Masuk Daftar
My Getplus

Upaya CIA Membunuh Pemimpin China di Bandung

Perdana Menteri China selamat dari pembunuhan dengan meledakkan pesawat. CIA kemudian berupaya meracunnya di Bandung.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 17 Jan 2020
Zhou Enlai, Perdana Menteri Republik Rakyat China, tahun 1954. (Wikimedia).

Pemerintah Indonesia dan peserta Konferensi Asia-Afrika (KAA) terkejut mendengar kabar pesawat Kashmir Princess yang ditumpangi delegasi China kecelakaan. Pesawat carteran milik Air India itu meledak dan mendarat di laut Kepulauan Natuna. Korbannya 16 orang tewas dan tiga selamat.

Konferensi yang sudah dipersiapkan dengan matang itu tetap harus berjalan. Akhirnya, mereka dapat bernapas lega karena Perdana Menteri Republik Rakyat China Zhou Enlai tidak berada dalam pesawat nahas itu. Zhou mengetahui rencana pembunuhan itu. Dia mengubah rencana dan rute perjalanannya. Sehingga dia selamat dan dapat menghadiri KAA di Bandung.

Komisi penyelidikan yang dibentuk pemerintah Indonesia menyimpulkan penyebab kecelakaan adalah bom waktu jenis detonator MK-7 buatan Amerika Serikat yang dipasang di roda depan bagian kanan pesawat.

Advertising
Advertising

Pemerintah China menuding CIA (Dinas Intelijen Pusat Amerika Serikat) dan Ching Kai-shek berada di balik sabotase itu. Chiang Kai-shek adalah pemimpin Koumintang (Partai Nasionalis China) yang melarikan diri ke Taiwan karena kalah dalam perang saudara melawan kubu komunis pimpinan Mao Zedong. Mao memproklamasikan Republik Rakyat China pada 1949.

Budi Setiyono dalam tulisannya “Bom di Tengah Konferensi Asia-Afrika,” menyebut sejarawan Steve Tsang yang menelusuri arsip-arsip Inggris, Taiwan, Amerika Serikat, dan Hong Kong, mengungkapkan bahwa pelaku pemboman adalah agen Kuomintang yang beroperasi di Hongkong. Dokumen China yang dibuka untuk publik pada 2005 juga menunjukkan dinas rahasia Koumintang bertanggung jawab atas pengeboman. Pada Maret 1955, mereka merekrut Chow Tse-ming alias Chow Chu, pegawai kebersihan di Hongkong Aircraft Engineering Co. Kuomintang menawarkan uang sebesar HK$600.000 dan tempat perlindungan di Taiwan. Ketika akan ditangkap polisi Hongkong, Chow Chu melarikan diri dengan pesawat Civil Air Transport milik CIA dalam penerbangan ke Taiwan.

Baca juga: Maskapai CAT dalam Pemberontakan PRRI/Permesta

Setelah agen Kuomintang gagal, CIA mengambil cara lain. "Pilihan terbaik berikutnya, petugas CIA memutuskan, untuk meracuni Zhou saat dia berada di Bandung. Gotllieb telah menyediakan racun seperti yang digunakan oleh agen CIA, James Belonthal, untuk bunuh diri dua tahun sebelumnya. Dia bisa membuat sesuatu (racun, red.) yang cocok untuk Zhou," tulis Stephen Kinzer dalam Poisoner in Chief: Sidney Gottlieb and the CIA Search for Mind Control.

Sidney Gottlieb, ahli kimia dan kepala proyek rahasia CIA, MK-Ultra. (Dok. CIA).

Sidney Gottlieb lahir pada 3 Agustus 1918 dari keluarga imigran Yahudi Hungaria. Dia sempat kuliah di City College New York, dan Arkansas Tech University, sebelum meraih gelar sarjana bidang kimia dengan magna cum laude dari University of Wisconsin, Madison, pada 1940. Dia memiliki kekurangan: gagap dan kakinya bengkok (clubfoot). Ini yang membuatnya kecewa karena tidak bisa ambil bagian dalam Perang Dunia II.

"Sebagai gantinya, patriotismenya menemukan jalan keluar di CIA, di mana perang tidak pernah berakhir. Hanya musuh yang berubah," tulis Rupert Cornwell dalam obituari Sidney Gottlieb di independent.co.uk, 16 Maret 1999.

Gottlieb bergabung dengan CIA pada 1951. Sebagai ahli racun, dia mengepalai divisi kimia di Technical Services Staff (TSS). Dia disebut "Penyihir Hitam" dan "Penipu Kotor". Dia memimpin pembuatan racun yang mematikan dan eksperimen obat pengendali pikiran. Pada April 1953, dia mengepalai proyek rahasia MK-Ultra yang diaktifkan atas perintah Direktur CIA Allen Dulles.

