Masuk Daftar
My Getplus

Empat Hal Tentang Sepakbola

Ini cerita tentang tuan rumah Piala Dunia pertama, tragedi Superga, kartu kuning dan kartu merah, serta jumlah penonton terbesar dalam pertandingan sepakbola Indonesia.

Oleh: Historia | 04 Mei 2024
Kecelakaan pesawat The Avio Linee Italiane (Italia Air Lines) Fiat G.212 di bukit Superga, Turin, Italia, 4 Mei 1949. (Wikimedia Commons).

Tuan Rumah Piala Dunia Pertama

Piala Dunia kali pertama bergulir tahun 1930. Mulanya lima negara anggota Asosiasi Federasi Sepakbola Internasional (FIFA) mengajukan diri sebagai tuan rumah: Italia, Belanda, Spanyol, Swedia, dan Inggris.  

Inggris kadung keluar dari FIFA sebelum perhelatan karena tunggakan iuran. Meski tak diunggulkan, satu-satunya negara Amerika Latin yang mengajukan diri adalah Uruguay. Uruguay menginginkan status tuan rumah sebagai hadiah ulang tahun ke-100 negerinya.

Baca juga: Rupa-Rupa Perjalanan Rombongan Piala Dunia Pertama

Advertising
Advertising

Juara cabang sepakbola Olimpiade 1924 dan 1928 serta lolos dari krisis ekonomi dunia jadi modal penting Uruguay menuju perhelatan turnamen sepakbola terbesar di dunia. Stadion-stadion berkapasitas besar dibangun. Yang terbesar, Estadio Centenario, dapat menampung 100.000 penonton. Selain itu, pemerintah Uruguay siap menanggung semua biaya transportasi dan akomodasi tim peserta. 

Menghadapi kampanye itu, empat negara kandidat Eropa mundur dari pencalonan. Keempatnya pun absen di Piala Dunia pertama. Alhasil, hanya 13 negara hadir di Uruguay. Tuan rumah menjadi juara setelah mengalahkan Argentina di final dengan skor 4-2. [Martin Sitompul]. 

Baca juga: Preambul Piala Dunia Pertama Amburadul

Tragedi Superga

Kecelakaan pesawat yang menewaskan semua penumpangnya, termasuk skuad klub sepakbola Torino FC, terjadi pada 4 Mei 1949. Pesawat The Avio Linee Italiane (Italia Air Lines) Fiat G.212 diterpa badai dan jatuh di bukit Superga, Turin, Italia. Tiada penumpang yang selamat. Sebanyak 31 orang tewas, termasuk 18 pemain Torino yang baru tanding dalam laga persahabatan melawan Benfica di Lisbon, Portugal. 

Peristiwa itu menjadi kabar pilu bagi publik sepakbola Italia. Para pemain yang meninggal dalam kecelakaan disebut-sebut sebagai tim terbaik sepanjang masa yang dimiliki Torino. Dengan julukan Il Grande Torino (Torino Terbesar), Torino menjadi klub terkuat Italia dengan menjuarai (scudetto) liga Serie A lima kali berturut-turut (1942–1943, 1945–1946, 1946–1947, 1947–1948, 1948–1949). Hanya sekali diselingi oleh Spezia Calcio sebagai juara saat perang tahun 1944. Saat itu Torino juga menjadi penyumbang terbanyak untuk pemain timnas Italia (11 pemain). Total Torino tujuh kali juara Serie A; pertama juara pada 1927–1928 dan terakhir 1975–1976.  

Untuk mengenang generasi emas Torino dalam Tragedi Superga, pada 7 Mei 1949 Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) memutuskan agar seluruh pertandingan internasional tingkat divisi utama mengheningkan cipta selama satu menit sebelum laga. [Martin Sitompul]. 

Baca juga: Berkabung untuk Setan Merah

Kartu Kuning dan Kartu Merah

Ken Aston (1915–2001), wasit asal Inggris, mengawali karier sebagai wasit sepakbola pada usia 20 tahun. Sering terjadinya kerancuan verbal soal pemberian hukuman kepada pemain oleh wasit, terutama pada penyelenggaraan Piala Dunia 1962 dan 1966, menginspirasi Aston untuk membuat sebuah sistem hukuman yang dapat dimengerti baik oleh pemain, ofisial, maupun penonton. 

Suatu ketika Aston sedang mengemudikan mobilnya ketika ide tersebut datang. “Saat saya sedang mengemudi di Jalan Raya Kensington, lampu lalu lintas menyala merah. Saya lantas berpikir: ‘kuning berarti peringatan untuk berhati-hati; merah, berhenti, kamu dikeluarkan’,” kata Aston seperti dikutip Gavin Mortimer dalam A History of Football in 100 Objects.

FIFA kemudian memperkenalkan sistem kartu kuning dan kartu merah untuk kali pertama pada Piala Dunia 1970 di Meksiko. [Rahadian Rundjan]. 

Baca juga: Awal Mula Wasit Meniup Peluit dalam Pertandingan Sepakbola

Jumlah Penonton Terbesar dalam Sepakbola Indonesia

150.000 penonton memadati Stadion Utama Senayan (sekarang Gelora Bung Karno) yang berkapasitas 120.000 orang. Peristiwa ini terjadi saat final liga Perserikatan musim 1985 yang mempertemukan Persib Bandung kontra PSMS Medan pada 23 Februari 1985.  

“Angka tersebut merupakan rekor jumlah penonton sepanjang sejarah pertandingan sepakbola di tanah air,” tulis Suara Merdeka, 25 Februari 1985. Final legendaris itu dimenangi PSMS Medan lewat adu penalti dengan skor 4-3 setelah bermain imbang 2-2 di waktu reguler. [Martin Sitompul].

Baca juga: Persib Bandung vs PSMS Medan: Final Fenomenal di Senayan

TAG

ragam sepakbola

ARTIKEL TERKAIT

Cerita dari Stadion Kridosono (Bagian II – Habis) Cerita dari Stadion Kridosono (Bagian I) Pengungsi Basque yang Memetik Bintang di Negeri Tirai Besi Riwayat NEC Nijmegen yang Menembus Imej Semenjana Geliat Tim Naga di Panggung Sepakbola Mula Bahrain Mengenal Sepakbola Enam Momen Pemain jadi Kiper Dadakan Memori Manis Johan Neeskens Kenapa Australia Menyebutnya Soccer ketimbang Football? Kakak dan Adik Beda Timnas di Sepakbola Dunia