Masuk Daftar
My Getplus

Kisah Baju dan Acub Zainal

Sewaktu muda jadi taruna, Acub Zainal jahil. Tuanya, dia menjadi jenderal.

Oleh: Petrik Matanasi | 03 Jan 2024
Brigjen Acub Zainal sedang menghadap Presiden Soeharto. (Repro "Acub Zainal, I Love the Army")

Sekelompok taruna Militaire Akademie Yogyakarta angkatan pertama sedang diperbolehkan keluar asrama. Mereka pergi ke sebuah restoran yang cukup mahal di masa revolusi kemerdekaan. Tujuannya adalah makan enak.

“Wah hebat juga kamu, Cub, banyak uang ya,” kata Hedijanto kepada Acub.

Tidak banyak. Tapi ada lah,” jawab Acub Zainal.

Advertising
Advertising

Semua taruna yang ikut makan di restoran itu tentu gembira. Terlebih, mereka boleh tambah porsi jika satu porsi tak kenyang. Maklum, makan enak saat sulit itu tentu sebuah kemewahan. Tak semua orang bisa mendapatkannya.

Maka semua taruna yang ikut makan itu memuji-muji Acub, orang penting di balik acara makan di restoran itu. Setelah makan, mereka pulang ke asrama. Setiba di asrama, beberapa taruna yang ikut makan tadi kehilangan baju.

“Cub, bajumu juga hilang?” tanya Hedijanto.

“Ya. Sepotong. Biarlah! Cuma baju lama,” jawab Acub.

Baca juga: Acub Zainal, Purnawirawan Jenderal Pendiri Arema

Sejelek apapun, di tahun 1940-an baju adalah barang yang tidak murah. Dari semu taruna yang kehilangan baju, hanya Acub yang tampak tenang. Dia bahkan berusaha membesarkan hati para kawan-kawannya itu.

“Sudahlah. Bua tapa baju-baju jelek itu dicari. Yang penting perut kenyang,” katanya.

Alih-alih tenang, kawan-kawannya malah tambah curiga. Mereka segera menuding Acub sebagai pelaku di balik hilangnya baju mereka. Acub pun mereka tanyai siapa yang mencuri baju mereka. Acub akhirnya mengakui dia yang mengambili baju-baju itu. jawaban itu membuat salah seorang kawannya bertanya di mana baju-baju yang hilang itu.

“Wah di mana lagi kalau bukan di dalam perut kalian sendiri,” kata Acub. “Baju itu aku jual untuk membayar makanan kita di warung.”

Jawaban Acuh itu tentu membuat para taruna yang kehilangan baju dan ikut makan tak bisa berkata apa-apa lagi.

“Ya sudah. Kalau masih marah, maafkanlah. Nanti aku ganti kapan-kapan,” pinta Acub.

Baca juga: Acub Zainal Pendiri Perkesa 78, Klub Sepakbola Orang Papua

Begitulah salah satu kisah kejahilan Acub semasa di akademi militer, seperti diceritakan Brigadir Jenderal Hedijanto dalam Semua Karena Kehendak-Nya.

Kendati bertubuh paling kecil, Acub punya reputasi sebagai taruna yang jahil lagi menyenangkan. Ada kalanya Acub dipermainkan oleh taruna bertubuh besar dalam rebutan kopi, namun Acub tak kalah gesit. Dengan tubuh kecilnya, dia mampu menerobos ketiak para taruna lain yang lebih besar.

Lebih dari dua dekade kemudian setelah insiden hilangnya baju para taruna itu, Acub yang bertubuh kecil itu akhirnya berhasil menjadi jenderal. Sedari Februari 1970-Juni 1973, Brigadir Jenderal Acub Zainal dipercaya menjadi panglima KODAM Cendrawasih yang membawahi seluruh Papua. Di Pulau yang minus industru tekstil itu, Acub melancarkan sebuah aksi terkait pakaian.

“Pada tahun 1971 Acub Zainal menjalankan Operasi Koteka untuk menyiapkan masyarakat Irian berhadapan dengan dunia luar,” sebut Nurinwa Ki S. Hendrowinoto dalam Acub Zainal, I Love the Army.

Baca juga: Acub Zainal dan Lotere untuk Penyelenggaraan PON

Acub tak ingin melihat orang Papua telanjang di mata dunia internasional. Di matanya, pakaian orang Papua asli sangat sederhana dan mereka nyaris tak mengenal baju dan celana modern.

Acub bahkan pernah difoto wartawan dalam kondisi telanjang dada ketika sibuk dalam pekerjaannya sebagai gubernur Irian Jaya di Papua. Meski bukan asli Papua, Acub termasuk gubernur yang disukai.

Pernah pula Acub hanya mengenakan kaos kutang ketika naik jip keliling kota Surabaya ketika dirinya menjadi komandan KOREM di Surabaya. Ini terjadi sebelum dia bertugas di Papua. Ketika itu, kerusuhan terjadi di Surabaya karena dua anggota KKO (Marinir) Usman dan Harun digantung oleh pemerintah Singapura. Acub sebagai pejabat setempat berusaha mengendalikan keadaan. Ketika berada di jip dengan memakai kaos kutang itu, Acub berkomunikasi ala orde baru: siapa yang membuat kerusuhan akan ditembak di tempat.*

TAG

kko al tni ad acub zainal

ARTIKEL TERKAIT

Pieter Sambo Om Ferdy Sambo Pejuang Tanah Karo Hendak Bebaskan Bung Karno Siapa Penembak Sisingamangaraja XII? Sejarah Prajurit Perang Tiga Abad tanpa Pertumpahan Darah Ibnu Sutowo dan Para Panglima Jawa di Sriwijaya Serdadu Ambon Gelisah di Bandung M Jusuf "Jalan-jalan" ke Manado Saat Brigjen Djasmin Dikata Pengkhianat Thomas Nussy versus Anak Cik Di Tiro