Masuk Daftar
My Getplus

Kisah Atlet Wanita Jerman yang Ternyata Laki-laki

Dora Ratjen bertanding dalam nomor lompat tinggi di Olimpiade Berlin 1936. Dibesarkan sebagai perempuan, atlet Jerman ini ternyata laki-laki.

Oleh: Amanda Rachmadita | 11 Agt 2024
Dora Ratjen berhasil meraih kemenangan dengan lompatan 1,63 meter di Kejuaraan Atletik Jerman 1937. (Bundesarchiv/Wikipedia).

DORA RATJEN merupakan salah satu atlet wanita Jerman yang ambil bagian dalam Olimpiade Berlin 1936. Bertanding di nomor lompat tinggi putri cabang olahraga atletik, Ratjen yang berada di nomor empat klasemen gagal meraih medali untuk Jerman. Dia kalah dari Ibolya Csák, atlet Hongaria yang meraih medali emas; Dorothy Odam, atlet Inggris mendapatkan medali perak; serta Elfriede Kaun, rekan senegara Ratjen, meraih medali perunggu.

Kekalahan Ratjen mengecewakan, sebab dia dan Kaun dianggap berpotensi besar menyabet medali. “Kekecawaan atas penampilan buruk Ratjen menjadi lebih besar karena Csák, peraih medali emas, adalah seorang Yahudi,” tulis George Constable dalam XI, XII & XIII Olympiad.

Kegagalan Ratjen meraih medali bukan penyebab munculnya kontroversi di kemudian hari. Dua tahun setelah Olimpiade Berlin 1936, Ratjen mencoba memperbaiki kesalahan-kesalahannya ketika bertanding di Olimpiade. Hasilnya, dia berhasil melompat lebih tinggi hingga mencapai 1,67 meter. Selain meraih medali emas, Ratjen juga sukses mencetak rekor dunia baru untuk wanita di Kejuaraan Eropa di Wina tahun 1938. Namun, rekor ini hanya bertahan dua hari.

Advertising
Advertising

Baca juga: 

Kontroversi Identias Gender Atlet di Olimpiade

 

Ketika itu, Ratjen tengah dalam perjalanan pulang ke Bremen usai bertanding di Kejuaraan Eropa. Tak ada yang aneh selama perjalanan tersebut. Namun, Ratjen yang tengah meregangkan kakinya setelah duduk dalam waktu yang lama di kereta menarik perhatian seorang kondektur. Menurut Max Dohle dalam “They Say I’m Not A Girl”: Case Studies of Gender Verification in Elite Sports, kondektur tersebut curiga dengan penampilan Ratjen yang menurutnya aneh. Sang atlet mengenakan gaun berwarna abu-abu gelap dengan garis-garis abu-abu. Dia juga memakai stoking berwarna kulit dan sepatu hak tinggi. Hal yang mengundang kecurigaan dari kondektur adalah fitur tubuh Ratjen yang lebih terlihat seperti laki-laki.

“Kondektur segera melaporkan kepada polisi bahwa ada seorang waria di peron kereta. Laporan yang disampaikan kondektur ini cukup beralasan, mengingat pada saat itu Jerman melarang berbagai hal yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai mereka, salah satunya waria,” tulis Dohle.

Polisi segera datang untuk memeriksa Ratjen. Ketika seorang inspektur menanyakan identitas dan jenis kelaminnya, Ratjen menunjukkan kartu olahraganya. Namun, inspektur tetap curiga dan membawa Ratjen ke kantor polisi. Ratjen diinterogasi dan diminta untuk mengaku mengenai jenis kelaminnya yang sesungguhnya. “Apa yang terjadi jika saya menolak?” tanya Ratjen. “Maka kau akan ditahan bila tidak mengaku sebagai laki-laki,” jawab seorang polisi. Dia lalu dituduh melakukan penipuan dan polisi mengambil fotonya. “Saat itu tanggal 21 September 1938. Usia Ratjen kurang dari 20 tahun dan, menurut hukum, masih di bawah umur,” tulis Dohle.

Kendati Ratjen menyebut dalam laporan resmi bahwa dia dibesarkan sebagai perempuan, asumsi bahwa dia sesungguhnya pria dikuatkan oleh hasil pemeriksaan dokter polisi yang menyimpulkan bahwa ciri-ciri kelamin utama adalah pria dengan beberapa catatan. “Menurut dokter tersebut, Dora harus dianggap sebagai seorang pria, meskipun ada sebuah jaringan kulit yang membentang di bagian belakang penisnya, membuatnya seperti vagina. Menurut dokter, jaringan kulit ini yang menjadi alasan sulitnya memastikan jenis kelamin sang atlet saat lahir,” jelas Dohle.

Dora Ratjen ketika mengikuti Kejuaraan Atletik Jerman di tahun 1937. Setahun sebelumnya ia gagal menyumbangkan medali untuk Jerman di Olimpiade Berlin 1936. (Bundesarchiv/Wikipedia).

Pernyataan ini sejalan dengan apa yang terjadi ketika Ratjen dilahirkan pada 20 November 1918. Bidan yang membantu proses persalinan kesulitan memastikan jenis kelamin bayi tersebut. Mulanya bidan menyebut jenis kelaminnya laki-laki, tetapi sepuluh menit kemudian mengubah keputusannya. Dengan demikian, orang tua Ratjen mendaftarkan anaknya ke Dewan Gereja dan pemerintah sebagai perempuan.

