DI mana ada perhelatan akbar olahraga, di situ ada maskot. Termasuk di Piala Eropa 2020 kali ini. Pada Piala Eropa (Euro) ke-16 ini, UEFA menghadirkan Skillzy, maskot ke-11 dalam sejarah Piala Eropa.
Kendati Euro sudah dihelat pada 1960, baru dua dasawarsa kemudian panitia penyelenggaranya menghadirkan maskot. Sebagai bagian dari branding perhelatan itu, maskot mesti aktual, relatable, dan ramah bagi semua usia.
Baca juga: Arena Sejarah Piala Eropa
Skillzy didesain UEFA dengan sosok yang lebih humanis dan intim dengan passion generasi muda. Skillzy terinspirasi dari pesepakbola jalanan dan freestyler yang belakangan ini nge-tren di seantero dunia. Ia digambarkan sebagai sosok humanoid berambut stylish, bermata besar, berjaket biru dengan logo Euro 2020 serta bersepatu merah dan membawa bola. Skillzy menyapa dunia pertamakali di Johan Cruijf ArenA, Amsterdam, Belanda pada 24 Maret 2019 dalam sebuah aksi trik-trik menimang bola bersama dua freestyler kondang, Liv Cooke dan Tobias Becs.
“Kami ingin meninggalkan maskot tradisional yang kita lihat dalam gelaran-gelaran Euro sebelumnya demi menciptakan sebuah simbol yang bisa berinteraksi lebih dekat dengan fans sepakbola lintas benua. Penting bagi UEFA mendekatkan diri pada fans semua usia dan dengan menciptakan maskot yang secara fisik bisa memainkan permainan yang kita semua cintai agar bisa menginspirasi generasi muda dari Dublin (Irlandia) sampai Baku (Azerbaijan),” ujar Marketing Director of UEFA Events SA, Guy-Laurent Epstein, di laman UEFA, 24 Maret 2019.
Skillzy melanjutkan kehadiran maskot di era sepakbola modern. Namun di sisi lain, ia juga menandai sejarah baru lantaran ke-10 maskot Euro sebelumnya berupa karakter-karakter tradisional yang menyimbolkan masing-masing tuan rumah. Berikut 10 maskot pendahulu Skillzy:
Pinocchio (Euro 1980)
Euro 1980 di Italia jadi pijakan pertama gelaran Euro yang lebih modern. Di turnamen inilah untuk pertamakalinya diterapkan sistem penyisihan grup yang menggantikan sistem gugur. Selain itu, untuk lebih menyamai sistem di Piala Dunia, di Piala Eropa 1980 inilah pertamakali maskot dihadirkan, yakni Pinocchio.
Karakter bocah dari buku Le Avventure di Pinocchio karya – yang paling banyak dicetak dengan multi-bahasa selain Alkitab dan Alquran– Carlo Collodi itu dianggap induk sepakbola Italia, FIGC, paling pas sebagai simbol yang mewakili Italia sebagai tuan rumah. Bedanya dari pinocchio yang ada di buku atau seri televisi, Pinocchio maskot Euro 1980 digambarkan sebagai boneka kayu tanpa jari kaki dan tangan tanpa mengenakan busana apapun. Ia sekadar sosok berhidung panjang yang diwarnai hijau-putih-merah sebagaimana warna bendera Italia mengenakan topi putih bertuliskan “Europa 80” sambil mengapit bola di sisi kanan.
Mengutip Mondiali, 1 Mei 2021, maskot itu mulai diperkenalkan FIGC pada Oktober 1979 walau kala itu Presiden UEFA dan FIGC Artemio Franchi belum mau menyebut nama “Pinocchio” karena mengira hak atas nama Pinocchio masih dipegang Walt Disney. Tetapi pada momen drawing, 16 Januari 1980, nama Pinocchio akhirnya bisa dipakai maskot setelah Fondazione Nazionale Carlo Collodi memastikan hak atas buku Pinocchio yang dipegang Walt Disney telah habis kontraknya sejak 50 tahun sebelumnya.
Péno (Euro 1984)
Sebagaimana logo induk sepakbola dan tim nasionalnya, Prancis sebagai tuan rumah Euro 1984 menghadirkan sosok ayam jantan dalam versi antropomorfik. Maskot ayam jantan itu dinamai Péno. Nama Péno, sebagaimana dimuat laman UEFA, diserap dari kata “gaul” Prancis untuk menyebut penalti. Le Coq Gaulois (ayam jantan Gaul) jadi bagian sejarah Prancis sejak era Renaissance di abad ke-14. Ia diserap dari tradisi budaya yang menganggap ayam jantan sebagai hewan keberuntungan.
