Selusin Jenderal yang Disingkirkan Hitler (Bagian II–Habis)
Enam jenderal lain yang muak terhadap Hitler. Berkomplot dalam percobaan pembunuhan dengan nyawa jadi taruhannya.
ERWIN Rommel. Pamornya begitu tinggi di kalangan serdadu Jerman maupun di kubu Sekutu. Adolf Hitler paham jika sang generalfeldmarschall (marsekal medan) sampai diseret ke pengadilan, moril para prajurit yang tengah mati-matian menahan gempuran Sekutu bakal ambyar.
Namun, Hitler tidak bisa mengabaikan masukan dan info dari para pembantu terdekatnya bahwa Rommel (dituduh) terlibat dalam konspirasi Plot 20 Juli 1944. Komplotan sejumlah perwira militer dan politisi oposisi itu bersepakat untuk melenyapkan Hitler. Maka meski nama Rommel begitu kondang, Hitler memutuskan untuk menyingkirkannya.
Agar tak menimbulkan gejolak lebih besar di kalangan Wehrmacht (angkatan bersenjata Jerman), kasus keterlibatan Rommel dalam Plot 20 Juli terlebih dulu disidang di Pengadilan Kehormatan Militer, Berlin. Sedikitnya delapan perwira tinggi, termasuk Panglima Komando Tinggi Wehrmacht Generalfeldmarschall Wilhelm Keitel, dilibatkan sebagai saksi yang keterangannya bakal dijadikan masukan final buat Hitler.
“Nama Rommel disebutkan dalam pengakuan Jenderal Carl-Heinrich von Stülpnagel, mantan panglima pasukan pendudukan Jerman di Paris. Stülpnagel sendiri mengaku dalam keadaan tidak sadar, saat dia sedang dalam kondisi koma akibat percobaan bunuh diri yang gagal,” tutur Alif Rafik Khan, pemerhati sejarah militer Jerman-Nazi, kepada Historia.
Baca juga: Erwin Rommel Si Rubah Gurun
Hasilnya, Hitler memberi pilihan pada Rommel: bunuh diri atau diseret ke mahkamah militer dengan konsekuensi namanya bakal tercemar sebagai pengkhianat. Marsekal jenius dan juru taktik jempolan itu pun memilih mempertahankan kehormatannya dengan bunuh diri pada 14 Oktober 1944. Rommel dimakamkan dengan penghormatan militer.
“Dia (Rommel) tahu tentang plot itu dari stafnya, Caesar von Hofacker dan Hans Speidel, tapi tidak terlibat. Dia juga sempat diajak bergabung tapi menolak. Dia menolak karena masih menghormati sumpah prajuritnya meskipun berlawanan dengan nuraninya. Dia memilih bersikap netral sekaligus tidak memberitahukan rencana plot tersebut kepada pihak yang berwenang,” tambah penulis buku 1000+ Fakta Nazi Jerman itu.
Sejatinya, Rommel tidak bersalah penuh lantaran ia tak terlibat ketika Kolonel Claus von Stauffenberg, eksekutor Plot 20 Juli, meledakkan bom di markas Hitler. Rommel tak seperti enam jenderal berikut ini yang akhirnya disingkirkan Hitler pascainsiden tersebut:
Carl-Heinrich von Stülpnagel
Stülpnagel merupakan sosok cemerlang di medan perang yang sanggup membawa pasukannya, Tentara AD ke-17, di front Rusia timur dan selatan pada babak awal Perang Dunia II. Prestasi itu membuatnya diganjar Hitler dengan posisi yang terbilang nyaman: panglima pendudukan Prancis. Dia menggantikan sepupunya, Jenderal Otto von Stülpnagel, pada Februari 1942.
