Masuk Daftar
My Getplus

Gila Basket di Filipina

Ibarat sepakbola di Brasil dan Argentina, basket sudah jadi jalan hidup orang Filipina. Kedigdayaannya sukar ditandingi para tetangganya.

Oleh: Randy Wirayudha | 04 Des 2019
Tim Filipina sebagai tuan rumah SEA Games 2019 diyakini bakal tetap berjaya dan hampir pasti medali emasnya takkan menghampiri kontestan lain (Foto: Fernando Randy/HISTORIA)

TAK ada laser sebagaimana upacara pembukaan ajang olahraga pada umumnya, upacara pembukaan SEA Games 2019 pada Sabtu (30/11/2019) malam justru menarik karena diisi beraneka ragam atraksi seni dari bermacam budaya yang ada di Filipina.

Menariknya lagi, upacara pembukaan bukan digelar di stadion sepakbola sebagaimana umumnya, namun stadion indoor Philipine Arena. Venue berkapasitas 55 ribu tempat duduk itu arena indoor terbesar di dunia dan kebanggaan rakyat Filipina. Sejak dirampungkan 2014 silam, stadion itu digunakan untuk bola basket yang menjadi olahraga nomor satu di “Tanah Pinoy” itu.

Sejak masa kolonial, Filipina sudah dikenal sebagai negeri yang gila basket. Dari masa ke masa, perkembangannya begitu pesat. Levelnya sudah Asia dan dunia, jauh meninggalkan negara-negara tetangganya di ASEAN.

Advertising
Advertising

Baca juga: Stadion Legendaris Filipina Rizal Memorial

Sebagai bukti, Filipina sudah menjuarai basket Asian Games pada 1951. Jauh sebelum itu, Filipina sudah mengirim tim basketnya ke Olimpiade Berlin 1936 dan tercatat sebagai tim Asia dengan hasil terbaik. Pada 1975, Filipina dengan PBA-nya (Asosiasi Basket Profesional) menjadi negeri pertama di luar Amerika Serikat yang memiliki liga basket profesional.

Basket dalam Amerikanisasi Filipina

Kendati olahraga bola basket diciptakan orang Kanada, Profesor James Naismith, pada 1891, namun di Amerika-lah basket berkembang pesat. Maka Amerika pula yang mempopulerkan basket (berbarengan dengan bisbol) ke rakyat Filipina, semasa menduduki negeri itu.

Basket dan bisbol jadi dua dari sekian program olahraga modern untuk menggarap “Amerikanisasi” di negeri yang sebelumnya dijajah Spanyol itu. Pada 1910 Amerika membawa basket ke Filipina lewat YMCA (Young Men’s Christian Association) –dan Young Women’s Christian Association untuk pemudi Filipina empat tahun kemudian. Direktur Elwood Brown turun tangan langsung ke Manila bersama sejumlah instruktur olahraga selain basket: bola voli, dan bisbol. Mulanya, olahraga-olahraga itu dimainkan para tentara Amerika sebagai giat promosinya.

“Orang-orang Filipina peniru yang luar biasa. Saat mereka melihat para serdadu bermain, segera mereka memainkannya pula, sekaligus menggantikan permainan dan olahraga konyol mereka seperti sipà (permainan mirip sepaktakraw) dan sabung ayam,” cetus Brown, dikutip sejarawan olahraga North Central College Profesor Gerald R. Gems dalam Sport and the American Occupation of the Philippines: Bats, Balls, and Bayonets.

Direktur YMCA Elwood Brown dan tim basket Filipina (kanan) di Far Eastern Championship Games 1917 (Foto: Wikipedia)

Dengan restu Gubernur Jenderal William Forbes, Brown mengerahkan para staf dan instruktur YMCA menggarap program edukasi publik tentang olahraga-olahraga modern itu, serta memasukkannya dalam kurikulum pendidikan di Filipina.

Sesaat kemudian, olahraga-olahraga itu pun digemari orang Filipina. Basket paling populer.

“Perubahan kegemaran orang Filipina dari permainan tradisional ke olahraga modern, tak diragukan lagi karena fakta bahwa olahraga modern ini menstimulasi kesetaraan dalam kehidupan sosial. Di arena basket semua dianggap setara di mata regulasi olahraganya, baik si penjajah maupun yang terjajah,” ujar sejarawan politik Amerika-Asia Timur Sayuri Guthrie-Shimizu, dinukil Ryan Reft dalam “From Perpetual Foreigner to Paficic Rim Entrepreneur: The U.S. Military, Asian Americans, and the Circuitous Path of Sport” yang dimuat Asian American Sporting Cultures.