“Ayam jantan jadi simbol bagi republik dan bagi perwakilan di olahraga dunia. Tim nasional Prancis mengenakan kostum dengan logo ayam jantan sejak 100 tahun lebih. Mereka pun menggunakannya sebagai maskot di banyak perhelatan olahraga demi menginspirasi keangkuhan dan keberuntungan orang Prancis,” tulis Margo Lestz dalam Berets, Baguettes, and Beyond: Curious Histories of France.
Baca juga: Nasib Nelangsa Maskot Pertama
Péno digambarkan sebagai seekor ayam jantan putih yang mengenakan kaus biru, celana putih, dan kaus kaki merah (seragam timnas Prancis) serta dilengkapi sepasang sepatu bola besar. Di bagian dada kirinya dicantumkan angka 84, merujuk tahun perhelatan.
Péno seolah membawa keberuntungan buat Prancis. Di event itu, tuan rumah Prancis keluar sebagai juara.
Berni (Euro 1988)
Jika Prancis punya ayam jantan, Jerman Barat punya kelinci paskah (Osterhaus) kartun sebagai simbol yang mewakilinya sebagai tuan rumah Euro 1988. Berni, nama kelinci itu, dihadirkan DFB, induk sepakbola Jerman sekaligus panitia penyelenggara, sebagai hewan kelinci enerjik mengenakan jersey hitam dengan logo Euro 1988, celana merah, kaus kaki kuning –menyimbolkan bendera Jerman– serta ikat kepala dan gelang tangan sporty putih.
Osterhaus berbulu cokelat gelap itu punya makna kelahiran kembali bagi masyarakat Jerman. Kelahiran kembali yang dimaksud adalah kelahiran masyarakat Jerman yang bersatu di ambang unifikasi antara Jerman Barat dan Jerman Timur menjelang peruntuhan Tembok Berlin.
Baca juga: "Keajaiban Bern" di Final Piala Dunia
Nama “Berni” sendiri merujuk pada nama kota Bern di Swiss, kota di mana UEFA bermarkas dan Jerman (Barat) untuk pertamakali meraih Piala Dunia (1954) lewat “Keajaiban Bern”. Maka, Berni sebagai maskot jadi pengingat akan awal kejayaan sepakbola Jerman serta harapan akan persatuan negeri mereka lewat sepakbola.
“DFB dalam pernyataan resminya mengungkapkan, ‘Berni adalah penggemar sepakbola yang tampan, antusias, dan menyimbolkan sisi positif dari olahraga paling populer di dunia’,” tulis suratkabar Zeit, edisi 10 April 1987.
Rabbit (Euro 1992)
Swedia seperti tidak siap jadi tuan rumah Euro 1992. UEFA memilihnya ketimbang Spanyol, yang juga mengajukan diri, lebih karena Spanyol belum lama menggelar dua event besar. Bujet Swedia untuk jadi tuan rumah pun pas-pasan.
“Swedia dipilih komite eksekutif UEFA sebagai tuan rumah mengalahkan Spanyol karena Spanyol adalah tuan rumah pameran dunia (Expo 1992) dan Olimpiade. Putaran finalnya akan digelar di Stockholm, Gothenburg, Malmoe, dan Norrkoeping,” tulis suratkabar New Strait Times, 18 Desember 1988.
Baca juga: Seputar Maskot-Maskot Asian Games (Bagian I)
Alhasil, Swedia seperti tidak mempersiapkan maskotnya dengan matang. Dilansir laman UEFA, Euro 1992 menghadirkan maskot bernama Rabbit, nama yang diambil mentah-mentah dari kata bahasa Inggris yang berarti kelinci.
Pihak Swedia sama sekali tak punya ide orisinil. Selain nama maskot, wujud Rabbit juga meniru maskot Euro sebelumnya, Berni. Rabbit ibarat kloningan Berni. Perbedaannya hanya bulu Rabbit lebih terang dan kostumnya kuning-biru warna bendera Swedia.