Namun yang sedari awal tak diendus Hitler adalah keterlibatan Stülpnagel dalam Plot 20 Juli. Sebagaimana Jenderal Hans Oster di artikel sebelumnya, Stülpnagel yang setia pada Hitler memilih berbalik haluan akibat kekeraskepalaan Hitler untuk mencaplok Sudetenland (kini wilayah di Republik Ceko) dan Cekoslovakia pada 1938. Faktor lain yang membuatnya putar haluan adalah ketika Hitler mendongkel Menteri Pertahanan Marsekal Werner von Blomberg. Sejak saat itu, Stülpnagel mulai turut berkomplot dengan Oster dan Jenderal Ludwig Beck seraya menjalankan tugasnya sebagai Panglima Tentara ke-17 yang merangsek hingga Ukraina.
Dalam perencanaan Operasi Valkyrie sebagai ujung tombak Plot 20 Juli, Stülpnagel dipercaya oleh Beck sebagai kepanjangan tangan komplotan di Prancis. Tugasnya merayu atasannya Oberbefehlshaber West (Panglima Tertinggi Tentara Jerman di Front Barat) Generalfeldmarschall Günther von Kluge agar ikut mendukung. Kluge memberi syarat hanya jika nyawa Hitler menguap.
Kala Stauffenberg meledakkan bom di markas Hitler di Prussia Timur pada 20 Juli 1944, Operasi Valkyrie digulirkan. Setelah di Berlin, giliran Stülpnagel memainkan perannya menciduki para perwira Schutzstaffel (SS/Paramiliter Partai Nazi) dan Gestapo (Polisi Rahasia Nazi) di Paris. Nahas kemudian, Hitler selamat. Kluge pun menarik dukungannya terhadap Stülpnagel. Ia pun ditahan dan dipanggil ke Berlin.
“Kluge yang juga dipanggil memilih menelan kapsul sianida. Stülpnagel juga yakin bahwa dia tak bisa melarikan diri dan akhirnya mencoba bunuh diri dengan pistol. Tetapi gagal dan hanya melukai salah satu matanya. Dia dibawa Gestapo ke rumah sakit dan dalam perawatan, ia mengigau menyebut nama Rommel berulang-ulang,” tulis Terry Brighton dalam Masters of Battle: Monty, Patton and Rommel at War.
Setelah pulih, Stülpnagel dijebloskan ke Penjara Plötzensee di Berlin dan disiksa Gestapo hingga mengakui keterlibatannya di Plot 20 Juli lantaran Hitler menuntut semua tahanan komplotan mengaku di muka umum. Setelah diajukan ke Volksgerichtshof (Pengadilan Rakyat) pada 30 Agustus 1944, Stülpnagel divonis hukum gantung.
Erich Fellgiebel
Meski termasuk perwira terpenting Jerman terkait pengembangan mesin kode rahasia Enigma yang sohor, disebutkan Peter Hoffmann dalam History of the German Resistance: 1933-1945, Fellgiebel tak terlalu disukai Hitler karena independent-minded-nya. Tetapi Hitler terpaksa mempertahankannya sebagai Chef des Heeresnachrichtenwesens (kepala sinyal dan komunikasi di Komando Tinggi AD Jerman) lantaran Fellgiebel tahu banyak dapur riset rahasia roket yang tengah dikembangkan Hitler diam-diam lewat ilmuwan Wernher von Braun.
Fellgiebel terseret arus konspirasi Plot 20 Juli lewat persuasi eks Kepala Staf Oberkommando des Heeres (Komando Tinggi AD Jerman) Generaloberst (kolonel jenderal) Ludwig Beck yang pernah jadi atasannya. Dalam Operasi Valkyrie, kala Stauffenberg meledakkan bom pada 20 Juli 1944, Fellgiebel ditugasi mencegat setiap masuk-keluarnya komunikasi dari markas Hitler di Prussia Timur agar tak sampai ke Berlin.
“Sebenarnya kehadiran Fellgiebel di kantor sinyal dan komunikasi di ‘Wolfschanze’ tanpa alasan yang valid dan mencurigakan karena sudah ada perwira lain yang berwenang, yakni Letnan Kolonel Sander,” tulis Hoffmann.
