Kasus Aneh Naturalisasi Ernst Wilimowski

Pemain pertama yang menorehkan quattrick di Piala Dunia. Namun kerumitan status kewarganegaraan membuatnya terlupakan dan dianggap pengkhianat. 

Oleh: Randy Wirayudha | 26 Mar 2025
Kasus Aneh Naturalisasi Ernst Wilimowski
Ernst Otto Wilimowski, legenda sepakbola Polandia dan Jerman yang terlupakan (nac.gov.pl)

MEMANGGIL pulang pemain keturunan (diaspora) atau bahkan melakukan bukan jadi hal tabu dan rumit di era sepakbola modern. Kondisinya berbeda dari masa lalu. Dulu, lazimnya dilatari situasi politik atau konflik yang berujung pada kompleksnya kasus status kewarganegaraan, seperti yang dialami bintang sepakbola terlupakan Ernst Wilimowski. 

Mulai bertebarannya pemain-pemain diaspora di akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 membuat banyak pemain bisa memperkuat lebih dari satu tim nasional. Semisal pemain keturunan Filipina, Manuel Amechazurra, pernah memperkuat timnas Filipina dan timnas Catalonia pada dekade pertama abad ke-20. Pun para pemain berstatus oriundi alias diaspora Argentina-Italia yang pernah membela dua timnas pada 1930-an, seperti Luis Monti, Enrico Guaita, atau bahkan Omar Sívori dan Alfredo Di Stéfano pada 1950-an. Hal itu mudah terjadi lantaran Argentina dan beberapa negara Eropa seperti Italia dan Spanyol punya aturan dwi-kewarganegaraan, dari dulu hingga sekarang.

Namun, apa yang dialami Wilimowski berbeda. Status kewarganegaraannya di antara Polandia dan Jerman begitu rumit gegara Perang Dunia II. Polandia baru memperkenalkan regulasi dwi-kewarganegaraan pada 2009, sementara Jerman mengikuti pada 2024. 

Advertising
Advertising

Wilimowski yang kelahiran Polandia, membela timnas Jerman. Namun berbeda dari Lukas Podolski dan Miroslav Klose yang menjadi penerusnya di dekade 2000-an, nama Wilimowski terlupakan di Jerman dan dianggap pengkhianat di Polandia. 

Baca juga: Delapan Diaspora Filipina di Barcelona dan Madrid

Ernst Wilimowski saat masih berkiprah di kompetisi domestik Polandia (nac.gov.pl/mingguan Światowid edisi Mei 1937)

Kelainan Kaki Membawa Hoki 

Wilimowski lahir dengan nama Ernst Otto Prandella di Kattowitz (kini Katowice), Silesia –yang saat itu masih berada di wilayah kekekuasaan Jerman– pada 23 Juni 1916. Sudah jadi anak yatim sejak kecil, Wilimowski tak pernah bertemu ayahnya, Ernst-Roman Prandella, yang seorang serdadu dan tewas di front Barat pada Perang Dunia I.

Di usia 13 tahun, nama belakangnya berubah dengan menyandang nama ayah tirinya sekaligus mengubah nama depan dan tengahnya: Ernest Otton Wilimowski. Seiring dengannya, status kewarganegaraannya pun berubah lantaran Kattowitz yang berada di timur Silesia Hulu menjadi wilayah yang dianeksasi Polandia. Meski begitu, Wilimowski tetap disekolahkan ibunya di sekolah Jerman.

Di masa itulah ia mulai menseriusi hobi sepakbolanya dengan bergabung bersama tim muda 1. FC Kattowitz, kurun 1932-1933. Tak peduli ia punya kelainan enam jari di kaki kanannya. 

Baca juga: Pengungsi Basque yang Memetik Bintang di Negeri Tirai Besi

Kelainan itu justru dianggapnya sebagai hoki karena ia tumbuh jadi striker muda yang punya keunggulan berupa dribbling bola apik dan pencetak gol yang natural. Namanya kian kondang ketika pindah ke Ruch Wielkie Hajduki (kini KS Ruch Chorzów). Hingga pecahnya Perang Dunia II (1939-1945), Wilimowski yang mendapat julukan “Ezi” dari penggemar klub kesayangannya turut mempersembahkan empat titel juara Ekstraklasa 1934-1936 dan 1938. Tiga kali pula ia jadi top scorer (musim 1934, 1936, dan 1939). 

“Ia pindah ke klub yang timnya mayoritas pemain Polandia, Ruch Chorzów dan mulai jadi bintang karena tampil di divisi teratas Polandia (Ekstraklasa, red.). Dengan mencetak 112 gol dalam 86 laga dalam lima musim (1934-1939), ia pun mencetak sejarah sebagai pencetak gol tersubur kompetisi domestik Polandia,” tulis Radosław Kossakowski dkk. dalam Politics, Ideology and Football: The Transformation of Modern Poland. 