Selama beberapa waktu, ayahnya ragu dengan ketepatan pilihan jenis kelamin anaknya. Pada tahun pertama kehidupan Ratjen, dia berkonsultasi dengan dokter setempat, tetapi dokter mengatakan bahwa tidak ada hal lain yang bisa dilakukan. Keterbatasan alat medis untuk pemeriksaan maupun pengobatan membuat orang tua Ratjen tak bisa berbuat banyak dan menerima keputusan singkat dari dokter. Akhirnya, Ratjen dibesarkan sebagai perempuan, memakai pakaian wanita, bersekolah di asrama wanita, dan masuk ke dalam klub olahraga wanita.

Dibesarkan sebagai perempuan bukan hal mudah bagi Ratjen yang mulai beranjak remaja. Sebab, dia sendiri meragukan jenis kelaminnya, mengingat dia bercukur setiap dua hari sekali. Keadaan menjadi semakin sulit saat pubertas. Dia tidak tumbuh payudara dan tidak menstruasi, tetapi rasa malu membuatnya tidak membicarakannya dengan orang lain. Karena hal ini pula dia tidak pernah menanggalkan pakaiannya di hadapan teman-teman tim olahraganya. Selain itu, Ratjen juga menghindari acara-acara seperti berenang, menari atau mandi bersama. Rekan-rekan setimnya berpikir Ratjen terlalu pemalu sehingga dia melakukan hal tersebut.

Baca juga: 

Sembilan Atlet di Antara Dua Gender (Bagian I)

 

Kecurigaan mulai muncul ketika Ratjen menjalani pelatihan intensif untuk mempersiapkan diri mengikuti Olimpiade Berlin 1936. Menurut Joanna Harper dalam Sporting Gender: The History, Science, and Stories of Transgnder and Intersex Athletes, orang yang curiga dengan seksualitas Ratjen adalah Gretel Bergmann, rekan setimnya dalam nomor lompat tinggi. Atlet berdarah Yahudi itu berbagi kamar dengan Ratjen saat menghadiri kamp pelatihan Jerman di Black Forest tahun 1935.

“Bergmann mencatat bahwa Ratjen selalu mandi secara pribadi daripada menggunakan fasilitas mandi umum. Tidak lama kemudian, Bergmann dikeluarkan dari tim Olimpiade Jerman 1936,’’ tulis Harper. Selain Bergmann, Elfriede Kaun juga menyebut Ratjen rutin mencukur wajahnya dan memiliki suara sangat berat.

Setelah ditangkap polisi tahun 1938, Ratjen dibawa ke sanatorium untuk menjalani pemeriksaan jenis kelamin lebih lanjut. Hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa Ratjen seorang pria. Kesimpulan ini menjadi jawaban yang jelas bagi Ratjen mengenai jenis kelaminnya dan membebaskannya dari berbagai tuduhan penipuan.

Setelah cukup umur, Ratjen meminta identitas baru sebagai laki-laki. Dia mengganti namanya menjadi Heinrich dan mengembalikan medali kepada para pemenang yang berhak. Keputusan ini berdampak pada aktivitasnya di dunia olahraga. Dia dilarang mengikuti kompetisi dalam kejuaraan olahraga wanita dan rekor yang pernah dibuatnya dihapus dari buku rekor.

Baca juga: 

Sembilan Atlet di Antara Dua Gender (Bagian II – Habis)

Kendati beberapa orang telah mencurigai seksualitas Ratjen, kabar penangkapan dan kenyataan bahwa dia seorang lelaki mengejutkan banyak pihak. Sejumlah teori konspirasi pun bermunculan, salah satunya berkaitan dengan Nazi Jerman. Kisah Ratjen menjadi lebih tidak biasa lagi tahun 1966, ketika majalah Time melaporkan bahwa Ratjen mengaku bahwa dia telah dipaksa oleh Nazi untuk bertanding sebagai perempuan. Namun, teori ini dipatahkan oleh majalah berita Jerman, Der Spiegel, yang memuat kisah nyata kehidupan Ratjen.

“Setelah memeriksa semua dokumen yang relevan –termasuk korepondensi dari Reichssportführer– tidak ditemukan keterlibatan Nazi dalam kisah Dora Ratjen. Nazi sama terkejutnya dengan orang lain. Pihak asosiasi atletik Jerman menulis di dalam majalah Der Leichtathlet bahwa ‘Ratjen tidak akan lagi diterima di kompetisi wanita setelah pemeriksaan medis’,” tulis Dohle.

Setelah berganti nama menjadi Heinrich, Ratjen memutuskan tidak kembali ke dunia olahraga. Dia mengambil alih usaha bar milik orang tuanya setelah perang. Meski kasusnya menjadi perbincangan publik, Ratjen menolak berbicara tentang masa ketika dia menjalani hidupnya sebagai perempuan. Dia tutup usia pada 2008.*

TAG

olimpiade nazi jerman

ARTIKEL TERKAIT

Kampung Atlet Olimpiade dari Masa ke Masa Kontroversi Identias Gender Atlet di Olimpiade Pencemaran Sungai Seine yang Mengkhawatirkan Kemenangan Tak Terduga Atlet Kanada di Olimpiade Los Angeles 1932 Satu Abad Olimpiade Paris Saat Sungai Seine Berwarna Merah Torehan Medali Olimpiade dari Sabetan Raket Enam Olimpiade yang Direcoki Boikot (Bagian II – Habis) Enam Olimpiade yang Direcoki Boikot (Bagian I) Epilog Tragis Sang Pengusung Bendera Palestina di Olimpiade