Ketika bom yang dibawa dan diaktifkan Stauffenberg meledak, Fellgiebel memerintahkan semua opsir di kantor sinyal memutus semua saluran komunikasi. Sial, Fellgiebel alpa bahwa ada kantor komunikasi lain yang dipegang pasukan SS. Dari situlah Menteri Propaganda Joseph Goebbels di Berlin mendengar kejadian itu dan mengetahui bahwa Hitler masih hidup.
“Fellgiebel jadi kemudian jadi jenderal pertama yang ditahan langsung di markas Hitler pada petang 20 Juli. Sampai tiga pekan ia disiksa untuk dipaksa menyebut siapa-siapa saja komplotannya. Tetapi ia bertahan dan mengaku bertindak atas nama sendiri. Ia kemudian dibawa ke Pengadilan Rakyat dan divonis hukuman mati di tiang gantung pada 4 September 1944,” tandas Hoffmann.
Friedrich Olbricht
Operasi Valkyrie mulanya merupakan operasi penertiban masyarakat sipil dengan pengerahan Ersatzheer (Tentara Cadangan Teritorial AD Jerman) jika masyarakat terlibat kerusuhan akibat pemboman udara Sekutu atau pemberontakan pekerja paksa di tanah Jerman. Tapi oleh komplotan Plot 20 Juli operasi ini diubah menjadi operasi penangkapan semua pejabat Partai Nazi.
Otak di balik revisi itu adalah Olbricht. Perwira yang gilang-gemilang di front Polandia pada akhir 1939 dan kemudian dipindah ke Berlin sebagai kepala Staf Pasukan Cadangan di OKH itu sudah lama menyimpan kedengkian pada Hitler. Aksi pembersihan “Malam Belati Panjang” (30 Juni-2 Juli 1934) oleh Hitler yang banyak memakan korban perwira militer Jerman membuatnya tak ragu turut dalam kelompok Plot 20 Juli.
Baca juga: Empat Upaya Pembunuhan Hitler yang Gagal
Pasca-mendengar kabar bom meledak di markas Hitler pada 20 Juli 1944 dari Stauffenberg, Olbricht langsung meneken surat perintah digulirkannya Operasi Valkyrie untuk dijalankan pasukan Ersatzheer.
“Namun ketika kudeta itu gagal, Olbricht ikut ditangkap di markasnya di Bendlerblock pada pukul sembilan malam. Generaloberst Friedrich Fromm (Panglima Ersatzheer, red.) memerintahkan dengan segera Olbricht bersama Stauffenberg dan konspirator lainnya dihadapkan ke regu tembak. Pada tengah malam 21 Juli, ia jadi perwira pertama yang ditembak mati di halaman Bendlerblock, meski Hitler memerintahkan mereka ditangkap hidup-hidup,” ungkap Don Gregory dalam After Valkyrie: Military and Civilian Consequences of the Attempt to Assassinate Hitler.
Erwin von Witzleben
Kegagalan demi kegagalan dialami Generalfeldmarschall Erwin von Witzleben meski sudah berkonspirasi menyingkirkan Hitler sejak 1938 dengan bergabung ke kelompok konspirasi Oster yang berisi Jenderal Ludwig Beck, Laksamana Wilhelm Canaris, Jenderal Stülpnagel, dan Jenderal Erich Hoepner. Pembangkangan Witzleben pada Hitler dipicu oleh pembunuhan perwira-perwira Jerman di “Malam Belati Panjang”.
Upaya konspiratif kelompok Oster gagal. Pun dengan rencana penggerudukan Gedung Kekanseliran yang digulirkan Jenderal Hammerstein-Equord tak lama setelah rencana Oster diurungkan.
Di luar rencana-rencana rahasia itu, Witzleben bersama Jenderal Gerd von Rundstedt, Jenderal Erich von Manstein, dan Jenderal Wilhelm Ritter von Leeb tetap vokal mengkritik Hitler. Imbasnya, dia dipaksa pensiun oleh Hitler meski pada November 1938 diangkat lagi karena Hitler butuh banyak perwira cakap untuk membuka tirai Perang Dunia II. Witzleben ditugasi memegang komando Tentara AD ke-1 untuk menginvasi Prancis pada 10 Mei 1940.
