SETELAH mendapat pengarahan lengkap, Noor Inayat Khan, putri bangsawan India, bersama agen wanita lainnya diterbangkan ke Prancis pada Juni 1943. Setibanya di sana, wanita bernama sandi Madeleine itu bergegas menuju Paris, di mana dia melakukan kontak dengan Garry, yang sirkuitnya diberi nama Cinema –kemudian diubah menjadi Phono– karena mirip bintang film Gary Cooper. Tak butuh waktu lama, Noor mulai menjalankan tugasnya.
Menurut Peter Jacobs dalam Setting France Ablaze: The SOE in France During WWII, pada saat itu pesawat radio nirkabel Noor belum tiba –dia baru akan menerima perangkatnya sendiri beberapa minggu kemudian– sehingga dia bertemu dengan Gilbert Norman, perwira Angkatan Darat Inggris yang bertugas sebagai Eksekutif Operasi Khusus di Prancis selama Perang Dunia II. Pesawat radio Norman disembunyikan di Institut Pertanian di Grignon yang berada di pinggiran barat Paris. Dengan menggunakan perangkat radio milik Norman, Noor dapat melakukan transmisi pertamanya. “Transmisi itu terjadi hanya tiga hari setelah penempatannya dan merupakan respons tercepat dari operator radio setelah tiba di lapangan,” tulis Jacobs.
Belum lama beroperasi di Paris, Noor dihadapkan pada ancaman perburuan Nazi. Sejarawan Marcus Binney dalam The Women Who Lived for Danger: The Agents of the Special Operations Executive menyebut bahwa pada minggu awal kedatangan Noor di Paris terjadi gelombang penangkapan besar-besaran. Jerman menangkap Francis Suttil, kepala jaringan Prosper, dan ratusan orang yang bekerja dengannya.
Baca juga:
Kisah Putri Bangsawan India Jadi Mata-mata Inggris (Bagian I)
Dalam kesaksiannya setelah perang, Ernst Vogt, anggota Sicherheitsdienst atau SD, menulis bahwa hampir semua surat yang dikirim oleh Prosper dan Archambaud (operator radio, H.G. Norman) ke kantor pusat di London dicegat oleh Nazi dan difotokopi, baru kemudian diteruskan. Melalui surat-surat berisi laporan rinci aktivitas Prosper dan tempat penyusupan bersama dengan pesan-pesan BBC yang mengindikasikan penyusupan yang akan dilakukan, Nazi mengetahui alamat Prosper, Archambaud, Denise (kurir mereka, Andrée Borrel), dan para kolaborator utama serta kotak-kotak surat mereka. Hal ini memungkinkan Nazi menangkap hampir semua anggota organisasi mereka dalam satu serangan.
Setelah mendengar peristiwa itu, Noor segera bersembunyi. Meski begitu, dia berhasil menginformasikan kepada London tentang bencana yang menimpa Prosper. Situasi genting tersebut membuat Baker Street, kantor pusat operasi khusus di Inggris, ingin segera menarik Noor. Namun, wanita itu memilih bertahan dan bertekad melanjutkan tugasnya.
“Noor telah memutuskan untuk tetap tinggal dengan alasan bahwa dia sekarang adalah satu-satunya operator nirkabel di Paris dan dengan demikian dia dapat terus memberi informasi kepada London tentang apa yang sedang terjadi pada saat yang paling genting itu,” tulis Jacobs.
Noor berhasil meyakinkan atasannya, tetapi untuk dapat tetap tinggal di Paris, dia sementara waktu hanya melakukan transmisi singkat. Baru pada bulan-bulan berikutnya, Noor mengirimkan laporan intelijen tentang aktivitas Nazi ke London, memantau dan mengirimkan pasokan kepada kelompok perlawanan Prancis, serta mengatur pemulangan tentara Sekutu dengan selamat. “Ini adalah pekerjaan yang sangat berbahaya. Tidak hanya melakukan transmisi dengan London, dia juga harus membawa perangkat nirkabelnya hampir sepanjang waktu,” tambah Jacobs.
Baca juga:
Mata-mata CIA dari Indonesia Dieksekusi Mati di Korea Utara
Berada sendirian di belakang garis musuh tentu berisiko, terlebih kebiasaan cerobohnya membuat Noor harus lebih berhati-hati. Binney berkisah bahwa Noor pernah mendapat teguran karena meninggalkan portofolio berisi kode-kodenya di pintu masuk. Hal ini tentu berbahaya karena Nazi dan kaki tangannya kerap melakukan patroli dan memantau secara ketat orang-orang yang mereka curigai.
