Masuk Daftar
My Getplus

Obsesi Manusia untuk Terbang

Siapa tak takjub melihat burung melayang dan menjelajahi angkasa tanpa batas. Bahkan Bangsa Mesir Kuno menjadikan burung salah satu dewa tertingginya.

Oleh: Hendaru Tri Hanggoro | 21 Okt 2017
Patung Ibnu Firnas, ilmuwan Muslim, yang mencoba untuk terbang. Foto: @Iraqesque.

KELIHAIAN burung menggelitik obsesi manusia untuk bisa terbang. Karena keterbatasan pengetahuan, awalnya obsesi ini baru dituangkan dalam figur-figur fantasi tentang makhluk bersayap: setengah manusia, setengah burung.

Dalam mitologi Yunani Kuno (abad 8-1 SM), sayap terbang kali pertama diciptakan Daidalos, seorang seniman. Dia menciptakan sayap yang terbuat dari bulu unggas dan lilin untuk anaknya, Ikaros, di dalam penjara. Ikaros menerima sayap itu dan menggunakannya untuk kabur dari penjara. Kegirangan terbang, Ikaros lupa pesan ayahnya: jangan terbang dekat dengan matahari. Sayap itu terbakar sinar matahari sehingga Ikaros terjatuh.

Meski tak mungkin mempunyai sayap serupa burung, manusia tak pernah berhenti mewujudkan obsesinya.

Serupa Burung Manyar

Advertising
Advertising

Berbekal alat sederhana berupa jubah sutra dan bulu elang yang dipasang ke seperangkat kayu, Ibnu Firnas meluncur dari sebuah bukit di Cordoba. Mu’min Ibnu Said, seorang penyair yang menyaksikan aksi itu pada sore di musim gugur 852, menulis, “Firnas terbang lebih cepat dari Phoenix ketika dia menggunakan bulu-bulu di badannya, seperti burung manyar.” Lantaran terjatuh, Firnas menderita cidera punggung parah.

Glider

Meski penerbangannya tak begitu sukses, alat yang dipakai Firnas mendapat perhatian luas ilmuwan. Dua abad setelah Firnas, seorang pendeta dari Malmesbury memperbaiki rancangan Firnas. Dengan menambahkan ekor, dia menyebut alat itu sebagai glider. Dari menara lonceng, dia berhasil terbang selama 15 menit dengan jarak tempuh 200 meter. Sekarang, glider sering dipakai untuk olahraga paralayang.

Ornithopter

Leonardo Da Vinci, ilmuwan Italia, mengembangkan temuan itu pada 1488. Konsep itu disebut ornithopter. Istilah itu berasal dari bahasa Yunani, ornithos yang berarti burung dan pteron yang berarti sayap. Konsep alat ini mengambil prinsip kerja sayap burung dan serangga. Da Vinci memandang bobot manusia cukup berat jika hanya ditopang dengan sayap tetap. Karenanya orang perlu sayap yang lebih dinamis untuk terbang lebih lama dan jauh.

Naga Bersayap Empat

Percobaan ornithopter pada 1496 tak memuaskan sejumlah ilmuwan. Selain tak bisa terbang, ornithopter dinilai belum aman. Konsep glider bersayap empat pun diperkenalkan pada 1647. Pengembangnya, seorang Italia bernama Tito Livio Burattini, menjanjikan alat yang disebut “naga bersayap empat” ini mampu meminimalkan cidera saat pendaratan atau kecelakaan.

Kapal Udara

Sebuah tulisan mengenai perhitungan massa benda di udara terbit pada 1670. Penulisnya, Francesco Lana de Terzi, menyimpulkan bahwa sebuah benda dapat lebih ringan ketimbang udara jika menggunakan tembaga besar yang menyimpan ruang gas di dalamnya. Ruang itu digunakan sebagai tenaga pengangkat. Sirkulasi udara harus dijaga sebaik mungkin agar benda tetap bisa terbang. Karya ini mengilhami penemuan kapal udara oleh Barthomeleo Gusmao, seorang Portugis, pada 1709. Inilah penerbangan pertama manusia tanpa sayap. Kelak penemuan ini mengilhami terciptanya Zeppelin.

Balon Udara

Dua bersaudara, Joseph dan Jacques Montgolfier, berhasil menerbangkan benda dengan menggunakan prinsip kapal udara pada 1783. Mereka mengganti material tembaga dengan bola raksasa yang terbuat dari sutera. Pada bagian bawah bola terdapat celah yang digunakan untuk pembakaran jerami. Udara panas itu menjadi sumber tenaga. Sebuah kotak tanpa penutup diikat pada bola tersebut. Mereka masuk ke kotak tersebut. Penerbangan mereka disebut “penerbangan lebih-ringan-daripada-udara”.

Monoplane

Setelah usaha “penerbangan-lebih-ringan-daripada-udara” tanpa sayap, orang mulai kembali berpikir tentang sayap. George Cayley, penjelajah asal Inggris, menggambar sketsa pesawat terbang sederhana beserta prinsip kerjanya pada akhir abad ke-18. Dia dianggap sebagai peletak dasar bentuk pesawat terbang modern. William Samuel Henson dan John Stringfellow, ilmuwan, bekerja sama menyempurnakan penggunaan sayap. Mereka menciptakan mesin terbang tenaga uap sayap tunggal pada 1840. Lebar sayapnya mencapai 45,7 meter. Penerbangan mereka dikenal sebagai “penerbangan-lebih-berat-daripada-udara”.

Zeppelin

Ahli aeronautika (ilmu penerbangan) Jerman, Ferdinanz Adolf Heinrich August von Zeppelin, menciptakan balon udara berbentuk cerutu raksasa yang mudah dikendalikan. Menggunakan prinsip kapal udara, Zeppelin, nama pesawat ini, dapat terbang lebih terarah. Pesawat ini sudah dilengkapi sirip, mesin, dan kemudi. Pada 1900, Zeppelin berhasil melakukan uji terbang pertamanya. Pesawat tanpa sayap ini melayani penerbangan komersial pertama di dunia pada 1909. Ketika perang meletus, fungsi komersialnya ditiadakan lantaran pesawat ini lebih banyak dipakai untuk perang.

TAG

sainstek pesawat

ARTIKEL TERKAIT

Pesawat Multifungsi Tulang Punggung Matra Udara Jerman Nasib Nahas Kapten Mussolini Marcel Dassault dan Jet Tempur Kebanggaan Prancis Si Jago Udara di Bawah Panji Swastika Alkisah Jago Udara yang Di-Grounded Gegara Sepakbola Riwayat Perakit Pesawat Kala Pesawat Jet Mengudara Perdana Netanyahu Bersaudara dalam Pasukan Khusus Israel Lika-liku Pesawat T-50 BPPT, Riwayatmu Kini