Baca juga: Blitzkrieg, Serbuan Kilat ala Nazi
Setahun berikutnya, ia bahkan dipercaya menjadi panglima tertinggi Jerman di Front Barat. Namun setahun kemudian ia dicopot gegara mengkritisi Hitler soal invasi ke Uni Soviet.
Dalam kelompok Plot 20 Juli, Witzleben ikut memberi dukungan. Namanya bahkan dimasukkan ke daftar Panglima Wehrmacht di pemerintahan baru seandainya Hitler berhasil dilenyapkan.
Namun, Plot 20 Juli gagal membunuh Hitler. Pada 21 Juli ia ditangkap di markasya di Zossen. Setelah dipecat dari dinas kemiliteran, ia ditahan di Penjara Plötzensee, Berlin, untuk kemudian diajukan ke Pengadilan Rakyat. Oleh hakim Nazi nan kondang Roland Freisler, Witzleben divonis hukum gantung pada 7 Agustus 1944.
“Anda mungkin bisa mengajukan kami ke algojo, namun dalam beberapa bulan ke depan empat kekuatan dunia yang jijik dan marah akan menghancurkan kalian selamanya dan membawa Anda masuk ke dalam sejarah sebagai penjahat mengerikan yang mestinya kami hentikan,” kata Witzleben memberi pernyataan usai divonis Freisler, dikutip Hannsjoachim Wolfgang Koch dan I. B. Tauris dalam In the Name of the Volk: Political Justice in Hitler’s Germany.
Erich Hoepner
Selain Jenderal Heinz Guderian dan Marsekal Erwin Rommel, Generaloberst Erich Hoepner merupakan sosok ternama dalam dunia lapis baja. Di tengah beratnya medan akibat musim dingin yang menusuk tulang, Hoepner berhasil membawa Grup Panzer ke-4-nya berada 30 kilometer dari Moskow pada 2 Desember 1941.
Namun capaian itu justru menjadi titik balik kariernya setelah Hitler menuntut ofensif tak masuk akal di Pertempuran Moskow. Sialnya, barisan infantri dari Tentara AD ke-4 pimpinan Jenderal Günther von Kluge tak mampu menyusul untuk menyempurnakan pengepungan Moskow. Hoepner pun minta Kluge menyampaikan pesan kepada Hitler bahwa sisa-sisa pasukannya terpaksa mundur. Hitler pun naik pitam dan memecat Hoepner tanpa tunjangan pensiun.
Tak terima, Hoepner mengajukan gugatan hukum dan ia menang hingga Wehrmacht diwajibkan tetap membayarkan uang pensiunannya. Itu satu dari sekian faktor kebencian Hoepner pada Hitler. Hoepner lalu tak ragu mendukung kelompok Plot 20 Juli.
“Jenderal Erich Hoepner salah satu partisipan Plot 20 Juli. Ia hadir di Bendlerblock bersama Jenderal Olbricht, Kolonel Stauffenberg, Kolonel Albrecht Mertz von Quirnheim, untuk membantu mensupervisi jalannya operasi dan kudeta. Tetapi ketika kudeta gagal, dia mencoba melakukan pembicaraan tertutup dengan Jenderal Fromm. Oleh Fromm, ia pun urung diajukan ke hadapan regu tembak seperti Stauffenberg dll.,” tulis Dahn Batchelor dalam The Courier.
Fromm sendiri kemudian dieksekusi gegara melanggar perintah Hitler untuk membawa semua antek-antek Plot 20 Juli hidup-hidup. Fromm malah memerintahkan para pelaku ditembak mati demi menutup jejak bahwa Fromm juga bersalah karena tahu akan konspirasi itu tapi diam.
Nasib Hoepner dan keluarganya kemudian sangat memilukan. Di Penjara Plötzensee, Hoepner disiksa sebelum dihadapkan ke Pengadilan Rakyat sebagaimana Marsekal Witzleben. Ia dihukum mati dengan cara digantung punggungnya dengan kait daging pada 8 Agustus 1944. Istri, kakak perempuan, dan putrinya diseret ke Kamp Konsentrasi Ravensbrück. Sementara, adik lelaki dan puteranya yang berdinas di AD dibuang ke Kamp Konsentrasi Buchenwald, sebagai konsekuensi hukuman kolektif Sippenhaft.
