ROBERTO Baggio dikenal sebagai salah satu pesepakbola terbaik Italia dan dunia. Namun, dalam perjalanan kariernya, dia takkan pernah melupakan momen pahit saat gagal mengeksekusi si kulit bundar pada babak adu penalti di final Piala Dunia 1994 kontra Brasil. Tembakannya dari titik putih melayang ke langit Pasadena, Amerika Serikat, sekaligus membuat Gli Azzurri (julukan timnas Italia) gigit jari. Skor akhir tos-tosan 3-2. Brasil menjadi juara Piala Dunia untuk keempat kalinya.
Padahal, menilik track record-nya, Baggio tergolong spesialis penendang penalti. “Rekor penaltinya 108 gol dari 122 tendangan (penalti). Rata-rata kesuksesannya 88 persen –masih menjadi rekor pesepakbola Italia,” tulis Ben Lyttleton dalam Twelve Yards: The Art and Psychology of the Perfect Penalty Kick.
Dalam otobiografinya, Baggio mengakui teramat jarang gagal mencetak gol dari titik 12 pas. Kalau pernah gagal, tak pernah sekalipun tendangannya melenceng dari gawang, melainkan diselamatkan kiper lawan.
Baggio juga sudah mengenal karakter Claudio Taffarel, goleiro (kiper) timnas Brasil. Taffarel kerap sukses mementahkan tendangan penalti jika arah bolanya mendatar. Makanya dia memutuskan ingin menargetkan bola agak ke tengah namun sedikit melambung setinggi setengah meter saja.
“Saya tahu Taffarel tak pernah bisa menghalau bola dengan kakinya. Sayangnya dan saya tidak tahu kenapa, bolanya melambung tiga meter dan melewati mistar gawang,” kenang Baggio dalam Una Porta nel Cielo, sebagaimana dikutip Lyttleton.
Kenangan getir yang membekaskan trauma bertahun-tahun. Sulit baginya melewati malam tanpa bermimpi tentang kegagalannya.
“Baggio menghabiskan kariernya dengan menceritakan bahwa keindahan sepakbola tak pernah eksis dalam penalti. Namun kegagalan di Pasadena itu menceritakan banyak hal dalam sepakbola,” tulis Lyttleton.
Kegagalan Baggio seolah memperkuat rumor klenik yang menaungi final di Stadion Rose Bowl, Pasadena tersebut. Pasalnya, seorang paranormal, Clara Romano, mengklaim sudah beberapa kali membantu Baggio dengan sihir putihnya.
Klaim ini pertama kali diungkap kantor berita Italia, Adnkronos dalam artikel “Non Fu Colpa di Baggio” (Bukan Kesalahan Baggio), 15 Juli 1995. Romano mengaku turut “menjampi-jampi” sihir putih ketika Baggio mencetak gol penyeimbang 1-1 di menit ke-88 kala menghadapi Nigeria di babak perdelapan final.
Penalti Baggio juga menyegel kemenangan 2-1 atas Nigeria di babak tambahan waktu (menit 102). Begitupun ketika menang 2-1 atas Spanyol dan semifinal kontra Bulgaria dengan skor serupa. Baggio masing-masing mencetak sebutir gol di dua babak itu.
Sayangnya, sihir putih Romano tak berdaya di partai final kontra Tim Samba. Romano menyatakan “kekuatannya” tak berkutik melawan ritual sihir hitam para pendukung Brasil. “Ketika saya melihat ritual pendukung Brasil, saya ketakutan. Saya merasa tak mampu melawan sihir hitam. Jika saya melawan, kekuatan jahat akan menimpa saya dan keluarga saya,” kata Romano.