Kisah lain diceritakan Burhana Islam dalam Amazing Muslim Who Change the World. Suatu kali Noor pernah tertangkap basah mencoba menggantungkan kode morse di sebuah dahan di luar apartemennya. Seorang polisi Nazi menghadangnya, tetapi Noor berhasil mengakalinya dengan mengatakan bahwa dia ingin mendengarkan musik. “Tanpa disadari oleh polisi itu, dia telah membantu Noor memasang pemancar. Berkat bantuannya, setengah jam kemudian Noor mengirim pesan rahasia ke London,” tulis Burhana.
Namun, keberuntungan tak selalu berada di pihak Noor. Namanya berada dalam daftar teratas orang-orang yang dicurigai dan paling dicari oleh Nazi. Mimpi buruk itu pun terjadi pada Oktober 1943, Noor ditangkap karena dikhianati.
Mengutip pernyataan Werner Emil Ruehl, petugas Nazi yang ambil bagian dalam penangkapan Noor, Binney menuliskan kisahnya. Seorang wanita Prancis, berusia sekitar 30 tahun, sekitar 1,70 m, dengan rambut hitam, cukup gemuk, datang ke Avenue Foch dan mengatakan kepada Hans Kieffer bahwa dia siap dengan sejumlah uang, untuk mengkhianati seorang agen wanita yang tinggal di apartemennya. Penangkapan diatur tidak boleh dilakukan di flat.
Baca juga:
Allied dan Kisah Mata-Mata Perempuan di Tengah Perang
Sementara itu, menurut Jacobs banyak spekulasi mengenai siapa yang mengkhianati Noor. Namun, siapa pun itu, Noor telah terperangkap dan dibawa ke Avenue Foch yang ditakuti. Kabar penangkapan Noor diinformasikan kepada London oleh Sonia Olschanezky, agen muda yang direkrut secara lokal. Namun, London mengabaikan peringatan Sonia. Kelengahan ini dimanfaatkan Jerman, dengan menggunakan radio yang telah direbut, melanjutkan transmisi radio palsu dari Paris. “Terjadi lebih banyak penangkapan dan, pada akhirnya, lebih banyak kematian, termasuk Sonia Olschanezky,” sebut Jacobs.
Setelah ditangkap Nazi, Noor menunjukkan keberanian dan keteguhan yang luar biasa. Dia bertahan dari berbagai siksaan dan upaya untuk mengorek informasi darinya. Bahkan, Noor pernah mencoba melarikan diri pada suatu malam. Dengan menggunakan obeng yang diselundupkan, dia berhasil keluar dari jendela di atas selnya dan naik ke atap. Namun, dia ditangkap kembali di sebuah rumah.
Dua kali mencoba melarikan diri, Noor digolongkan sebagai tahanan “sangat berbahaya”. Dia menghabiskan waktunya dengan dirantai saat dipenjara di Pforzheim dan ditempatkan di sel isolasi.
Baca juga:
Saat Pesawat Mata-mata AS Ditembak Jatuh Soviet
Pada September 1944, Noor dibawa ke Karlsruhe. Di sana, dia dipenjara bersama tiga agen wanita sebelum dibawa ke kamp konsentrasi di Dachau, Jerman. Binney menyebut mereka tiba di Dachau setelah gelap dan harus berjalan kaki ke kamp, yang mereka capai sekitar tengah malam. Noor dan rombongannya menghabiskan malam di dalam sel dan antara pukul 8 dan 10 pagi berikutnya, 13 September 1944, mereka dibawa ke kompleks krematorium dan ditembak di bagian belakang kepala lalu dikremasi.
Setelah kemenangan Sekutu atas Nazi tahun 1945, Prancis menganugerahi Noor Inayat Khan Croix de Guerre dengan Bintang Emas, penghargaan tertinggi untuk warga sipil pada 1946. Dia juga dianugerahi George Cross, penghargaan sipil dan militer Inggris untuk “tindakan kepahlawanan terbesar atau keberanian yang paling mencolok dalam keadaan bahaya yang ekstrem” tahun 1949.*