Wilhelm Canaris
Kecakapannya sebagai perwira intelijen sejak Perang Dunia I membuat Laksamana Wilhem Canaris dipercaya Hitler sebagai Kepala Abwehr (Dinas Intelijen Militer Jerman) sejak 1935, menggantikan Laksamana Madya Conrad Patzig. Posisi inilah yang dimanfaatkan kelompok konspirator Jenderal Ludwig Beck dkk. untuk mengajaknya bergabung.
Canaris ternyata punya pemikiran sama dengan Beck dan Jenderal Hans Oster terkait rencana Hitler mencaplok Cekoslovakia. Agresi Hitler ke Cekoslovakia menurut mereka bisa memicu perang dahsyat yang justru akan menghancurkan Jerman. Pemikiran mereka lantas jadi kenyataan.
Baca juga: Rudeltaktik, Kawanan Serigala Berburu Mangsa
Bara peperangan yang dilancarkan Hitler nyatanya betabur tindak kejahatan kemanusiaan. Berulang kali Canaris protes pada Panglima Tertinggi Tentara Jerman Marsekal Wilhelm Keitel terkait kebrutalan prajurit SS Einsatzgruppen, namun tak digubris.
“Abwehr tak ada hubungannya sama sekali dengan persekusi terhadap Yahudi. Bukan urusan kami dan kami menjauhkan diri dari hal itu sama sekali,” tutur Canaris di sebuah konferensi militer di Berlin, Desember 1941, dikutip Richard Breitman dkk dalam US Intelligence and the Nazis.
Jika Oster dkk. melancarkan gerakan komplotannya di dalam, Canaris bermain di luar lewat jalinan kontak dengan musuh, mulai dari kelompok mata-mata Polandia hingga Dinas Intelijen Inggris MI6. Canaris juga menyebar mata-mata di pantai timur Amerika Serikat dan membuka kontak dengan agen-agen Inggris di Paris, Spanyol, Gibraltar, dan Zürich. Semuanya dilakukannya guna mengetahui apakah Sekutu bersedia berdamai jika Hitler dilenyapkan.
“Di Paris Canaris disebutkan menjalin kontak dengan para agen Inggris. Salah satunya di Gereja 127 Rue de la Sante, di mana dia menemui agen intel Kolonel Claude Olivier. Canaris ingin tahu apa syarat untuk damai jika Jerman menyingkirkan Hitler. (Perdana Menteri Inggris, Winston) Churchill membalas dalam komunikasi itu dengan sederhana: menyerah tanpa syarat,” ungkap Richard Bassett dalam Hitler’s Spy Chief: The Wilhelm Canaris Betrayal.
Tetapi akhirnya lewat laporan-laporan Sicherheitdienst, dinas intelijen SS pesaing Abwehr, Canaris ketahuan membangkang. Abwehr pun dibubarkan Hitler pada Februari 1944. Canaris dijadikan tahanan rumah pada Juni 1944, hingga tak bisa terlibat langsung dalam Plot 20 Juli.
Ketika buku catatan rahasia Canaris ditemukan dan disita, terbukalah bahwa bukan hanya gerombolan Plot 20 Juli yang hendak melenyapkan Hitler, namun juga kelompok Oster sebelum Perang Dunia II.
Canaris bersama Oster dicap pengkhianat dan dijebloskan ke Kamp Konsentrasi Flossenbörg sebelum diajukan ke Hauptamt SS-Gericht (pengadilan khusus SS) dan divonis bersalah. Sebagaimana Oster, Canaris ditelanjangi sebelum diseret ke tiang gantung di halaman kamp konsentrasi pada 9 April 1945.
Baca juga: Rekayasa Hoax Mengelabui Hitler
Tambahkan komentar
Belum ada komentar