SEJAK bertolak ke Manila, Filipina pada Kamis, 21 November 2019, Timnas U-23 Indonesia langsung bersiap guna meladeni Thailand di Grup B cabang sepakbola SEA Games 2019, lima hari berselang. Sebagaimana dikutip situs PSSI, timnas asuhan Indra Sjafri itu langsung menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan di Stadion Rizal Memoriam yang bersama Biñan Football Stadium di Provinsi Laguna akan jadi satu dua venue cabang sepakbola.
“Kondisi lapangan cukup baik. Bahkan lebih bagus dibanding lapangan C Senayan dan Kamboja. Kami memang perlu adaptasi dan Alhamdulillah latihan pertama cukup memuaskan,” cetus Indra.
Yang dimaksud PSSI dalam lamannya tentu Rizal Memorial Stadium, karena ada typo dalam penulisan sehingga menjadi Rizal Memoriam. Stadion itu mungkin venue olahraga paling legendaris di “Negeri Pinoy. Ia berdiri gagah di tengah-tengah Rizal Memorial Sport Complex (RMSC) yang diarsiteki Juan Marcos Arellano y de Guzmán pada 1933 dan rampung setahun berikutnya.
Proyek Amerikanisasi di Filipina
Sejak 1901, Filipina dikuasai Amerika Serikat lewat pemerintah insularnya. Gabriel Victor Caballero, sejarawan cum pakar International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) Filipina, mengungkapkan, pemerintah insular Amerika mulai “memetakan” modernisasi kota Manila lewat rancangan arsitek Daniel Burnham sejak 1905. Modernisasi itu lebih bernuansa Amerika, yang ditandai salah satunya dengan menggalakkan olahraga berikut infrastrukturnya.
“Salah satunya untuk mengganti hiburan rakyat seperti sabung ayam, untuk kemudian mengalihkannya ke olahraga, untuk menjadi cerminan yang lebih baik akan kultur Amerika. Untuk meningkatkan standar hidup masyarakat Filipina menjadi lebih maju,” sebut Caballero dalam artikelnya di Modern ASEAN Architecture Project: 2015-2020, “The Role of Sports Facilities in Metro Manila’s Urban Living from the 1930s to 1970s”.
Baca juga: Stadion Metropolitano dan Warisan Masa Lalu
Pada 1908, salah satu infrastruktur yang sudah tersedia adalah Manila Carnival Grounds (MCG). Kompleks hiburan itu pada 1913 dialihfungsikan menjadi venue Far Eastern Championship Games (FECG). Pesta olahraga multicabang pendahulu Asian Games itu diprakarsai Filipina pada 31 Januari 1913. Selain tuan rumah, event itu diikuti Republik Cina dan Kekaisaran Jepang.
Pada 1924, Gubernur Jenderal Leonard Wood mencanangkan Manila Carnival Grounds untuk dijadikan kompleks olahraga. Keputusan itu muncul setelah lahan MCG disumbangkan ke pemerintah oleh keluarga Vito Cruz selaku pemilik.
“Kompleksnya didesain Juan Arellano yang populer mengarsiteki bangunan-bangunan bergaya neo-klasik dan art deco di masa itu. Pembangunannya dimulai pada 1927 dan tujuh tahun kemudian diresmikan dan dibuka seiring FECG ke-10 pada 1934,” sambung Caballero.
Di antara venue-venue bisbol, tenis, dan atletik, stadion sepakbolanya menjadi yang paling ikonik. Stadion itu diberi nama Rizal Memorial Stadium untuk menghormati “bapak” revolusi Filipina José Protasio Rizal Mercado y Alonso Realonda alias José Rizal.
“Stadion Rizal Memorial berkapasitas 30 ribu penonton. Seperti stadion-stadion olahraga lain di dunia, bangunannya terdiri dari beton tebal dengan banyak motif berbahan kaca bergaya art deco. Sebelum 1941, stadion beserta kompleksnya merupakan kompleks olahraga tertua di Asia,” ungkap novelis cum veteran Perang Dunia II Atilano Bernardo David dalam End of the Trail: A Novel of the Philippines in World War II.
Baca juga: Luzhniki Ikon Kejayaan Negeri Tirai Besi
Gelaran FEGC 1934 jadi ajang besar terakhir yang digelar di stadion itu. Pasalnya sejumlah bagian bangunan stadion ikut rusak akibat Perang Dunia II. Perbaikan stadion dan venue lain di kompleks RMSC baru bisa dilakukan pada 1953, dalam rangka Asian Games 1954.
Sebagaimana Stadion GBK, Stadion Rizal Memorial acap jadi tempat pagelaran banyak akvititas di luar olahraga. Yang paling melekat di ingatan publik Filipina adalah konser The Beatles pada 4 Juli 1966.
Hingga 2019, stadion Rizal sudah enam kali direnovasi. Kapasitasnya kini menciut jadi 13 ribu penonton. Pengurangan kapasitas itu untuk menyesuaikan jenis kursi berstandar AFC. Rumput lapangannya pun kini sudah berganti menjadi rumput sintetis.
Sejak 2015, stadion ini mulai ditinggalkan timnas Filipina. Terlebih setelah eksisnya sejumlah stadion anyar macam Panaad Stadium di Bacolod, atau Philippine Sport Stadium (kini Philippine Arena) di Bocaue.
Bila di Asian Games 1954, Kejuaraan Asia Yunior 1966 dan 1970, dan SEA Games 1981 dan 1991 Stadion Rizal Memorial menjadi lokasi utama, kini hal itu tidak lagi disandangnya. Di SEA Games 2005, stadion ini hanya dijadikan venue atletik. Untuk SEA Games tahun ini, ia hanya sekadar jadi venue cabang sepakbola. Pembukaan SEA Games 2019 bakal digelar di Philippine Arena dan penutupannya di New Clark City Athletics Stadium.
Baca juga: Stadion GBK Kebakaran