Baca juga: Kiprah Ary Sudarsono si Peluit Emas di Filipina

Alasan lebih teknis mengapa basket lebih digemari ketimbang olahraga impor lain diungkapkan pengamat olahraga dan kolumnis Joaquin M. Henson, dimuat The Philippine Star, 22 Maret 2016. “(Basket, red.) Mudah dimainkan. Alur permainannya juga cepat dan orang Filipina senang dengan olahraga yang dinamis, taktis, dan menghibur. Dari sisi arena, penonton bisa lebih dekat melihat, bahkan mengenal para pemainnya. Orang Filipina juga senang olahraga fisik tanpa harus mengenakan perlengkapan pelindung,” kata Henson.

“Kalau sepakbola penontonnya jauh (dari lapangan). Kalau basket kan dekat. Jadi komunikasi dan interaksi dengan penonton terasa sama kita. Jadi meningkat semangat kita untuk jadi pahlawan di lapangan. Kalau di sepakbola, paling kalau kebobolan saja terdengar cacian penonton,” kata Ary Sudarsono, point guard timnas basket Indonesia pada 1970-an cum wasit internasional pada 1980-an, kepada Historia.

Linimasa Prestasi Basket Filipina

Sebelum Kejuaraan Asia dan Asian Games ada, Filipina sudah bolak-balik jadi tim superior di ajang Far Eastern Champioship Games (FECG) sejak 1913. Dalam 10 gelaran ajang yang dianggap sebagai cikal-bakal Asian Games itu, 1913-1934, tim basket putra Filipina hanya sekali gagal memetik emas, yakni di tahun 1921.

Saat timnas Filipina pertama terbentuk untuk berlaga di FEGC 1913, belum ada induk organisasi bola basket nasionalnya. Perbasketan Filipina masih dikendalikan YMCA. Baru pada 1924 Filipina punya induk, National Collegiate Athletic Association (NCAA), meski hanya sementara.

Kolase tim basket Filipina saat melawan Meksiko di Olimpiade Berlin 1936 (Foto: olympic.org)

Induk organisasi basket baru dimiliki Filipina pada 1936 dengan berdirinya Basketball Association of the Philippines (BAP) –pada 2007 digantikan Samahang Basketbol ng Pilipinas. Di tahun yang sama, Filipina diterima menjadi anggota Federasi Basket Interasional (FIBA) kendati masih sebagai koloni Amerika. Di tahun itu pula Filipina menunjukkan tajinya sebagai tim terbaik di Asia, walau tetap harus mengakui “sang kakak”, Amerika di babak perempatfinal Olimpiade Berlin 1936.

Baca juga: Etalase Nazi di Olimpiade 1936

Di Kejuaraan Dunia FIBA, raihan terbaik Filipina dipetik pada 1954 dengan menjadi juara ketiga. Adapun di Kejuaraan FIBA Asia, sudah lima juara diraih Filipina (1960, 1963, 1967, 1973, dan 1985). Selain itu, empat kali Filipina membawa pulang emas Asian Games  (1951, 1954, 1958, dan 1962).

Di Kejuaraan SEABA, sejak 1994 hingga 2017 Filipina delapan kali memetik emas dan hanya sekali meraih perak. Pun di pentas SEA Games. Sejak 1977-2017, hanya dua kali Filipina gagal memetik emas (perak di 1979 dan 1989).

Namun catatan di atas hanya prestasi di basket putra. Timnas senior putri Filipina bisa dibilang bagai langit dan bumi. Di Kejuaraan SEABA sejak 1995, “Perlas Pilipinas” –julukan timnas putri Filipina– baru bisa juara dua kali di edisi 2010 dan 2016. Di SEA Games (1977-2017) pun sekadar langganan perak (enam) atau perunggu (lima).

TAG

basket filipina sea games seagames amerika-serikat olimpiade

ARTIKEL TERKAIT

73 Easting, Tarung Kolosal Tank di Perang Teluk Lika-liku Quick Count yang Krusial Serba-serbi Politik Gentong Babi Empat Pilpres Kontroversial Amerika Harta Berdarah Indian Osage dalam Killers of the Flower Moon George Benson Kawan Yani Black Hawk dalam Oktober Kelabu Jenderal Patton Tampar dan Cekik Anak Buah Oppenheimer, Proyek Manhattan dan Bhagavad Gita (Bagian II – Habis) Oppenheimer, Proyek Manhattan dan Bhagavad Gita (Bagian I)