NUSANTARA yang oleh Belanda dinamakan Hindia Belanda tak hanya menampung orang Belanda dan pribumi. Kekayaan alam yang dikandungnya menggiurkan orang dari manapun. Orang sekitar Belanda, termasuk Jerman, pun banyak yang mencari penghidupan lebih baik dengan merantau ke Hindia Belanda. Menjadi tentara kolonial Koninklijk Nederlandsch Indish Leger (KNIL) adalah salah satu jalannya.
Theodorus Johannes Geurts menempuh jalan tersebut. Menurut Studboek atas nama dirinya, pria keturunan Jerman kelahiran Duisburg, 1 Februari 1914 itu terdaftar sebagai calon serdadu KNIL pada 15 November 1934 dengan kontrak lima tahun. Sebelum diberangkatkan, anak dari Theodorus Johannes Geurts dan Johanna van Kassel itu mendapatkan premi 100 gulden pada 18 Januari 1935. Pada 6 Februari 1935, dia diberangkatkan ke Hindia Belanda dengan kapal SS Indrapoera dari Rotterdam.
Setelah lima tahun berlalu, kontrak Geurts diperpanjang lagi. Pangkatnya stabil pada tingkat soldaat atau prajurit saja. Geurts pernah bertugas di batalyon ke-15. Pada tahun itu, dia sudah kawin dengan J. de Ruyter. Istrinya tinggal di Bandung ketika pecah perang Pasifik.
Perang Pasifik jelas mempengaruhi Geurts. Hubungan Jerman dengan Kerajaan Belanda putus akibat tentara Jerman NAZI menduduki Belanda Pada 10 Mei 1940. Koran Het Dagblad tanggal 13 September 1946 menyebut, sekitar 10 November 1940 Geurts ditahan karena punya kegandrungan pada Sosialis-Nasionalis ala NAZI.
Geurts jelas bukan satu-satunya orang Jerman yang ditahan kala itu. Setelah 1940, banyak orang Jerman yang ditahan di Hindia Belanda, bahkan yang tak termasuk orang politik macam seniman Walter Spies.
Geurts baru bebas setelah kedatangan tentara Jepang di Jawa. Jerman adalah sekutu Jepang dalam Perang Dunia II. Geurts kabarnya dibebaskan pada 5 Maret 1942, ketika kota Batavia (kini Jakarta) diduduki tentara Jepang. Tiga hari kemudian, Hindia Belanda menyerah kalah kepada militer Jepang di Kalijati, Subang.
Geurts lalu dipekerjakan oleh polisi militer Jepang (Kempeitai) di Jawa. Selama bekerja dengan Kempeitai, selain membantu penggeladahan yang biasa dilakukan Kempeitai, Geurts pernah membantu Kempeitai dalam mencari enam orang Eropa yang buron dari Jepang. Dia yang menyeret Brigadir Starke, seorang KNIL Eropa, ke dalam tahanan militer Jepang dari persembunyiannya. Bisa jadi itu merupakan pembalasan dendamnya karena pernah ditahan Belanda sejak 1940.
Orang Belanda adalah sasaran penahanan Jepang. Tak hanya yang militer, golongan sipil pun juga. Bahkan, perempuan tak luput jadi sasaran penahanan. Maka banyak orang Belanda bersembunyi atau jika beruntung, melarikan diri ke Australia.
Tempat orang Belanda di zaman pendudukan Jepang adalah kamp interniran yang tersebar di banyak daerah di Nusantara. Sementara itu, golongan yang dianggap dekat dengan Belanda seperti Ambon dan Manado terus mendapat pengawasan. Orang yang punya darah campuran Eropa-Indonesia juga dalam pengawasan militer Jepang.
Orang Jerman yang pada 1940 ditahan, kemudian diamankan Jepang di Sarangan. Mereka membuat perkampungan sendiri di sana dan hidup damai hingga kemerdekaan Indonesia.
Geurts bekerja untuk militer Jepang hingga Jepang takluk pada 1945 di Indonesia. Setelah Jepang kalah, Belanda masuk lagi ke Jawa. Kini, Geurts kembali apes, dapat pembalasan dari orang Belanda. Dia dituduh sebagai mata-mata Jepang dan kemudian diseret ke mahkamah militer sementara, yang diadakan militer Belanda di Jakarta.