JIKA di Indonesia punya siklus banjir besar musiman, Australia punya musim kebakaran hutan. Lazimnya terjadi di masa peralihan tahun. Yang terjadi tahun ini merupakan yang terbesar semenjak peristiwa pertama yang tercatat 169 tahun lampau.
Hingga kini pemerintah Australia masih berupaya memadamkan kebakaran hutan yang sejak Agustus 2019 itu. Meluas ke enam negara bagian, kebakaran itu sudah melalap total 5.919.500 hektar lahan hutan dan pemukiman, termasuk di dalamnya 1.516 rumah dan merenggut 19 nyawa. Kebakaran itu juga mengakibatkan sejumlah wilayah di South Island, Selandia Baru terkena hujan abu sejak 1 Januari 2020.
Kebakaran hutan di Australia biasanya dipicu musim kemarau yang disusul gelombang panas. Dari masa ke masa seiring perubahan iklim, kebakaran hutan di Australia kian sering terjadi. “Bahkan bencana seperti ini takkan menggugah tindakan politis apapun. Kenapa? Karena kita masih gagal memahami keterkaitan antara krisis iklim dan peningkatan cuaca ekstrem dan bencana alam seperti #AustraliaFires. Itu yang harus diubah saat ini,” cetus aktivis perubahan iklim Greta Thunberg di akun Twitter-nya, 22 Desember 2019.
Baca juga: Kebakaran Hutan Masa Majapahit
Selain karena kemarau panjang, kebakaran hutan di Australia kerap terjadi akibat gelombang panas ekstrem dan kecerobohan manusia. Kebakaran dahsyat pertama tercatat terjadi pada 1851. Selain karena kemarau, kebakaran itu dipicu ulah manusia lantaran di masa itu tengah “haus” berburu emas. Kebakaran hutan kian sering terjadi setelah dekade 1960-an. Berikut lima kebakaran dahsyat di Australia di masa lampau:
Kebakaran “Black Thursday” 1851
Sejak pertengahan tahun 1850 kawasan Victoria didera gelombang panas dan kekeringan dahsyat. Hal itu memicu kebakaran hutan besar pada Kamis, 6 Februari 1851. Si jago merah melalap lima juta hektar atau seperempat luas Koloni Victoria (pada 1901 Victoria baru resmi berstatus negara bagian federal Australia).
Sebelum 2018, kebakaran itu jadi kebakaran pertama dan terbesar yang tercatat para ilmuwan Barat. Selain gelombang panas yang mencapai 47,2 derajat celcius dan kekeringan, menurut Margaret Kiddle dalam Men of Yesterday: A Social History of the Western District of Victoria, 1834-1890, kebakarannya disebabkan oleh bara bekas api unggun yang ditinggalkan para pemburu emas di Plenty Ranges. Bara api itu tertiup angin kencang ke semak-semak kering.
Kebakaran hutan itu merembet ke sejumlah wilayah pertanian dan peternakan di Plenty Ranges, Portland, Western Port, Wimmera, Dandenong, Gippsland, hingga Mount Macedon. Kebakaran itu menewaskan 12 orang dan sekira sejuta domba serta ribuan hewan ternak lain. “Beruntung pada Jumat siang turun hujan ringan yang mendinginkan atmosfer, sekaligus memadamkan kebakarannya perlahan,” sebut suratkabar The Launceston Examiner, 8 Februari 1851.
Kebakaran “Black Friday” 1939
Kendati bukan yang terbesar, kebakaran pada Jumat, 13 Januari 1939 ini tergolong yang paling banyak memakan korban. Menukil Lewis Wendy dkk. dalam Events That Shaped Australia, kebakaran hutan ini menghanguskan total dua juta hektar atau sepertiga wilayah Victoria.
Total 71 orang tewas akibat kebakaran ini. Lebih dari 1.000 rumah hangus kala kebakaran hutan ini merembet ke kota-kota di sekitarnya, di antaranya Hill End, Narbethong, Nayook West, Noojee, Woods Point, Omeo, Pomonal, Warrandyte, Yarra Glenn, dan Adelaide Hills.
Baca juga: Daftar Panjang Kebakaran Situs Sejarah
Penyebab kebakaran ini bukan faktor alam. “Jutaan hektar hutan dilalap api dan mengakibatkan banyaknya properti dan nyawa melayang, kebakaran ini disebabkan oleh tangan manusia,” sebut hakim Leonard E. B. Stretton dari Royal Commission. Kebakaran baru padam saat hujan deras turun pada 15 Januari 1939.
Kebakaran New South Wales 1951
Sepanjang November 1951-Januari 1952, kebakaran hebat melanda Piliga, Wagga, Dubbo, Forbes, dan Mangoplah di negara bagian New South Wales hingga ibukota Canberra. Data “ACT and South-West NSW Bushfire, 1951” di situs Australian Disaster Resilience mengungkap, total sekira empat juta hektar hangus tertelan si jago merah. Termasuk 10 ribu hektar di Canberra, Australian Capital Territory (ACT). Tidak hanya ratusan rumah dan peternakan, 13 orang (11 di NSW; 2 di Canberra) tewas oleh kebakaran itu.
Untuk menanggulanginya, terutama yang menjalar ke wilayah-wilayah permukiman, pemerintah federal mengerahkan aparat pemadam kebakaran dan personil militer.
“Hujan lebat di sepanjang pesisir selatan dan sebagian Riverina turut mempercepat pemadaman kebakaran. Kerugian di New South Wales mencapai tiga juta poundsterling (keseluruhan 6 juta pounds),” tulis suratkabar The West Australian, 28 Januari 1952.
Kebakaran New South Wales 1974
Kebakaran besar kembali terjadi di sejumlah wilayah New South Wales dalam kurun Desember 1974-Januari 1975. Api merambat hingga memusnahkan 4,5 juta hektar lahan, menewaskan tiga orang serta melukai 100 lainnya dan menghancurkan 40 rumah.
Mengutip “The Australian Bushfire Cooperative Research Centre Program” karya Laksamana Madya (purn.) Ian Donald George MacDougall, ketua BCRC atau Pusat Riset dan Kerjasama Kebakaran Hutan, kebakaran itu jadi yang terparah di negeri kanguru dalam rentang tiga dekade terakhir.
“Sebelumnya lebih dulu terjadi kebakaran di Far West seluas 3,755.000 hektar, 50 ribu hewan ternak musnah. Di Cobar Shire lahan yang terbakar seluas 1,5 juta hektar, di mana puncaknya terjadi di pertengahan Desember (1974). Di Moolah-Corinya seluas 1.117.000 hektar dan sebagian besar apinya dipadamkan tim pemadam selain dibantu hujan,” ungkap MacDougall.
Kebakaran New South Wales 1984
Dalam artikelnya yang sama, MacDougall juga mencatat kebakaran dahsyat lain, yakni kebakaran di New South Wales satu dasawarsa berselang, akhir Desember 1984-Februari 1985. Selain menghanguskan sekira 3,5 juta hektar lahan, kebakaran itu juga memusnahkan 40 ribu hewan ternak dan menewaskan empat orang.
“Pada Hari Natal (25 Desember) tercipta 100 titik api yang dipicu sambaran petir. Hasilnya 500 ribu hektar terbakar. Yang terbesar di Cobar, terjadi pada pertengahan Januari dengan menghanguskan 516 ribu hektar dari total 3,5 juta hektar keseluruhan yang memunculkan angka kerugian 40 juta dolar Australia,” sebut MacDougall.
Baca juga: Hutan Selamatkan Majuli dari Kepunahan