SUDAH dua dekade Pangeran Bernhard mangkat (1 Desember 2004), namun masa lalunya terus menghantui publik Belanda. Sepanjang hidupnya, suami Ratu Juliana itu membantah pernah mengucap sumpah setia pada pentolan Nazi Jerman, Adolf Hitler. Tetapi bukti-bukti sahih berkata lain.
Satu dari sekian bukti sahih itu adalah kartu keanggotaan Nationalsozialistische Deutsche Arbeitpartei (NSDAP) alias Partai Nazi atas nama Pangeran Bernhard. Bukti penting itu ditemukan Direktur Koninklijke Huisarchief (Arsip Kerajaan) Flip Maarschalkerweerd di koleksi arsip pribadi Pangeran Bernhard di Istana Soestdijk pada 2019. Maarschalkerweerd kemudian menuliskan kisah penemuannya itu dalam bukunya yang rilis 2023 lalu, De Achterblijvers.
Kini, kartu keanggotaan Partai Nazi Pangeran Bernhard bersama beberapa dokumen lain dikembalikan ke Bundesarchiv atau Arsip Federal Jerman. Hanya salinan-salinannya semata yang tetap disimpan di Den Haag, Belanda.
“Pemindahannya sudah dilakukan sejak beberapa pekan terakhir ini,” terang perwakilan Bundesarchiv, Elmar Kramer, dikutip De Telegraaf, Kamis (28/3/2024).
Baca juga: Barisan Pangeran di Bawah Hitler
Selain kartu keanggotaan Partai Nazi, dokumen-dokumen lain yang ditransfer ke Bundesarchiv adalah arsip-arsip maupun berkas-berkas korespondensi antara pejabat pemerintah Jerman dari tahun 1936 dan 1937, serta dua surat Pangeran Bernhard kepada kantor Kekanseliran di Berlin. Pasca-Perang Dunia II, dokumen-dokumen itu disita Amerika Serikat dan kemudian Panglima Amerika di Jerman Barat, Jenderal Lucius Clay, “menghadiahkannya” kepada Pangeran Bernhard.
“Dalam kasus ini dokumen-dokumen itu milik Jerman. Sekarang kami juga sudah mengembalikan surat-surat antara pejabat Jerman dan dokumen-dokumen dari Bernhard yang telah tiba di Berlin, di antaranya kartu keanggotaan yang sempat disita dari kearsipan NSDAP,” tukas juru bicara De Rijksvoorlichtingsdienst (RVD/Dinas Penerangan Negara) Edith van Emert.
Membantah hingga Akhir Hayat
Bernhard Leopold Friedrich Eberhard Julius Kurt Karl Gottfried alias Bernhard Jr. merupakan putra dari Pangeran Bernhard dan Putri Armgard von Sierstorpff-Cramm yang lahir di Jena, Jerman pada 29 Juni 1911. Ia berasal dari keluarga Dinasti Lippe Biesterfeld. Di usia dini, Pangeran Bernhard Jr. dididik secara homeschooling sebelum belajar di jenjang sekolah menengahnya di Gymnasium Zullichau dan Gymnasium Berlin hingga lulus pada 1929.
Menurut riset Annejet van der Zijl yang dibukukan, Bernhard, een verbogen geschiedenis (2010), Pangeran Bernhard mulai mengenal Partai Nazi saat sudah jadi mahasiswa di Humboldt Universität. Ia masuk satuan paramiliter SA (Sturmabteilung) pada medio 1934. Pun dengan adiknya, Pangeran Aschwin, yang kemudian ikut berkarier di AD Jerman.
Usai SA direorganisasi menjadi Schutzstaffel (SS), Pangeran Bernhard beralih ke kesatuan berkuda Reiter-SS sekaligus merangkap sekretaris eksekutif di Pabrik Kimia IG Farben. Itu artinya Pangeran Bernhard statusnya masih anggota Nazi ketika pertamakali pertemu Putri Juliana di Olimpiade Musim Dingin 1936 hingga saat mempersunting Putri Juliana pada 1937.
“Tetapi tidak semua orang senang dengan pernikahan Bernhard dengan calon ratu Belanda. Hitler dan Menteri Propaganda Joseph Goebbels punya pandangan miring tentang Pangeran Bernhard dan pemerintah Belanda. Dalam buku hariannya, Goebbels mengejek Bernhard sebagai sosok pengecut dan tak punya karakter karena dianggap begitu mudah menjaga jarak dengan rasa kebanggaannya sebagai orang Jerman,” tulis Barbara Henkes dalam Negotiating Racial Politics in the Family: Transnational Histories Touched by National Socialism and Apartheid.
Baca juga: Pangeran Inggris yang Dekat dengan Nazi
Tetapi segalanya berubah setelah Putri Juliana mengajak Pangeran Bernhard pindah ke Belanda. Momen invasi Jerman ke Belanda dan Belgia pada Mei 1940 mempertebal pendiriannya untuk membelot dari sumpah setianya kepada Hitler.
“Pada awal Oktober 1939, Bernhard menerima peringatan dari teman-temannya di Jerman bahwa Hitler berencana menginvasi Belanda dan Belgia dengan segera. Dia kemudian melaporkannya ke pemerintah Belanda dan staf umum (militer), serta menyampaikan pesan serupa kepada Raja Leopold (Belgia),” ungkap Alden Hatch dalam Bernhard, Prince of the Netherlands.
Ketika Jerman mulai menginvasi Belanda, Pangeran Bernhard mengungsikan Putri Juliana dan anak-anaknya ke Kanada. Sementara, ia mendampingi mertuanya, Ratu Wilhelmina, untuk menjalankan roda pemerintahan pengasingan di Inggris.
Oleh karenanya Pangeran Bernhard acap dilibatkan dalam sejumlah perencanaan intelijen militer di Kementerian Perang Inggris setelah diberi pangkat letnan kolonel udara. Ia bahkan dipromosikan sebagai komodor udara merangkap panglima Tentara Belanda saat menerima penyerahan Jerman di Wageningen, 5 Mei 1945.
Namun terlepas dari pada itu, Bernhard senantiasa berlindung di balik bantahannya bahwa ia seorang Nazi. Dalam wawancara terakhirnya bersama Volksrant sebelum wafat, dikutip De Telegraaf, 4 Oktober 2023, ia bahkan bersikukuh: “Saya bisa menyatakan dengan tangan saya memegang Alkitab: saya tidak pernah (jadi anggota) Nazi. Saya tidak pernah membayar (iuran) keanggotaan partai, saya tidak pernah punya kartu anggota”.
“Mungkin (Pangeran) Bernhard merasa dia bukan mantan Nazi, meski pada faktanya tentu saja dia mantan Nazi,” ungkap Van der Zijl, dikutip Nederlandse Omroep Stichting, 8 Maret 2010.
Baca juga: Ujung Hayat Kaisar Terakhir Jerman di Pengasingan