Masuk Daftar
My Getplus

Mata-Mata Pembunuh Sultan Demak

Mata-mata terlibat dalam pembunuhan sultan Demak. Demi dendam dan perebutan kekuasaan.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 21 Feb 2020
Ki Rangkud, seorang kajineman (telik sandi, mata-mata, atau polisi rahasia), membunuh Raja Demak, Sunan Prawata dengan keris bernama Kyai Setan Kober yang diberikan Raja Jipang Arya Penangsang. (Ilustrasi/Shutterstock).

Pada suatu hari di tahun 1549. Raja Jipang Arya Penangsang memberikan perintah kepada Ki Rangkud, seorang kajineman (telik sandi, mata-mata, atau polisi rahasia).

"Hai Rangkud. Bunuhlah Kakanda Pangeran Prawata. Pakailah keris pusakaku ini."

Ki Rangkud menyanggupi, menerima keris pusaka bernama Kyai Setan Kober, lalu berangkat. Ketika dia sampai di Demak, Sunan Prawata sedang sakit dan bersandar pada permaisurinya.

Advertising
Advertising

"Siapakah kau ini?" tanya Sunan Prawata.

Ki Rangkud menyampaikan maksud kedatangannya. "Saya utusan Pangeran Arya Penangsang, disuruh membunuh tuanku."

"Silakan, tetapi biarlah aku sendiri saja yang kau bunuh," kata Sunan Prawata.

Ki Rangkud menusukkan keris Kyai Setan Kober ke dada Sunan Prawata yang juga melukai istrinya. Sunan Prawata murka, mencabut kerisnya, Kyai Bethok, lalu melemparkannya ke Ki Rangkud.

"Kulit Rangkud tergores sedikit (menurut Serat Kandha: kakinya). Tetapi, goresan sebuah keris sakti cukup membuat penjahat itu tewas. Sunan Prawata dan permaisurinya pun tewas," tulis H.J. de Graaf, ahli sejarah Jawa, dalam Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senopati. Cerita pembunuhan Sunan Prawata itu terdapat dalam Babad Tanah Jawi.

Baca juga: Tjong Ling, Mata-mata Sultan Banten

Menurut De Graaf, saudara perempuan Sunan Prawata, Ratu Kalinyamat, tidak tinggal diam atas pembunuhan kakaknya. Dia dan suaminya, Pangeran Kalinyamat, menghadap Sunan Kudus untuk meminta pelakunya diadili, karena Sunan Kudus adalah guru Arya Penangsang.

Dalam perjalanan pulang, keduanya diserang oleh para kajineman Arya Penangsang. Pangeran Kalinyamat terbunuh. Setelah itu, Ratu Kalinyamat bertapa di Gunung Danareja, dalam keadaan telanjang, hanya rambutnya yang terurai menjadi pakaiannya. Dia bersumpah tidak akan memakai kain sebelum Arya Penangsang mati. Dia juga akan mengabdi dan memberikan semua hartanya kepada siapa saja yang dapat membunuh Arya Penangsang.

Dendam dan Kekuasaan

De Graaf menguraikan bahwa Sultan Demak pertama, Raden Patah, digantikan oleh putranya yang tertua, Pangeran Sabrang Lor. Dia mati pada 1521 dalam usia muda dan tidak memiliki anak. Yang seharusnya menggantikannya adalah putra Raden Patah berikutnya, Pangeran Seda Lepen. Namun, malah digantikan oleh adiknya, Raden Trenggana, yang memegang kekuasaan sampai terbunuh pada 1546. Dia digantikan oleh putranya, Pangeran Prawata.

Pangeran Seda Lepen dan putranya, Arya Penangsang, sakit hati karena hak mereka dilangkahi. Kemarahan Arya Penangsang memuncak ketika mengetahui bahwa sebelum menjadi sultan Demak, Pangeran Prawata memerintahkan Surayata untuk membunuh ayahnya, Pangeran Seda Lepen. Jadi, Sunan Prawata bukan hanya merebut kekuasaan, yang menurut hak harus diwariskan kepada Arya Penangsang, tetapi juga menyuruh orang membunuh ayahnya.

"Maka, mudah dimengerti jika sejak itu Arya Penangsang akan menggunakan jalan apa pun, tidak hanya untuk membalas dendam, tetapi juga merebut kekuasaan," tulis De Graaf.

Baca juga: Raja Demak Terakhir Dimakamkan di Banten

Oleh karena itu, Arya Penangsang berusaha menghabisi keturunan dan kerabat Sultan Trenggana. Setelah berhasil membunuh Sunan Prawata dan Pangeran Kalinyamat, dia berusaha membunuh Jaka Tingkir, menantu Sultan Trenggana.

Arya Penangsang mengirim empat orang kajineman untuk membunuh Jaka Tingkir. Mereka berusaha menikam Jaka Tingkir yang sedang tidur. Jaka Tingkir menyingkapkan dodot-nya (pakaian panjang yang dipakai para raja yang juga digunakan sebagai selimut tidur) sehingga membuat mereka terjatuh. Jaka Tingkir mengampuni mereka bahkan memberinya uang (masing-masing 15 rial) dan pakaian. Kemungkinan Jaka Tingkir sengaja membiarkan mereka hidup agar menjadi pesan bagi Arya Penangsang.

Setelah menerima laporan kegagalan kajineman, Arya Penangsang merasa khawatir. Dia meminta Sunan Kudus memanggil muridnya, Jaka Tingkir. Jaka Tingkir memenuhi panggilan itu. Arya Penangsang dan Jaka Tingkir sempat saling menghunus keris. Namun, Sunan Kudus menasihati dan menyuruh mereka pulang.

Baca juga: Jan Pieterszoon Coen Tewas di Tangan Intel Mataram?

Jaka Tingkir juga pernah akan dibunuh oleh kajineman karena mengambil istrinya. Dia memintanya kepada Ratu Kalinyamat untuk dijadikan selir. "Adimas, jangankan dua puteri itu, negara Kalinyamat dan Prawata dan kekayaanku semua kuberikan. Asalkan kamu memenuhi permintaanku."

"Mbakyu, jangan khawatir sampeyan. Arya Jipang mesti mati oleh saya," kata Jaka Tingkir.

"Baik, Adimas, siapa yang kupercaya lagi selain dirimu?"

Kajineman yang istirnya dibawa Jaka Tingkir tak terima. Dia bersama teman-temannya menyerang Jaka Tingkir yang sedang tidur. Namun, tidak mempan. Jaka Tingkir bangun dan mengampuni mereka. Kajineman pun merelakan istrinya.

Jaka Tingkir menepati janjinya kepada Ratu Kalinyamat. Dia berhasil membunuh Arya Penangsang. Kerajaan Demak pun berakhir setelah Jaka Tingkir memindahkan pusat kerajaannya ke Pajang.

*Tulisan ini direvisi pada 23 Februari 2020.

TAG

intelijen demak

ARTIKEL TERKAIT

Raja-Raja Jawa dalam Lintasan Masa Pengaruh Tionghoa pada Masjid Demak dan Masjid Angke Spion Wanita Nazi Dijatuhi Hukuman Mati Mata Hari di Jawa D.I. Pandjaitan dan Aktivis Mahasiswa Indonesia di Jerman Sepak Terjang Spion Melayu Adam Malik Sohibnya Bram Tambunan Operasi Monte Carlo, Misi Intelijen Koes Bersaudara Satu-satunya Perempuan Amerika yang Dieksekusi Hitler Bapaknya Indro Warkop Jenderal Intel