Masuk Daftar
My Getplus

Dicopot dari Panglima ABRI, Jenderal Benny Moerdani Santai

Setelah dipastikan lengser dari pucuk pimpinan ABRI, Benny Moerdani tampak lebih kalem dari biasanya. Jenderal yang dikenal angker ini pada suatu kesempatan bahkan mengajak wartawan berkelakar.

Oleh: Martin Sitompul | 22 Agt 2024
Jenderal Benny Moerdani, Jenderal Edi Sudrajat, dan Jenderal Try Sutrisno di Istana Negara, 22 Februari 1988. Sumber: Harian Neraca, 29 Februari 1988.

HARI-HARI setelah kedudukannya dicopot dari panglima ABRI, Jenderal TNI Leonardus Benjamin “Benny” Moerdani tampak lebih santai dari biasanya. Padahal, semasa menjabat panglima, Benny di kalangan wartawan dikenal sebagai sosok angker yang jarang mengumbar senyum. Raut wajah Benny yang keras kadang-kadang lebih memperlihatkan intimidasi meski tanpa banyak bicara.

“Benny memancarkan kesan seorang pendiam, tapi angker. Itu kesan pertama saya,” kenang pakar politik-militer Salim Said dalam Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto.

Pada 1974, Salim Said selaku wartawan Majalah Tempo untuk kali pertama mewawancarai Benny Moerdani. Benny masih berpangkat mayor jenderal yang mengepalai intelijen Dephankam dan Kopkamtib merangkap Wakil Kepala Bakin. Wawancara berlangsung di Saigon (kini Ho Chi Minh City), Vietnam, ketika Benny meninjau pasukan perdamaian Indonesia dalam Perang Vietnam Utara-Selatan.

Advertising
Advertising

“Benny tidak bicara apa-apa. Tanpa ekspresi di wajahnya, dia menerima uluran tangan perkenalan saya,” kenang Salim.

Baca juga: Barisan Jenderal Sahabat Wartawan

Sementara itu, menurut Julius Pour, wartawan Kompas penulis biografi Benny Moerdani, Benny bakalan marah bila wartawan kedapatan memotret dirinya apalagi tanpa izin. Potret Benny tidak boleh sampai muncul di koran. Itu menjadi sebuah mandat tidak tertulis di kalangan para wartawan Indonesia pada masa Benny memegang kendali bidang intelijen sampai dia menjabat panglima ABRI.

Namun, setelah berita penggantian panglima ABRI diumumkan pada Februari 1988, Benny tampil lebih bersahabat dengan awak media. Pergantian itu sempat menjadi tanda tanya bagi publik karena mendahului Sidang Umum MPR yang tinggal dua minggu lagi. Pada sidang itulah presiden dan wakil presiden dipilih menyusul kemudian susunan kabinet.

“Bagaikan sudah mentradisi dalam masa pemerintahan Orde Baru, pengangkatan seorang Panglima ABRI selaku dilakukan bersama dengan diumumkannya nama para anggota kabinet. Meskipun upacara pelantikan sendiri bisa saja berlainan. Dengan demikian, adanya pengumuman tentang bakal datang seorang Panglima ABRI baru jauh mendahului pengumuman susunan kabinet, adalah sesuatu yang di luar kelaziman,” catat Julius Pour.

Baca juga: Jenderal Benny Moerdani Diganti

Benny digantikan Jenderal Try Sutrisno yang sebelumnya menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Pergantian dalam pucuk pimpinan ABRI didahului dengan pelantikan KSAD baru Jenderal Edi Sudrajat menggantikan Try Sutrisno. Benny sendiri tidak terlihat beban apa-apa pada dirinya. Dia dengan sabar bersedia untuk melayani segala pertanyaan dari para wartawan dalam suasana ceria dan akrab. Sikap terbuka Benny pada wartawan terlihat saat pelantikan Edi Sudrajat.

Pada 22 Februari 1988, Presiden Soeharto melantik Jenderal Edi Sudrajat sebagai KSAD di Istana Negara. Dalam acara ramah tamah usai pelantikan, tiga jenderal Angkatan Darat berbintang empat, yaitu Jenderal Benny Moerdani, Jenderal Try Sutrisno, dan Jenderal Edi Sudrajat berkumpul dengan para wartawan. Tiba-tiba Benny menyeletuk minta wartawan untuk memotrenya bersama Try dan Edi.

“Ayo nih, jarang-jarang ada tiga bintang empat Angkatan Darat dalam waktu bersamaan,” kata Benny seraya tertawa dikutip Harian Waspada, 23 Februari 1988.

Jadilah foto itu menampilkan potret Benny yang berwajah sangar, Edi Sudrajat dengan postur atletis dan berkumis tebal, serta Try Sutrisno yang berparas baby face.

Baca juga: Benny Moerdani Sowan ke Kiai

Menurut reportase Waspada, setelah dipastikan turun dari pucuk pimpinan ABRI, Benny jauh lebih hangat kepada wartawan. Dia tak lagi membisu pada pertanyaan pers. Tidak jarang Benny melayani gurauan para kuli tinta.

Waktu pelantikan Edi Sudrajat, Benny hampir setengah jam betah dirubungi nyamuk pers di serambi barat Istana Merdeka. Wartawan mengajukan bermacam-macam pertanyaan yang dijawab Benny dengan ramah tanpa melewatkan satupun. Ketika wartawan mendesak Benny soal masalah apa yang baru saja dibicarakan dengan Presiden Soeharto, Benny pun berkesempatan mengecoh.

“Kalau kalian ingin tahu apa yang disampaikan Presiden kepada saya, boleh tapi ini off the record (tidak untuk direkam),” kata Benny.

Baca juga: Percobaan Pembunuhan Presiden Soeharto di KTT ASEAN

Mendengar itu, buru-buru para wartawan mematikan alat perekam masing-masing. Kalau sudah diminta Benny begitu, mana ada orang yang berani membantah. Mereka pun pasang kuping menangkap apa yang disampaikan Benny.

“Sudah dimatikan semua?” tanya Benny.

“Sudah, Pak,” balas para wartawan serentak.

“Dengarkan baik-baik ya, Presiden tadi tidak menyampaikan apa-apa,” timpal Benny seraya tertawa terbahak-bahak.

Benny boleh jadi berkelakar. Namun, pernyataan “presiden tidak menyampaikan apa-apa” kepadanya, juga boleh jadi menyiratkan hubungannya dengan Soeharto yang kian renggang. Dan itulah yang memang terjadi kemudian.

Baca juga: Benny Moerdani, Penjaga Setia Penguasa Orde Baru

TAG

jenderal benny moerdani wartawan

ARTIKEL TERKAIT

Kisah Penghadang Tank di Tiananmen dari Balik Lensa Ibnu Sutowo dan Anak Buahnya Kibuli Wartawan Sudirman dan Bola Sehimpun Riwayat Giyugun Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Jenderal Kehormatan Pertama Penyandang Jenderal Kehormatan, dari Sri Sultan hingga Prabowo Subianto Pengemis dan Kapten Sanjoto Jenderal Disko Ancaman Pemakzulan Gubernur Jenderal VOC Gubernur Jenderal VOC yang Dituduh Korupsi