BAGI kebanyakan orang di awal abad ke-20, suratkabar menjadi sumber informasi utama untuk mengetahui berbagai peristiwa terkini. Termasuk ketika kebakaran terjadi di pabrik Triangle Shirtwaist Factory yang berlokasi di kota New York pada 25 Maret 1911. Lewat pemberitaan suratkabar, insiden yang menewaskan 146 pekerja garmen itu segera menjadi perhatian nasional.
Pembicaraan mengenai bencana industri paling mematikan dalam sejarah kota New York ini terdengar di berbagai negara bagian. Ada yang menuntut agar pemerintah melakukan reformasi undang-undang pencegahan kebakaran dan perlindungan keselamatan pekerja, banyak pula yang mencari cara agar peristiwa memilukan itu tak terjadi kembali di masa depan. Garrett Augustus Morgan merupakan salah satu orang yang melakukan hal nomor dua.
Menurut F. Michael Higginbotham dalam Ghost of Jim Crow: Ending Racism in Post-Racial America, Morgan yang kala itu tengah merintis usaha di bidang ritel dan perbaikan mesin jahit terinspirasi untuk menciptakan sebuah alat pelindung keselamatan yang dapat digunakan petugas pemadam kebakaran (damkar) saat melakukan evakuasi terhadap korban kebakaran. Morgan beranggapan bahwa asap tebal dan mematikan menghalangi upaya petugas damkar untuk menyelamatkan para korban. Hal ini berkontribusi terhadap tingginya jumlah korban tewas dalam insiden nahas tersebut.
Baca juga:
Alat pelindung keselamatan yang di kemudian hari dikenal dengan nama Morgan Safety Hood itu terdiri dari sebuah pelindung tahan panas yang dikenakan di bagian kepala yang terkoneksi dengan dua tabung panjang yang saling terhubung di bagian belakang hingga membentuk satu tabung. Tabung yang menyatu itu kemudian dirancang memanjang ke bawah.
“Alat pelindung keselamatan yang dirancang Morgan didasarkan pada pengamatannya bahwa ketika terjadi kebakaran, asap cenderung membubung tinggi. Oleh karena itu, udara yang lebih bersih berada di dekat tanah, di bawah asap maupun partikel berbahaya lainnya,” tulis Mary N. Oluonye dalam Garrett Augustus Morgan: Businessman, Inventor, Good Citizen. Alat pelindung yang diciptakan Morgan memungkinkan petugas pemadam kebakaran untuk masuk ke dalam gedung yang dipenuhi asap dan masih dapat bernapas saat melakukan evakuasi.
Selama dua tahun sejak alat pelindung keselamatan itu berhasil diciptakan, Morgan terus menyempurnakan penemuannya hingga pada tahun 1914 pria yang lahir di Paris, Kentucky, Amerika Serikat, itu menerima hak paten untuk alat pelindung keselamatannya. Bersama dengan beberapa pengusaha Cleveland lain, Morgan membentuk National Safety Device Company, sebuah perusahaan yang membuat dan menjual Morgan Safety Hood.
Sebagai pengusaha, Morgan menyadari bahwa cara terbaik untuk memasarkan alat pelindung keselamatan yang diciptakannya adalah dengan mendemonstrasikannya. Oleh karena itu ia melakukan perjalanan ke berbagai negara bagian untuk memperlihatkan cara kerja dan betapa efektifnya alat pelindung ciptaannya tersebut.
Penemu dan pengusaha Afro-Amerika itu memiliki cara yang tak biasa untuk menarik perhatian audiens. Bak sebuah pertunjukan sulap yang menegangkan, Morgan akan menyalakan api di sebuah tenda yang menyebabkan tenda itu dipenuhi dengan asap dan kabut. Setelahnya, ia akan masuk ke dalam tenda dengan menggunakan alat pelindung keselamatan ciptaannya dan bertahan di sana selama 20 menit, lalu keluar dengan keadaan baik-baik saja tanpa kesulitan bernapas.
“Aksi ini dilakukan Morgan untuk menunjukkan kepada para penontonnya bahwa mereka akan aman selama menggunakan alat pelindung yang diciptakannya,” jelas Oluonye.
Meski begitu, riuh tepuk tangan penonton tak selalu mewarnai berbagai aksi uji coba Morgan. Bahkan, ia kerap mendapatkan perlakuan buruk dan sikap bermusuhan dari penonton kulit putih karena rasnya. Menurut Higginbotham, Morgan menyadari bahwa penjualan alat pelindung ciptaannya menurun drastis ketika ia menampilkan dirinya sebagai penemu alat tersebut. Sebagai upaya untuk mengatasi hal ini, Morgan mengadakan pertunjukan dengan meminta seorang kenalan kulit putihnya untuk berpura-pura berperan sebagai penemu, sementara ia bertindak sebagai asistennya. Cara ini terbukti berhasil, sebab penjualan meningkat secara dramatis ketika alat pelindung itu tak lagi dikaitkan dengan penemu kulit hitam.
Baca juga:
Kala Chicago Dihantam Kerusuhan Rasial
“Pengalaman Garrett Morgan adalah contoh utama bagaimana gagasan superioritas kulit putih atau inferioritas kulit hitam menghalangi keunggulan kulit hitam. Sulit bagi Morgan untuk menjual alat pelindung ciptaannya kepada orang kulit putih ketika Morgan mengidentifikasi dirinya sebagai penemu. Fakta bahwa Morgan berkulit hitam menyebabkan banyak orang kulit putih mempertanyakan kualitas perangkat atau keaslian klaim tentang apa yang dapat dicapai oleh perangkat tersebut,” tulis Higginbotham.
