Masuk Daftar
My Getplus

Telenovela Sepakbola

Inilah hajatan sepakbola sejagat yang selalu ditunggu. Di luar lapangan hijau ada drama-drama yang tak kalah menarik.

Oleh: Jay Akbar | 11 Jun 2010
Judul: Dari Sihir Afrika sampai Gereja Maradona | Penulis: Andy Marhaendra | Penerbit: B-First | Terbit: 2010 | Tebal: 280 halaman | Foto: Gereja Maradona (Iglesia Maradoniana).

SEBUAH mobil van berwarna putih selalu ngendon di lapangan parkir markas pemain Argentina, Herzogenaurach, saat tim tango berlatih untuk menghadapi Piala Dunia 2006. Mobil itu menarik perhatian banyak orang karena pada kedua sisinya terdapat grafiti berbahasa Jerman yang dibuat asal-asalan. Bentuk hurufnya buruk. Bunyinya bikin merinding: Der Papst ist Deutscher. Gott ist Argentinier-Diego X. Artinya: “Paus orang Jerman. Tuhan orang Argentina-Diego X”.

Orang Argentina menggunakan huruf X sebagai simbol nomor punggung keramat Maradona saat masih bermain untuk timnas: 10. Hingga saat ini banyak orang Argentina percaya bahwa gol Maradona ke gawang Inggris adalah cara Tuhan menunjukkan kekuasaannya, membela Argentina atas Inggris yang sudah merebut kepulauan Malvinas.

“Kita telah merampok mereka (karena gol ‘tangan Tuhan’).”

Advertising
Advertising

Maradona menjawab: “Biarlah, mereka juga telah merampok kita (saat perang Malvinas).”

Maradona ibarat dewa. Di Rosario, sebuah kota pelabuhan di utara Buenos Aires, bahkan terdapat “gereja” bernama goalary. Gereja itu berhiaskan 34 manik-manik –perlambang jumlah gol Maradona selama di timnas, dibangun oleh para fans Maradona untuk merayakan kelahiran sang megabintang ke-43. Di gereja itu bukan Yesus Kristus yang mereka puja, melainkan Maradona. Sama seperti kelahiran Yesus setiap 25 Desember, jamaah gereja itu juga mengadakan natal sendiri setiap hari jadi Maradona. Ritualnya unik: memukul-mukulkan tangan ke kulit bundar, kemudian menciumnya. Ada-ada saja.

Gol Maradona dan apa yang terjadi di luar lapangan hanyalah satu dari begitu banyak kisah dramatis di dunia sepakbola. Dan ini menunjukkan sepakbola bukan sekadar permainan 2 x 45 menit di lapangan hijau. Buku ini menghadirkan drama-drama itu, mengajak kita keluyuran ke berbagai sudut lapangan hijau yang tampak remeh namun sebenarnya menarik untuk diketahui.

Buku ini dibagi dalam empat babak. Babak pertama Line-Up, berisi tulisan mengenai tokoh. Salah satu artikel yang cukup menarik adalah kisah asmara kaisar sepakbola Jerman Beckenbauer yang jarang diketahui publik. Ada juga hal-ikhwal julukan The Flying Dutchman kepada timnas Belanda. Julukan itu berasal dari sebuah legenda tentang kapten kapal bernama Falkenburg yang menggadaikan rohnya kepada “penguasa” laut. Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, di bawah asuhan pelatih Rinus Michels, timnas Belanda bermain layaknya angin: melayang, tanpa bentuk, semua pemain mengisi semua ruang.

Babak berikutnya Warming-Up, berisi tulisan mengenai sumber “spirit” sebuah kesebelasan. Kita bisa mendapatkan dilema Zico sebagai pelatih timnas Jepang saat harus menghadapi negaranya, Brazil, dalam putaran Piala Dunia 2006. Perasaannya teraduk-aduk. Maklum, sepajang kariernya sebagai pemain, Zico telah membela Brazil sebanyak 71 kali dengan menyumbangkan 48 gol. Hal yang sama juga dialami Eriksson, pelatih timnas Inggris dalam Piala Dunia 2006, saat Inggris bertemu dengan Swedia.

Babak ketiga Injury Time, berisi hal-hal unik. Mulai dari juju, ritual klenik khas Afrika Barat, hingga kisah para penggemar fanatik Kaka, pemain Milan, yang berusaha menyatakan cinta mereka. Juju adalah fenomena di luar lapangan hijau, terutama biasa dilakukan tim-tim Afrika. Para puleez, ahli juju, ibarat “pemain ketiga”. Puleez diyakini bisa mempengaruhi hasil pertandingan. Kehadiran ilmu hitam dalam pertandingan Piala Dunia bukan isapan jempol belaka. Pelatih Kamerun asal Jerman Winfried Schafer dan asistennya, Thomas N’kono, pernah digelandang polisi karena kepergok menaruh benda-benda di lapangan yang diyakini sebagai jimat pada Piala Afrika 2002 di Mali. Kamerun akhirnya keluar sebagai juara.

Urusan seks selama Piala Dunia selalu menjadi perdebatan. Pada Piala Dunia 2002, pelatih Ukraina, Oleg Blokhin, membolehkan anak asuhnya berhubungan seks tapi dengan satu catatan: setelah timnas Ukraina lolos ke semifinal. Tak ayal peraturan ini membuat para pemain Ukraina bergairah saat berada di lapangan hijau. Pelatih timnas Italia Marcelo Lippi melarang total. Begitu Daniele de Rossi diusir wasit karena menyikut pipi penyerang Amerika, Brian Mc Bride, seorang pendukung timnas Italia menuding larangan itu sebagai penyebabnya: “Larangan Lippi membuat para pemain brutal ketika menghadapi Amerika Serikat”.

Babak terakhir bertajuk Tackling. Isinya tentang segala drama yang terjadi di dalam maupun di luar lapangan, seperti permusuhan antarpemain dan kebrutalan para supporter.

Sepakbola memang tak bisa dipisahkan dari drama. Selebrasi, sensasi, konflik, intrik, dan tragedi silih berganti menghiasi. Namun justru itulah yang membuat permainan ini lebih berwarna dibanding cabang olahraga lain.

TAG

Piala-Dunia Sepakbola

ARTIKEL TERKAIT

Satu Episode Tim Garuda di Olimpiade Rossoblù Jawara dari Masa Lalu Lima Jersey Sepakbola Kontroversial Philippe Troussier si Dukun Putih Momentum Bayer Leverkusen Dua Kaki Andreas Brehme Petualangan Tim Kanguru Piala Asia Tanpa Israel Sisi Lain Der Kaiser Franz Beckenbauer Ingar-Bingar Boxing Day