Rupa-Rupa Perjalanan Rombongan Piala Dunia Pertama
Aneka kisah perjalanan partisipan Piala Dunia 1930. Mulai dari akomodasi busuk hingga nasib apes ketinggalan kapal.
NEGARA mana yang tak ingin ikut serta dalam Piala Dunia? Tingginya prestise event sepakbola empat tahunan itu membuat hampir tiap negara rela melakani tahap demi tahap kualifikasi untuk bisa mengikutinya.
Padahal, ketika Piala Dunia pertama dihelat di Uruguay pada 13-30 Juli 1930, banyak negara, khususnya asal benua Eropa, ogah berpartisipasi. Selain alasan jarak yang terpisah bentangan Samudera Atlantik, perkara finansial jadi pengganjal lantaran masih terdampak depresi ekonomi. Hanya empat negara Eropa yang ikut serta: Prancis, Rumania, Yugoslavia, dan Belgia.
Selain berkat jasa lobi-lobi Presiden FIFA Jules Rimet, keempat negara itu berkenan datang karena akomodasinya, mulai dari perjalanan sampai kebutuhan mereka di Uruguay, ditanggung panitia pelaksana tuan rumah. Ketiga tim itu, termasuk Rimet dan tiga ofisial pertandingan, menyeberangi Atlantik dengan kapal pesiar SS Conte Verde yang dicarter panitia pelaksana tuan rumah.
Baca juga: Manis-Pahit Petualangan SS Conte Verde
Saat SS Conte Verde berangkat dari Genoa, Italia pada 20 Juni 1930, baru timnas Rumania yang dibawa. Mengutip Clemente A. Lisi dalam A History of the World Cup: 1930-2010, tim yang dikapteni Rudolf Wetzer dan ditukangi Costel Rădulescu itu tetap enggan berangkat dengan alasan tak ingin meninggalkan pekerjaan tetapnya. Kebanyakan pemain saat itu hanya menjadikan sepakbola sebagai hobi atau profesi “sampingan”. Mereka baru manut setelah mendapat titah Raja Carol II yang juga gila bola dan memberi jaminan mereka tetap akan mendapat pekerjaan selepas Piala Dunia 1930.
“Kami lebih dulu berperjalanan selama dua malam dengan keretaapi ke Genoa. Kursinya sangat tak mengenakkan, membuat tulang-tulang kami kesakitan, tetapi semua itu setimpal,” ungkap Wetzer, dikutip Lisi.
Baca juga: Preambul Piala Dunia Pertama Amburadul
Conte Verde yang membawa tim Rumania keesokannya merapat di Villefranche-sur-Mer, Prancis untuk mengangkut Rimet, trofi Piala Dunia, tiga ofisial, dan timnas Prancis. Sebelum masuk Samudera Atlantik, Conte Verde mampir lagi di Barcelona pada 22 Juni untuk menjemput timnas Belgia.
Kapal pesiar itu sudah ditambahi fasilitas olahraga seperti ruang fitness dan kolam renang. Untuk menjaga kebugaran sepanjang perjalanan, para pemain memanfaatkan fasilitas tersebut. Tak jarang pula geladak dan tangga kapal serta beberapa furnitur kapal dimanfaatkan untuk latihan fisik.
“Tak pernah ada pembicaraan soal taktik. Latihannya lebih banyak lari di dek kapal. Berlari dan berlari sepanjang hari. Di dek bawah kadang kami stretching, melompat dengan kursi dan alat-alat kebugaran lain di ruang gym. Tapi kami saat itu masih sangat muda. Buat kami seperti petualangan. Perjalanan dengan Conte Verde memakan waktu 15 hari. Sungguh 15 hari yang menyenangkan,” kata striker Prancis Lucien Laurent mengenang perjalanannya.
Baca juga: Lucient Laurent pencetak gol pertama di sejarah Piala Dunia 1930
Hal serupa dilakoni tim Rumania dan Belgia, termasuk saat kapal merapat di Rio de Janeiro pada 29 Juni untuk menjemput timnas Brasil. Conte Verde tiba di pelabuhan Montevideo, Uruguay pada 4 Juli. Ketika Rimet turun dari kapal disertai empat tim partisipan, sekira 15 ribu warga tuan rumah menyambut mereka sebagai bentuk apresiasi terhadap kehadiran di Piala Dunia 1930.