Goaliath (Euro 1996)
Seperti Prancis dengan ayam jantannya, Inggris juga gemar menonjolkan singa sebagai identitasnya. Setelah Willie si anak singa jadi maskot Piala Dunia 1966, di Euro 1996 Inggris mengulanginya dengan menghadirkan maskot singa bernama Goaliath.
Goaliath didesain FA (induk sepakbola Inggris) sebagai singa antropomorfik berwajah ramah berseragam Timnas Inggris, putih-biru, dan mengapit bola bermotif klasik hitam-putih di lengan kanannya. Nama Goaliath sendiri dipetik dari perpaduan kata “Goal” (gol) dan “Goliath”, musuh David yang terdapat dalam kitab Perjanjian Lama.
Baca juga: Willie dan Tradisi Maskot
Sebagaimana Willie pada 1966, Goaliath juga dijadikan memorabilia Euro 1996 yang tersebar di seantero Inggris. Penyerang Inggris Robbie Fowler dalam otobiografinya, My Life in Football, Goals, Glory & the Lessons I’ve Learnt, mengenang: “Histeria Euro 96 berubah jadi demam sepakbola. Di setiap suratkabar, stasiun pengisian bahan bakar, supermarket selalu berhias merchandise si singa ‘Goaliath’. Seantero negeri menggila dan berharap sepakbola (gelar juara) kembali ke rumahnya.”
Sayangnya Inggris harus gigit jari. Goaliath “gagal” memberi keberuntungan. Di rumah sendiri, Timnas Inggris harus terhenti langkahnya di semifinal gegara kalah adu penalti dari Jerman.
Benelucky (Euro 2000)
Euro 2000 yang menjadi Euro pertama yang digelar di dua negara menghadirkan maskot hasil perpaduan simbol tuan rumah Belgia dan Belanda. Maskotnya berupa makhluk hibrid singa bertanduk dan ekor setan dengan rambut berwarna hitam-kuning-merah-putih-biru sebagai kombinasi bendera Belgia dan Belanda.
“Maskotnya dinamai ‘Benelucky’. Sesosok setan yang justru mirip singa tanpa leher. Sosok setan diambil dari julukan (timnas) Belgia, Red Devil, dan singanya merupakan simbol Timnas Belanda,” tulis Michael Graf dalam Fussballmaskottchen.
Baca juga: Penyebab Johan Cruyff Absen di Piala Dunia 1978
Untuk menentukan namanya, UEFA untuk pertamakalinya sampai menggelar jajak pendapat lewat sejumlah suratkabar Belanda dan Belgia. Dari enam ribu usulan yang masuk, nama “Benelucky” yang diusulkan Jurrian Reurings, pelajar asal Utrecht, diputuskan juri UEFA sebagai pemenangnya.
Nama itu merupakan bahasa gaul dari perpaduan tiga negara serumpun, Benelux (Belgium, the Netherlands, Luxembourg) sekaligus penyatuan dua lema bahasa latin “Bene” dan bahasa Inggris “Lucky” yang berarti semoga beruntung.
Kinas (Euro 2004)
Setelah Benelucky di Euro 2000, UEFA tak pernah lagi menampilkan desain maskot berupa hewan antropomorfik. Euro 2004 di Portugal dengan maskot “Kinas”-nya mempelopori penggunaan desain maskot lebih modern dan humanis.
Dikutip dari laman UEFA, 31 Maret 2003, nama Kinas diambil dari penggalan kata “Bandeira das Quinas” yang bararti bendera nasional Portugal. Menariknya, Kinas bukan didesain UEFA atau panitia penyelenggara, melainkan oleh Warner Bros.
Baca juga: Cristiano Ronaldo, Lebah Kecil dari Madeira
Kinas digambarkan sebagai anak muda muda atraktif dan enerjik yang mengenakan seragam Timnas Portugal. Maskot yang lebih ramah terhadap generasi muda itu diperkenalkan pemerintah Portugal pada 29 Maret 2013 di auditorium Casa Serralves, Porto.
“Menjadi penting bahwa maskot haruslah atraktif dan mesti bisa mewakili martabat negara. Saya menikmati reaksi publik saat maskotnya diluncurkan. Sambutannya sungguh hangat dan bagus,” ujar Menteri Pemuda dan Olahraga Portugal Herminio Laoureiro.
