang Anda Monarki Jerman bisa dikembalikan sepenuhnya,” demikian bunyi telegram Wilhelm II.

Sementara, Hitler membacanya dengan sinis. Supir Hitler Obersturmbannführer (letkol) Heinz Linge yang ingat kejadian itu menirukan jawaban pahit Hitler: “Betapa idiotnya!”

Wilhelm II membawa serta keluarga dan sisa hartanya ke pengasingan di Doorn (Bundesarchiv)

Kendati demikian, Hitler juga punya perhitungan tersendiri terhadap. Meski sudah tak punya takhta, Wilhelm II masih jadi sosok yang dihormati oleh kebanyakan jenderal Hitler dari golongan aristokrat. Oleh karena itu usai menduduki Belanda, Hitler hanya mengizinkan sedikit perwiranya bertamu ke Wilhelm II.

Pasukan Jerman pun hanya berjaga di luar gerbang dan diperintahkan untuk tidak mengusik penghuninya. Pun ketika Wilhelm II healing dengan berburu atau memotong kayu yang jadi hobinya di pekarangan belakang wismanya.

Tetapi semenjak surat-surat maupun telegramnya tak dibalas Hitler, Wilhelm II memilih melepaskan semua beban pikiran tentang politik dan negara. Terlebih kesehatannya mulai menurun pada musim panas 1941.

“Pada 24 Mei 1941 kaisar sakit parah karena mengalami gagal jantung yang membuatnya hanya bisa rebahan di ranjang atau menggunakan kursi roda. Lalu pada siang, 3 Juni 1941, kaisar terkena serangan jantung lagi. Mendengar ajal Wilhelm sudah dekat, (Menteri Propaganda Jerman, Joseph) Goebbels berbisik ke telinga Hitler bahwa momen kematian Wilhelm akan jadi kesempatan untuk mempropagandakan monarki Hohenzollern sudah berakhir dan Hitler jadi penerus yang sah atas tanah Jerman,” sambung Cecil.

Baca juga: Barisan Pangeran di Pasukan Perang Hitler

Hari yang ditunggu Hitler pun tiba. Komplikasi penyakit pasca-serangan jantung yang kemudian memengaruhi paru-parunya memperburuk keadaan Wilhelm II. Ia  akhirnya mangkat pada 4 Juni 1941.

Mendengar kabar kematian Wilhelm II, Hitler menghubungi Putra Mahkota Pangeran Wilhelm. Hitler menghendaki jasad sang kaisar dibawa pulang untuk disemayamkan di Berlin. Tetapi Pangeran Wilhelm menolak karena ingin menunaikan nazar ayahnya: jika Jerman belum kembali jadi Monarki, Wilhelm II ingin dimakamkan di Doorn.

Sejak 1940 sebelum menjelang ajalnya Wilhelm II "pensiun" dari aktivitas politik (Bundesarchiv)

Hitler mencoba cara lain. Ia menawarkan keluarga kaisar agar Wilhelm dimakamkan dengan upacara kenegaraan di Postdam dekat istananya. Tapi tetap saja ditolak pihak keluarga dengan alasan serupa.

“Dia (Hitler) ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk berjalan di belakang peti mati kaisar di hadapan publik Jerman dan dunia, untuk menunjukkan bahwa dia (suksesor) sah,” ujar Putri Viktoria Luise, putri bungsu mendiang kaisar, dikutip Jonathan Petropoulos dalam Royals and the Reich.

Hitler yang kesal karena tawaran-tawarannya ditolak akhirnya enggan hadir. Ia hanya mengizinkan upacara pemakaman sederhana di Doorn tapi membatasi para pelayat yang hadir dan melarang media-media Jerman meliput pemakaman sang kaisar.

“Setahun setelah kematian Wilhelm, Huis Doorn dikosongkan. Permaisuri Hermine yang mewarisi kekayaan Wilhelm, memilih pindah ke Silesia, di mana pada 1945 ia ditawan pasukan Rusia dan dipaksa hidup dalam kemiskinan hingga akhirnya wafat dua tahun berselang,” tukas Cecil.

Baca juga: Sebelum Charles Menjadi Raja Inggris

TAG

jerman hitler raja jerman-nazi nazi jerman

ARTIKEL TERKAIT

Siapa Penembak Sisingamangaraja XII? Pangeran Bernhard, dari Partai Nazi hingga Panglima Belanda Kisah Putri Bangsawan India Jadi Mata-mata Inggris (Bagian II) Kisah Putri Bangsawan India Jadi Mata-mata Inggris (Bagian I) Momentum Bayer Leverkusen Akhir Pelarian Teroris Kiri Dua Kaki Andreas Brehme Nasib Tragis Sophie Scholl di Bawah Pisau Guillotine Sisi Lain Der Kaiser Franz Beckenbauer Pesawat Multifungsi Tulang Punggung Matra Udara Jerman