Masuk Daftar
My Getplus

Di Balik Lagu dan Bendera Pemersatu

Dua Korea sementara hanya bisa bersatu lewat olahraga. Lagu rakyat dan bendera Unifikasi menjadi pengikatnya.

Oleh: Randy Wirayudha | 24 Agt 2018
Para suporter tim Korea Bersatu membentangkan spanduk dan Bendera Unifikasi mendukung tim basket putri Korea Bersatu di Hall Basket, Gelora Bung Karno, Jakarta (Foto: INASGOC)

DI tiga cabang olahraga Asian Games XVIII Jakarta-Palembang 2018 ini, Korea tampil bersama dalam satu tim. Mereka tampil di bawah bendera Unifikasi serta lagu kebangsaan “Arirang”, bukan bendera Korut-Korsel dan lagu kebangsaan masing-masing.

Bendera Unifikasi, bendera putih bermotif Semenanjung Korea berwarna biru itu disepakati delegasi Korut dan Korsel pada 1989 dalam pembicaraan bilateral jelang Asian Games 1990. Bendera ini bakal dikibarkan dengan iringan lagu “Arirang”  seandainya para atlet tim Korea Bersatu mendapat medali emas di cabang basket putri, dayung putra dan putri, serta kano/kayak putra dan putri.

“Kalau lagu ‘Arirang’ itu dari lagu tradisional sejak zaman kerajaan (Dinasti Joseon). Tidak diketahui asalnya (penciptanya). Tapi karena lagu ini sudah banyak diketahui masyarakat di (Korea) selatan dan utara, maka lagu ini yang dipakai untuk tim bersama Korea,” ujar Bae Dong-sun, penulis dan peneliti sejarah modern Korean Cultural Center, kepada Historia.

Advertising
Advertising

Menurut Keith Howard dalam Perspectives on Korean Music, “Arirang” merupakan lagu rakyat yang pertamakali tercatat dalam manuskrip kuno pada 1756. Lagunya menceritakan legenda penguasa Semenanjung Korea 2000 tahun lampau. Rekaman pertama “Arirang” baru dibuat pada 1896 oleh antropolog Amerika Serikat Alice Cunningham Fletcher.

Semasa pendudukan Jepang (1910-1945), “Arirang” dijadikan lagu pemberontakan terhadap penjajah. Hingga kini, lagu “Arirang” memiliki 60 versi. Baik Korsel maupun Korut sama-sama mendaftarkannya sebagai warisan budaya dunia UNESCO pada 2012.

Adapun soal bendera Unifikasi berwarna putih bermotif siluet Semenanjung Korea tanpa garis perbatasan, gagasannya sudah muncul sejak 1989. “Jadi awalnya perwakilan kedua pihak juga ingin turunkan tim bersama untuk Asian Games 1990, namun dibatalkan,” sambung Bae.

Baru pada 1991 di Kejuaraan Dunia Tenis Meja ke-41 di Chiba, Jepang dan Piala Dunia Yunior kedelapan di Lisbon, Portugal bendera ini menaungi para atlet dari dua Korea. Bendera ini kembali mengiringi Kontingen Korea Utara dan Korea Selatan di upacara pembukaan Olimpiade Musim Panas 2000 di Sydney meski tak disertai turunnya tim bersama di cabang-cabang olahraganya.

Hal serupa kembali dipertontonkan pada pembukaan Asian Games 2002 di Busan, Korea Selatan, Olimpiade Musim Panas 2004 Athena, Olimpiade Musim Dingin 2006 Turin, Asian Games 2006 Doha, dan Olimpiade Musim Dingin 2018 Pyeonchang di mana tim Korea Bersatu turun di cabang hoki putri.

Bendera Unifikasi ini sudah beberapakali mengalami perubahan. Kala bendera ini pertamakali muncul tahun 1991, desainnya mengikutsertakan Pulau Jeju di bawah motif siluet Semenanjung Korea. Pada tahun 2006, benderanya ditambahkan siluet Pulau Ulleungdo di kanan siluet semenanjung. Pada 2009, motifnya ditambahi Karang Liancourt atau Dokdo, rangkaian karang yang masih jadi sengketa antara Korea Selatan dan Jepang.

Baca juga: 

Korea Bersatu di Arena
Korea Merajut Persatuan Lewat Olahraga
Berguru Tenis Meja hingga ke Korea Utara
Tangan Dingin Moon Jae-in
Adu Kuasa di Angkasa Korea

TAG

Asian-Games Olahraga Korea-Selatan Korea Unifikasi Olimpiade

ARTIKEL TERKAIT

Satu Episode Tim Garuda di Olimpiade Roland Garros Pahlawan di Udara Mendarat di Arena Tenis Pyonsa dan Perlawanan Rakyat Korea Terhadap Penjajahan Jepang Exhuma dan Sisi Lain Pendudukan Jepang di Korea Jenderal Orba Rasa Korea Korea Utara di Antara Konflik Israel-Palestina Mengenal Lebih Dekat Beladiri Kurash Habis Gempa Terbitlah Genosida Itaewon dari Masa ke Masa Miss Riboet Memadukan Seni dan Olahraga