Wilimowski pernah mencetak 10 gol sekaligus dalam satu pertandingan ketika timnya menghajar Union Touring Łódź, 12-1. Tak ayal, sejak 1934 Wilimowski selalu menghiasi skuad Polandia. Namun, tindakan indisipliner berupa mabuk-mabukan membuatnya tak dibawa ke dalam skuad Olimpiade Berlin 1936. 

Ernest Wilimowski (kelima dari kiri) di skuad Polandia yang tampil di Piala Dunia 1938 (nac.gov.pl)

Akan tetapi, untuk menghadapi Piala Dunia 1938 di Prancis, pelatih kepala Józef Kałuża mau tak mau membawanya ke Prancis. Bersama Fryderyk Scherfke, penyerang klub Warta Poznań, Wilimowski jadi dua pemain berdarah Jerman yang memperkuat timnas Polandia. 

“Fryderyk Eugeniusz Scherfke lahir dengan nama Friedrich ‘Fritz’ Egon Scherfke di Posen (kini Poznań) yang juga mayoritas etnis Jerman. Baik Scherfke maupun Wilimowski lahir di kota yang dulunya wilayah Prusia. Mereka menerima kewarganegaraan Polandia dan memilih bermain untuk timnas Polandia,” lanjut Kossakowski dkk. 

Kedua pemain berdarah Jerman itu yang merepotkan kesebelasan Brasil ketika bersua Polandia di babak 16 besar yang dihelat di Stade de la Meinau, Strasbourg, 5 Juni 1938. Laga yang dipimpin wasit Ivan Eklind asal Swedia itu berlangsung sengit karena terjadi saling kejar gol. 

“Pertandingan itu juga dimainkan dalam kondisi sulit dengan lapangan berlumpur, sampai-sampai bintang Brasil, Leônidas (da Silva) harus men-double kaus kakinya dengan stoking. Laga itu menjadi momen sepakbola Polandia diakui dunia,” tulis Jonathan Wilson dalam Behind the Curtain: Football in Eastern Europe. 

Baca juga: Garrincha dari Pabrik Tekstil ke Pentas Dunia

Kiprah Wilimowski di Piala Dunia 1938 terhenti di laga kontra Brasil itu. Polandia kalah 5-6. Scherfke menyumbang sebutir gol dari titik putih, sisanya dicetak Wilimowski hingga membuatnya tercatat jadi pemain pertama yang mencetak quattrick (membobol empat kali gawang lawan dalam satu pertandingan). Rekor tersebut tak terpecahkan selama 56 tahun hingga penyerang Rusia, Oleg Salenko, membukukan lima gol dalam satu laga saat menghadapi Kamerun di Piala Dunia 1994 yang berakhir dengan skor 6-1. 

Wilimowski terakhir kali berseragam timnas Polanda pada 27 Agustus 1939 dalam sebuah laga persahabatan kontra Hongaria yang berkesudahan 4-2. Wilimowski menyumbangkan hattrick dalam laga tersebut.

Beberapa hari usai laga itu, Jerman menginvasi Polandia. Kehidupan Wilimowski pun berubah drastis. 

Dicap Pengkhianat hingga Akhir Hayat 

Karier Wilimowski berantakan di awal-awal pendudukan Jerman di Polandia. Sebagai volkdeutscher, semacam diaspora etnis Jerman, ia terpaksa melepas kewarganegaraaan Polandia dan “dinaturalisasi” kembali sebagai warga Jerman. Dengan begitu ia masih bisa meneruskan kariernya dengan kembali ke klub lamanya, 1. FC Kattowitz, hingga 1940. Ia kemudian ke klub amatir Polizei-Sportverein Chemnitz (kini Chemnitzer Polizeisportverein) hingga 1942 sembari menyambi jadi polisi ketimbang dijadikan tentara untuk dikirim ke front timur. 

“Karena di saat itu tidak satupun yang berkewarganegaraan Polandia diperbolehkan ikut kompetisi olahraga. Lahir sebagai keturunan Jerman yang masuk dalam daftar Deutsche Volksliste, Wilimowski menerima kategori tertinggi dalam kewarganegaraan Jerman,” ungkap Wojciech Woźniak dalam artikel “Industrial Heritage and Football in the Imagined Identity of Upper Silesians” yang termaktub dalam buku Sport, Media and Regional Identity. 

Dengan menjadi polisi, Wilimowski juga bisa melacak keberadaan ibunya, Paulina. Sang ibu ternyata sempat ikut digiring ke Kamp Konsentrasi Auschwitz gegara menjalin asmara dengan seorang Yahudi asal Rusia. Pertemanannya dengan pilot pesawat tempur ternama, Letnan Hermann Graf, turut memainkan peran untuk membebaskan ibunya dari Auschwitz. 

Baca juga: Fritz Walter, Dari Perang Dunia ke Piala Dunia

Talenta Wilimowski tak disia-siakan pelatih timnas Jerman, Sepp Herberger. Ia mengumpulkan sejumlah pemain berbakat agar tak dikirim ke front tempur. Selain Wilimowski, Herberger juga turut menyelematkan karier Fritz Walter yang kelak jadi pahlawan timnas Jerman Barat di Piala Dunia 1954. 