Rasisme yang dialami Morgan berkaitan erat dengan diberlakukannya Jim Crow laws, sebuah kumpulan undang-undang negara bagian dan lokal yang melegalkan pemisahan ras. Aturan yang berlaku sejak abad ke-19 –setelah Perang Saudara– hingga pertengahan abad ke-20 itu dimaksudkan untuk memarjinalkan orang Afro-Amerika dengan tidak memberikan mereka hak untuk memilih, mendapatkan pendidikan, pekerjaan dan kesempatan lainnya yang setara dengan orang kulit putih. Aturan ini akhirnya menjadi kontroversial karena dianggap ikut memelihara sikap rasis dan diskriminatif terhadap warga non-kulit putih, khususnya orang-orang Afro-Amerika.
“Dalam kasus Morgan, kurangnya penjualan dari kalangan orang kulit putih juga dapat mencerminkan sentimen bahwa meskipun alat pelindung ciptaan Morgan efektif, dukungan terhadap bisnis kulit hitam akan melemahkan kekuatan dari para pelaku bisnis kulit putih. Sebaliknya, ketika Morgan berperan sebagai asisten penemu kulit putih, penjualan di lingkungan orang-orang kulit putih melonjak. Sebab mereka dapat menerima dan bersedia membeli produk berteknologi canggih yang diciptakan oleh orang kulit putih namun didemonstrasikan oleh seorang pelayan kulit hitam yang berperan sebagai ‘kelinci percobaan’ untuk eksperimen tersebut,” tambah Higginbotham.
Sementara itu, bencana di Danau Erie pada Juli 1916 terbukti menjadi momen yang menentukan bagi alat pelindung keselamatan yang diciptakan Morgan. Ledakan di terowongan yang sedang dibangun di bawah Danau Erie menyebabkan para pekerja terjebak. Nahasnya, sejumlah petugas penyelamat yang dikerahkan untuk mengevakuasi para pekerja turut terjebak di tengah lokasi kejadian. Sepuluh orang dilaporkan tewas di tengah proses evakuasi karena kehabisan napas. Di tengah kepanikan, seseorang teringat dengan alat pelindung keselamatan yang diciptakan Morgan.
Polisi Cleveland dengan cepat menghubungi Morgan dan meminta pengusaha itu untuk membawa beberapa alat ciptaannya ke lokasi ledakan. Ketika Morgan dan saudaranya, Frank, tiba di lokasi kejadian, mereka segera mengenakan alat pelindung keselamatan masing-masing. Dua relawan penyelamat lain juga mengenakan alat tersebut. Mereka segera turun ke dalam terowongan yang dipenuhi asap dan gas untuk melakukan evakuasi.
Ada dua cerita tentang apa yang terjadi selanjutnya. Versi yang paling populer diceritakan adalah Garret Morgan, dibantu oleh saudara laki-lakinya, dan dua relawan kulit putih, turun ke dalam terowongan berulangkali untuk menyelamatkan 32 orang dan mengevakuasi beberapa jenazah korban. Versi kedua dari cerita ini adalah sang penemu dan pengusaha kulit hitam itu bersama dengan saudara laki-laki serta dua sukarelawan lain turun ke dalam terowongan dan menyelamatkan dua anggota dari regu penyelamat pertama. Mereka kemudian mengevakuasi 10 orang lainnya. Setelah melakukan beberapakali evakuasi, proses penyelamatan lebih lanjut dihentikan karena Biro Pertambangan AS menetapkan bahwa kondisi di dalam terowongan terlalu berbahaya untuk dilakukan upaya penyelamatan lebih lanjut.
‘’Sayangnya, kontribusi Garrett Morgan dalam penyelamatan tersebut tidak mendapatkan pengakuan yang semestinya. Tom Clancy, salah satu relawan kulit putih yang membantu Garrett, mendapat penghargaan atas upaya penyelamatan dramatis itu. Clancy dianugerahi Medali Carnegie yang bergengsi untuk kepahlawanan dan uang sebesar $500.00,” tulis Oluonye.
Baca juga:
Di Balik Operasi Bayi Biru yang Bersejarah
Kendati demikian, Morgan dan saudara laki-lakinya menerima medali dari Cleveland Citizen’s Group dan Cleveland Association of Coloured Men untuk upaya penyelamatan heroiknya.
Setelah penyelamatan dramatis para pekerja yang terperangkap dari terowongan yang dipenuhi asap dan gas berbahaya, damkar di seluruh negeri melihat betapa berharganya alat pelindung keselamatan yang diciptakan Morgan yang dapat membantu para petugas damkar saat mereka harus masuk ke dalam gedung yang terbakar untuk melakukan penyelamatan. Oleh karena itu, para kepala damkar di seluruh negeri mulai tertarik dan membeli alat pelindung keselamatan tersebut.
Pada Perang Dunia I, Morgan telah memodifikasi alat pelindung keselamatan ciptaannya untuk membawa pasokan udara sendiri, menciptakan masker gas pertama. Pada 1917 temuan itu menjadi perlengkapan standar untuk Angkatan Darat AS.