Masuk Daftar
My Getplus

Seperti Grace, Solihin Punya Gen Afghanistan

Solihin, pedagang gorengan di Tanah Abang, punya gen Afghanistan dan India-Buthia.

Oleh: Andri Setiawan | 16 Okt 2019
Solihin, pedagang gorengan di Tanah Abang. (Fernando Randy/Historia).

Solihin, seorang pedagang gorengan di Tanah Abang, Jakarta Pusat, tak menyangka punya gen yang sama dengan Grace Natalie, Ketua Umum DPP Partai Solidaritas Indonesia. Solihin memiliki 0,05% DNA Afghanistani, sedangkan Grace mempunyai 0,01% DNA Afghanistani.

Solihin adalah salah satu responden Proyek DNA Historia. Laki-laki berusia 52 tahun ini merantau ke Jakarta sejak tahun 1989. Kampungnya berada di Randu Dongkal, Pemalang, Jawa Tengah.

Setahu Solihin, jejak leluhurnya yang bisa ia ketahui berasal dari kampung yang sama. “Kalau kakek dan nenek dari Pemalang, Randu Dongkal. Waktu saya kecil nenek buyut sudah meninggal, jadi (kalau buyut) kurang tahu,” sebutnya.

Advertising
Advertising

Meski demikian, sebelum tes DNA, Solihin sendiri sempat menebak bahwa ia memiliki darah orang Timur Tengah.

“Kalau suku di Indonesia, tergantung wilayahnya. Kalau dari Pulau Jawa kelihatannya ada yang dari Timur Tengah, ada yang dari Afrika. Kelihatannya (saya) dari Timur Tengah. Dari item sama hidung mancung gitu aja,” kata Solihin sambil tertawa.

Baca juga: Grace Natalie Ternyata Punya Gen Afghanistan

Setelah dites DNA, hasilnya memperlihatkan bahwa Solihin memiliki gen nenek moyang dari Afghanistani. Afghanistani merupakan sebutan untuk etnis yang sebagian besar berada dalam wilayah negara Afghanistan sekarang, sebuah negeri dengan sejarah panjang pendudukan aneka bangsa.

Dari pasukan Iskandar Zulkarnain dari Makedonia (sekarang wilayah utara Yunani) pada 330 SM, gerombolan Jenghis Khan asal Mongol pada abad ke-13, tentara Inggris pada abad ke-19, serdadu Uni Soviet pada 1979, hingga prajurit Koalisi pimpinan Amerika Serikat pada 2001.

Orang-orang dari luar Afghanistan biasanya tak lama menduduki wilayah itu. Namun, pernikahan silang tetap terjadi terutama pada masa penyebaran agama Islam. Generasi-generasi baru pasca itu kemudian memiliki darah campuran. Keturunan-keturunan mereka di kemudian hari juga sampai ke Nusantara untuk menyebarkan Islam. Di kepulauan tropis ini, terjadi lagi kawin silang.

Baca juga: Pernah Diolok Onta, Gen Arab Najwa Hanya 3,4 Persen

Selain sedikit DNA Afghanistani, Solihin memiliki DNA Asia Tmur yang dominan, yakni 86,78% serta DNA Dispersed Asia atau DNA orang dari wilayah Asia Timur dan Asia Selatan yang bermigrasi ke Amerika Utara sebesar 12,68 %. Ia juga ternyata memiliki DNA Asia Selatan yakni India-Bhutia sebesar 0,48%.

Menurut Barbara A. West dalam Encyclopedia of the Peoples of Asia and Oceania, Bhutia merupakan kelompok etnis dominan di negara Bhutan. Sebagian orang Bhutia juga tinggal di Nepal dan wilayah Sikkim dan Benggala Barat, India.

Bhutia sendiri awalnya berasal dari Tibet. Dari Tibet, mereka bergerak menjauh dari wilayah itu sekitar awal abad kesembilan. Namun, mitologi Bhutan menyatakan bahwa bhikkhu pertama yang melarikan diri dari tanah kelahirannya di Tibet, mendirikan biara pertama pada tahun 747 di wilayah yang kemudian menjadi Bhutan.

Sejak abad ke-17 sebagian besar orang Buthia telah membuat rumah di wilayah pegunungan Bhutan, Nepal, Sikkim, dan Benggala Barat.

Kemungkinan masuknya DNA orang Bhutia dalam tubuh Solihin berasal dari masa perdagangan, yang masuk dalam gelombang migrasi keempat. Di mana orang-orang dari India yang datang ke Nusantara, sudah lebih dulu memiliki gen yang beragam dari tempat asalnya, termasuk dari orang Buthia.

Baca juga: Hasto dan Budiman Punya Gen Samaritan

Herawati Supolo Sudoyo, Deputi Penelitian Fundamental Eijkman Institute menyebut era penyebaran agama dan era perdagangan terjadi sekitar tahun 700-1300. Orang-orang dari Eropa, India, hingga Timur Tengah masuk melalui pelabuhan-pelabuhan di Nusantara.

“Jadi kalau diperiksa itu, teman-teman yang lahir dan besar di Jepara, Rembang, Semarang, Tuban dan sebagainya, campur seperti gado-gado,” ujar Herawati.

Proyek DNA yang dikerjakan Historia memang menunjukan keberagaman gen. Hal ini dapat menjadi pengetahuan yang yang memberikan perspektif baru tentang leluhur orang Indonesia, mengingat sentimen suku, ras, dan agama belakangan masih muncul.

Baca juga: Tes DNA Buktikan Keragaman Manusia Indonesia

Selain melakukan tes DNA kepada public figure seperti Najwa Shihab, Hasto Kristiyanto, Grace Natalie, Budiman Sudjatmiko, Mira Lesmana, Ayu Utami, Riri Riza, dan Ariel Noah, Historia juga memilih peserta dari masyarakat umum yang mendaftar online di microsite. Yang beruntung terpilih berasal dari berbagai kalangan antara lain Sultan Syahrir, Esthi Swastika, Irfan Nugraha, Farida Yuniar, Aryatama Nurhasyim, Solikhin, dan Zaenin Natib.

Dalam proyek ini, Historia juga mengadakan Pameran Asal Usul Orang Indonesia (ASOI) bekerja sama dengan Direktorat Sejarah Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Museum Nasional, 15 Oktober 2019 hingga 10 November 2019. Pameran ASOI ini, juga menampilkan peta penyebaran manusia di dunia dan Indonesia, serta sejarah manusia dari sudut pandang arkeologis dan antropologis.

TAG

dna genetika

ARTIKEL TERKAIT

Svante Pääbo dan Jalan Panjang Menjawab Asal-Usul Manusia Saksi Mata-mata Dieksekusi Melengserkan Dekan yang Suka Perempuan Akar Kebudayaan Nusantara dan Pasifik Siapa Sebenarnya Bangsa Indonesia? Perubahan Peran Perempuan di Nusantara Historia Raih LINE Indonesia Awards Tak Ada Ras, Semua Manusia dari Afrika DNA dan Keragaman Manusia Mencintai Indonesia dalam Suka dan Duka