Baca juga: CIA Incar Jenggot Castro

Menurut Rupert Cornwell selama dua dekade Gottlieb menjalankan program CIA yang bertujuan untuk mengendalikan pikiran manusia. Alat-alatnya adalah obat yang mengubah pikiran, terutama LSD. Subjek-subjeknya, hampir semuanya tanpa menyadarinya, adalah orang-orang buangan dari masyarakat: pelacur dan pemakainya, pasien-pasien mental, penjahat yang dihukum –orang-orang itu, dalam kata-kata salah satu rekan Gottlieb, adalah "mereka yang tidak bisa melawan".

Gottlieb juga menciptakan berbagai alat beracun untuk membunuh para tokoh asing, seperti pemimpin Kuba Fidel Castro, Perdana Menteri Kongo Patrice Lumumba, Perdana Menteri Irak Jenderal Abdul Karim Qasim, dan Perdana Menteri China Zhou Enlai.

"Sia-sia, tidak ada perangkat yang berfungsi," tulis Rupert Cornwell.

Fidel Castro panjang umur. Partrice Lumumba dibunuh dengan cara lain yang juga melibatkan CIA. Sedangkan Jenderal Abdul Karim Qasim dikudeta dan dibunuh. Meskipun mengakui aktif mencari pengganti Qasim di dalam militer Irak, CIA membantah terlibat dalam kudeta dan pada saat itu upaya CIA terhadap Qasim masih dalam tahap perencanaan.

Baca juga: Hilangnya Patrice Lumumba Sang Mutiara Hitam

Bagaimana dengan Zhou Enlai?

"Pada 1955, Gottlieb merancang rencana membunuh Perdana Menteri Zhou Enlai dari China," tulis Stephen Kinzer. "Gottlieb menyiapkan racun yang akan dimasukan ke mangkuk nasi yang akan dimakan Zhou."

Lucian K. Truscott, Jr., wakil direktur CIA bidang koordinasi. (Wikimedia).

Menurut Wilson A. Heefner, Jenderal Lucian Truscott, Jr., wakil direktur CIA bidang koordinasi, menerima informasi bahwa petugas CIA di stasiun Asia telah merencanakan untuk membunuh seorang pemimpin Asia Timur, yang kemudian diidentifikasi sebagai Zhou, dengan meminta seorang agen lokal menempatkan "racun tidak terdeteksi" kedalam mangkuk nasi Zhou di perjamuan terakhir KAA. Racun itu akan menyebabkan Zhou mati sekitar 48 jam kemudian setelah dia kembali ke Beijing.

"Khawatir pembunuhan Zhou hanya akan merusak kepentingan Amerika di Asia, Truscott segera memberi tahu Dulles tentang rencana itu. Dulles, yang tahu, atau mungkin percaya, bahwa Truscott mungkin memberikan informasi ini kepada [Presiden] Eisenhower, buru-buru bertindak untuk menghentikan operasi," tulis Wilson A. Heefner dalam Dogface Soldier: The Life of General Lucian K. Truscott, Jr.

Zhou Enlai menjadi pusat perhatian dalam KAA. Dia mengusulkan suatu Deklarasi Perdamaian. KAA yang berlangsung 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung, berjalan lancar dan menghasilkan dokumen penting yang disebut Dasasila Bandung.

Sementara itu, Gottlieb pensiun pada 1972. Menurut Rupert Cornwell, dia menyimpulkan bahwa semua pekerjaannya di CIA sia-sia. Namun, itu tidak menghalangi CIA memberinya penghargaan tertinggi, Distinguished Intelligence Medal, sebelum menghancurkan sebagian besar file MK-Ultra.

Setelah itu, kehidupan Gottlieb seperti mencari penebusan dosa. Bersama istrinya, Margaret Moore, dia menghabiskan 18 bulan di India menjalankan rumah sakit kusta. Dia kemudian kembali ke pedesaan Virginia, di mana dia melakukan dua hobi lamanya: menari tradisional dan menggembala kambing. Di tahun-tahun terakhirnya dia mengabdikan diri untuk bekerja di rumah sakit untuk merawat orang-orang sekarat.

Sidney Gottlieb, ahli kimia CIA, meninggal dunia di Washington, Virginia, pada 7 Maret 1999.

TAG

intelijen cia kaa

ARTIKEL TERKAIT

Sebelum Jenderal Symonds Tewas di Surabaya Bos Sawit Tewas di Siantar Melihat Tentara Hindia dari Keluarga Jan Halkema-Paikem Plus-Minus Belajar Sejarah dengan AI KNIL Jerman Ikut Kempeitai Dewi Dja Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia di Amerika Kakek Marissa Haque dan Kemerdekaan Indonesia Pejuang Tua dari Aceh dalam Perang Kemerdekaan Foto di Warung Padang Ini Dianggap Orang Sakti Gerilyawan RI Disergap Sewaktu Mandi