Trix dan Flix (Euro 2008)
Seperti Kinas di Euro 2004, maskot untuk Euro 2008 di Austria-Swiss pun didesain Warner Bros. Karena digelar di dua negara, maskot yang dihadirkan pun berupa anak kembar bertopeng dengan warna kombinasi merah dan putih. Untuk menunjukkan tahun gelaran, satu anak mengenakan kaus bertuliskan angka “20” dan anak yang lain mengenakan kaus nomor “08”. Maskotnya juga diberi sentuhan gaya rambut spike yang mencerminkan Pegunungan Alpen.
Untuk menentukan namanya dan terus menyambung interaksi kepada fans, UEFA menggelar jajak pendapat dari 27 September-8 Oktober 2006. Panitia meminta puluhan ribu fans untuk memilih satu dari tiga opsi nama: Zigi dan Zagi, Flitz dan Bitz, serta Trix dan Flix.
Baca juga: Seputar Maskot-Maskot Asian Games (Bagian II – Habis)
Dari 67 ribu lebih suara yang masuk, nama Trix dan Flix mendapat suara terbanyak dengan 36,3 persen. Nama itupun resmi disandang maskot kembar hasil desain Warner Bros tersebut saat peluncurannya pada April 2007.
“Seperti ketika orangtua mengumumkan kelahiran seorang anak. Nama anak itu memang tak disukai semua orang tapi faktanya dari hasil pemungutan suara 67.406 fans sepakbola Austria dan Swiss, nama itu (Trix dan Flix) paling populer,” ujar direktur penyelenggara Euro 2008 Christian Mutschler, disitat laman UEFA.
Slavek dan Slavko (Euro 2012)
Warner Bros (WB) kembali mendesain maskot untuk Euro 2012 yang dihelat di Polandia dan Ukraina. Mirip dengan Trix dan Flix, bedanya maskot kembar kali ini tanpa topeng.
Masing-masing anak di maskot menonjolkan warna kebesaran yang jadi identitas tuan rumah. Satu figurnya mengenakan seragam dan warna rambut putih-merah khas Polandia, sedangkan satunya lagi perpaduan kuning-biru khas Ukraina.
Baca juga: Bola-Bola Piala Dunia (Bagian I)
Nama maskot kembar itu juga merupakan hasil pemungutan suara yang diadakan UEFA. Dari tiga opsi nama: Slavek dan Slavko, Siemko dan Strimko, serta Klemek dan Ladko, Slavek-Slavko menang 56 persen suara dari total 39.233 fans. Maskot itu mulai diperkenalkan kepada publik di Teater Warsawa pada November 2010.
“Kedua maskot merepresentasikan upaya dan komitmen bersama dua negara untuk menyukseskan penyelenggaraan Euro 2012. Kami berbagi gagasan yang sama dan kami sangat menantikan keceriaan dalam turnamennya. Satu-satunya yang memisahkan maskot itu adalah masing-masing dari mereka mendukung tim berbeda,” ujar Presiden FFU (induk sepakbola Ukraina) Grigoriy Surkis di laman UEFA.
Super Victor (Euro 2016)
Prancis sebagai penyelenggara Euro 2016 memilih mendesain sendiri maskotnya. Dengan konsep berupa karakter anak berkekuatan super setelah menemukan jubah, sepatu, dan bola ajaib, desain maskot pun dihadirkan berupa anak berseragam Timnas Prancis berikut sayap belakang dan bola.
Pada 18 November 2014, panitia penyelenggara sudah meluncurkan maskotnya walau belum menentukan nama. Penamaannya dipercayakan kepada fans sepakbola dengan memilih satu dari tiga opsi: Driblou, Goalix, dan Super Victor. Dari total 107.790 suara yang masuk, nama Super Victor paling digemari dengan mendapatkan 51.781 suara.
UEFA pun kemudian merilis hasil itu dan menetapkan nama Super Victor untuk maskotnya pada 30 November 2014. Lucunya, nama maskot itu persis nama merk alat bantu seksual perempuan buatan Amerika Serikat. UEFA pun menyatakan kesamaan nama itu hanya kebetulan belaka tanpa adanya unsur kesengajaan.
“Yang bisa kami katakan adalah, barang-barang (mainan seks) itu bukan diproduksi UEFA. Nama Super Victor berdasarkan gagasan yang merujuk pada kekuatan super bocah kecil yang menemukan jubah, sepatu, dan bola magis,” kata UEFA.
Baca juga: Bola-Bola Piala Dunia (Bagian II – Habis)