Langit dan Bumi
Pengalaman berbeda dialami timnas Yugoslavia. Mereka meminta akomodasi lebih dari kapal sekelas Conte Verde. Yugoslavia baru berkenan berangkat ketika tuan rumah menawarkan kapal pesiar yang lebih mewah, MS Florida.
Dengan kapal itulah tim Yugoslavia berangkat ke Uruguay dari Marseille, Prancis. Sebelumnya, tim Yugoslavia menempuh tiga hari perjalanan darat dengan keretaapi dari Beograd ke Marseille.
“Tim asuhan Boško Simonović yang berangkat dengan kapal pesiar MS Florida itu sungguh istimewa karena hanya orang-orang yang sungguh kaya bisa menikmati fasilitas mewah di kapal tersebut. Laiknya penumpang kapal pesiar, para pemain menikmati dolce far niente alias berleha-leha,” tulis Asep Ginanjar dan Agung Harsya dalam 100+ Fakta Unik Piala Dunia.
“Mereka tak ubahnya sekumpulan orang kaya yang tengah berlibur. Itu jauh berbeda dengan tiga tim Eropa lainnya di atas Conte Verde yang selama perjalanan tak henti menjaga kondisi tubuh. Anehnya meski berleha-leha sepanjang perjalanan, Yugoslavia justru menjadi wakil Eropa tersukses dengan menembus semifinal,” lanjutnya.
Baca juga: Witan Sulaeman dan Mula Sepakbola Serbia
Sejatinya MS Florida mengangkut tim Yugoslavia dan tim Mesir sebagai undangan wakil Afrika. Namun, menurut Lisi, “Sayangnya ketika hendak berangkat ke Marseille untuk melanjutkan perjalanan dengan MS Florida, kapal yang mereka tumpangi dari Mesir mengalami penundaan jadwal pelayaran akibat badai. Jadilah MS Florida berangkat tanpa timnas Mesir. Pihak Mesir lantas mengirim kawat ke panitia tuan rumah untuk meminta maaf karena selain akomodasi mewah itu hangus, Piala Dunia 1930 berjalan tanpa wakil Afrika.”
Kondisi bak langit dan bumi terkait akomodasi dialami timnas Amerika Serikat dan Meksiko. Jika Yugoslavia bisa menikmati akomodasi top MS Florida, Amerika dan Meksiko amat tidak nyaman dengan akomodasi yang mereka dapatkan: kapal SS Munargo.
Rony J. Almeida dalam Where the Legend Began menguraikan, timnas Amerika berangkat dengan SS Munargo dari pelabuhan Hoboken, New Jersey pada 14 Juni. Kapal itu lantas merapat di pelabuhan New York untuk menjemput timnas Meksiko. Tim “Sombrero” justru harus mengarah ke utara dengan berlayar dari Veracruz ke Havana (Kuba), dilanjutkan lagi dengan perjalanan laut ke New York.
Baca juga: Serba Pertama di Piala Dunia (Bagian II – Habis)
Setelah bergabung dengan timnas Amerika di atas geladak kapal SS Munargo, pelayaran mereka menuju Uruguay baru dimulai. Kedua timnas tiba di Montevideo pada 1 Juli.
Selain lamanya durasi perjalanan, timnas Meksiko dan Amerika mengeluhkan kondisi kapal yang tak memungkinkan mereka untuk menjaga kebugaran dengan maksimal. Jangankan ketersediaan dek yang luas atau ruangan fitness, kondisi kamar mandi dan toiletnya pun dinilai buruk oleh pelatih timnas Amerika Robert Millar.
“Kami sebisanya berlatih di atas kapal karena kondisi yang buruk di atas (kapal) Munargo. Kapal uap yang tak hanya kecil tanpa dek terbuka untuk berlatih, namun juga kondisi kamar mandinya begitu busuk,” ujar Millar dikutip Almeida.
Kendati begitu, timnas Amerika mencetak sejarah yang lumayan dengan menembus babak semifinal. Mereka akhirnya dikandaskan Argentina 6-1. Adapun Meksiko, tak berdaya dengan hanya menjadi juru kunci di penyisihan Grup 1. Dari tiga laga kontra Argentina, Cile, dan Prancis, tak sekalipun ia menang.
Baca juga: Pemain Tunadaksa Penentu Juara Piala Dunia
Tambahkan komentar
Belum ada komentar