Maka, mulai medio 1941, Wilimowski berseragam timnas Jerman dengan lambang swastika di dada. Hingga November 1942, Wilimowski bermain delapan kali dengan torehan 13 gol di berbagai laga persahabatan. Termasuk catatan empat gol ketika Jerman menang 5-3 atas Swiss, di mana satu gol lainnya disumbangkan Fritz Walter. 

Sebelum perang kian berkecamuk yang membuatnya lebih sering bertugas sebagai polisi di Silesia Hulu lalu Munich, Wilimowski turut pindah ke klub setempat, TSV 1860 Munich (1942-1944). Di klub ini pula Wilimowski terakhir kali merasakan gelar juara. Tepatnya di turnamen Tschammerpokal (kini DFB-Pokal/Piala Jerman), di mana ia meraih gelar pencetak gol terbanyaknya dengan 14 gol. 

“Memang kemudian tidak ada bukti laporan yang menyatakan ia ikut bertempur di front Ukraina. Akan tetapi foto-fotonya turut dijadikan medium propaganda di majalah-majalah olahraga Jerman, terutama ketika ia membela timnas dengan seragam bersimbol swastika dan melakukan salam Nazi tiap menjelang kick off pertandingan internasional. Inilah yang kemudian membuat perbincangan tentang Wilimowski menjadi tabu di Polandia pasca-Perang Dunia II,” tambah Woźniak. 

Ernst Wilimowski (kedua dari kanan) di skuad Jerman (porta-polonica.de)

Di Jerman, namanya pun mulai terlupakan walau ia terus berkarier hingga 1959 dan gantung sepatu di usia 43 tahun. Ia tetap subur di usia senja bersama SC Zwiesel (1946), SG Chemnitz-West (1946-1948), BC Augsburg (1948), Offenburger FV (1949-1950), FC Singen 04 (1950-1951), VfR Kaiserslautern (1951-1955), dan Kehler FV (1955-1956). Wilimowski tentu kecewa karena tak dipilih Herberger masuk ke skuad Jerman Barat di Piala Dunia 1954 hanya karena usianya sudah tua. 

Selepas pensiun, Wilimowski tak pernah lagi melintas ke Polandia karena sudah dicap pengkhianat. Meski begitu, ia tetap memendam kenangan terhadap timnas Polandia hingga pernah saat Piala Dunia 1974 ia ingin menyapa skuad timnas Polandia yang hotelnya berada di Murrhardt. Namun keberadaannya ditolak PZPN, federasi sepakbola Polandia. Alhasil ia hanya bisa bertegur sapa singkat dengan sang pelatih, Kazimierz Górski, yang sejak kecil mengaku mengidolakan Wilimowski. 

Baca juga: Sepp Herberger dan Bayang-bayang Nazi

“Tuan Wilimowski, jika Anda merasa tak melakukan kesalahan apapun, mungkin ada baiknya Anda kembali ke Polandia dan menjelaskan segala tindakan Anda (di masa lalu), membersihkan nama Anda dari segala tuduhan,” cetus Górski, dikutip majalah Ekstraklasa No. 3 terbitan musim semi 2012/2013. 

“Saya takut,” jawab Wilimowski singkat. 

Pun ketika klub Ruch Chorzów hendak memperingati HUT ke-75 dengan mengundang Wilimowski, publik Polandia melalui sejumlah media massa menolaknya. Pada 2005, pihak klub juga sempat mengajukan nama Wilimowski –yang wafat di Karlsruhe pada 30 Agustus 1997– untuk diabadikan jadi nama stadion. Namun, pemerintah kota Chorzów menolak.

Padahal, di masanya Wilimowski pemain bintang dengan catatan menakutkan. Laman statistik sepakbola RSSSF mencatat, Wilimowski mengumpulkan 1.077 gol lewat laga resmi maupun non-resmi sepanjang kariernya (1932-1956). Wilimowski juga mencatatkan diri sebagai pemain pertama yang mencetak quattrick di Piala Dunia. 

Baca juga: Kiper Legendaris Manchester Bekas Pemuda Hitler

TAG

sepakbola polandia jerman

ARTIKEL TERKAIT

Presiden Sukarno Memberangkatkan Timnas Indonesia Jordi Cruyff di Bawah Bayang-Bayang Sang Ayah Adu Kuat Luftwaffe di Langit Spanyol hingga Inggris “Anak-anak” Himmler dan Obsesi Nazi terhadap Ras Unggul Luftwaffe Reborn Kisah di Balik “Pabrik” Bayi Nazi Delapan Diaspora Filipina di Barcelona dan Madrid Denis Law dan Memorinya di Lapangan Hijau Cerita dari Stadion Hoegeng di Pekalongan Ayah Patrick Kluivert Legenda Sepakbola Suriname