Masuk Daftar
My Getplus

Empat Hal Tentang Perang

Layang-layang, kentang, dan makanan kaleng ternyata berkaitan dengan perang. Bagaimana jika tentara perang lawan burung.

Oleh: Historia | 24 Jul 2022
Burung emu di Fowlers Gap Arid Zone Research Station, Faculty of Science, University of New South Wales, Australia. (Wikimedia Commons).

Layang-layang untuk Perang

Ditemukan di Tiongkok, layang-layang diterbangkan kali pertama dua ribu tahun silam untuk kepentingan militer.

Kala itu, Jenderal Han Hsin dari Dinasti Han (abad ke-2 SM) menerbangkannya di atas tembok kota untuk mengukur seberapa jauh pasukannya harus berjalan menuju daerah lawan. Strategi ini berhasil. Pasukan Han Hsin mencapai jantung pertahanan lawan tanpa bisa diduga.

Baca juga: Obsesi Manusia untuk Terbang

Advertising
Advertising

Selepas itu, layang-layang tersebar ke Korea dan Jepang, dengan fungsi berbeda. Di Korea, Jenderal Gim Yu-Sin menggunakannya untuk menaikan moral pasukannya pada abad ke-7. Kala itu, pasukannya melihat bintang jatuh dan mempercayainya sebagai pertanda buruk.

Gim Yu-Sin lantas menerbangkan layang-layang yang dipasangi bola-bola api sehingga tampak seperti bintang. Pasukannya yang melihat itu percaya bintang telah kembali ke langit: pertanda baik. Di Jepang, layang-layang diterbangkan untuk mengusir roh jahat dan menjamin panen sawah. [Hendaru Tri Hanggoro].

Layang-layang pada masa kuno di Tiongkok. (ancientchinalife.com)

Kentang Tanda Perang

Tanda apa yang digunakan raja-raja Batak untuk menyatakan perang? Dengan menggantungkan kentang. Kentang yang agak panjang diukir hingga menyerupai manusia dan ditusuk dengan beberapa lembing kecil. Orang-orang Batak menyebutnya Pulas.

Pulas disertai tiga surat bambu dengan kata-kata cercaan dan hasutan serta sebuah sumbu yang disulut. Kemudian Pulas itu digantungkan pada pintu kampung (huta) sebagai tanda maklumat perang.

Pada akhir tahun 1877, ritual angkat Pulas dipraktikan Sisingamangaraja XII ketika menyatakan perang terhadap Belanda. Perang itu kemudian dikenal sebagai Toba Oorlog atau Perang Toba yang pertama. [Martin Sitompul].

Baca juga: Perang Toba I: Kado Natal 1000 Gulden

Lukisan Sisingamangaraja XII karya Augustin Sibarani.

Makanan Kaleng untuk Perang

Penggunaan makanan kaleng memang dimulai dari palagan. Pada 1795, militer Prancis membuka sayembara penyimpanan makanan. Hadiahnya sangat besar uang 12.000 franc. Militer perlu metode penyimpanan makanan karena Prancis tengah merencanakan serangan ke beberapa wilayah Eropa.

Seorang ilmuwan, Nicolas Appert (1749–1841), tertarik dengan sayembara itu. Dia lantas melakukan serangkaian percobaan untuk menyimpan makanan agar tahan lama.

Baca juga: Makanan Kaleng Merentang Zaman

Beragam jenis makanan, dari sup, buah, hingga sayuran dimasukkan ke dalam stoples kaca. Stoples itu lalu ditutup dengan gabus atau kawat dan direndam ke air panas. Untuk beberapa jenis makanan, metode ini berhasil. Karena itu, Appert terus berusaha menyempurnakan temuannya.

Sembilan tahun bergulat dengan percobaan, Appert akhirnya berhasil menemukan sebuah cara baru. Appert tak lagi menggunakan stoples, melainkan logam. Temuan ini lalu digunakan tentara Prancis dalam penyerbuan ke Belanda pada 1810. Setelah itu, makanan kaleng menjadi bawaan wajib tentara di palagan, selain senapan. [Hendaru Tri Hanggoro].

Nicolas Appert. (parisology.net).

Perang Lawan Burung

Emu (Dromaius novaehollandiae), burung asli Australia yang berukuran besar, tergolong burung pengelana dan masih kerabat burung unta.

Pada akhir 1932, veteran perang yang jadi petani di distrik Campion, Australia Barat, resah oleh 20.000 ekor burung Emu yang menginvasi ladang-ladang gandum mereka. Keluhan petani ini membuat Menteri Pertahanan Australia Sir George Pearce turun tangan.

Baca juga: Surga Burung Langka Terancam Tambang Emas

Pada 8 November 1932, dibantu belasan petani, sepasukan tentara bersenapan mesin jenis Lewis mulai menumpas Emu. Selama dua pekan, koran-koran Australia memberitakan operasi penumpasan Emu bagai perang besar (great emu war).

“300 Terbunuh dalam Duel Pertama,” tulis Canberra Times, 12 November 1932, merujuk jumlah Emu yang menjadi korban.

Operasi militer itu gagal. Sebanyak 9.600 butir amunisi digunakan untuk membunuh 960 ekor Emu. Dianggap pemborosan yang konyol dan kekejaman terhadap hewan, parlemen Australia menginstruksikan penarikan mundur tentara.

Hingga hari ini, setiap tanggal 8 November, warga Australia merayakannya sebagai Hari Emu Nasional. [Martin Sitompul].

Seorang pria memegang burung emu yang mati dibunuh tentara Australia. (Wikimedia Commons).

 

TAG

layang layang burung kentang makanan kaleng ragam

ARTIKEL TERKAIT

Empat Hal Tentang Sepakbola Merpati Terbang untuk Perang Empat Hal Tentang Komik Enam Hal Terkait Medis Dari Tapa ke Penjara Empat Hal Terkait Perempuan Dari Bersin hingga Penyakit Kelamin Dari Peragaan Busana hingga Bersulang Dari Pengelana Melayu hingga Bajak Laut Asing Dari Syal hingga Dasi