Masuk Daftar
My Getplus

Sepak Terjang KSK dari Bosnia hingga Afghanistan

Kompi ke-2 Komando pasukan khusus Jerman dibubarkan setelah dua dekade. Anggotanya terpapar “virus” Neo-Nazi.

Oleh: Randy Wirayudha | 05 Agt 2020
Satu kompi Kommando Spezialkräfte (KSK) atau komando pasukan khusus Jerman resmi dibubarkan setelah 24 tahun. (bundeswehr.de).

TIDAK sampai seperempat abad usianya, satu kompi terelit Kommando Spezialkräfte (KSK) atau pasukan elit Angkatan Darat (AD) Jerman dibubarkan. Menteri Pertahanan Annegret Kramp-Karrenbauer menghapuskan pasukan elit itu dari Bundeswehr (Angkatan Bersenjata Jerman) pada 30 Juli 2020.

Kompi ke-2 KSK dihapuskan karena sudah terlampau disusupi para simpatisan Neo-Nazi. Isu itu sudah merebak sejak Desember 2019. Pada Mei 2020, Militärischer Abschirmdienst (Badan Kontra-Intelijen Militer Jerman) bersama GSG 9 (pasukan elit kepolisian) menggerebek kediaman seorang anggota KSK berpangkat sersan mayor yang terduga sebagai simpatisan Neo-Nazi.

Diberitakan The New York Times, 3 Juli 2020, di kediaman terduga ekstrimis sayap kanan itu ditemukan dua kilogram peledak sintetis PETN beserta sumbu dan detonatornya, sepucuk senapan serbu AK-47, dan ribuan butir amunisi yang diyakini dicuri dari gudang senjata militer Jerman. Penemuan itu diperkuat oleh penemuan sebuah buku kumpulan lagu-lagu mars SS (Schutzstaffel/pasukan paramiliter Nazi di Perang Dunia II) dan 14 eksemplar majalah beredisi para mantan prajurit SS.

Advertising
Advertising

“Dia (sersan mayor KSK) punya sebuah rencana. Dan dia bukan satu-satunya,” tutur Komisioner Parlemen Jerman Eva Högl kepada The New York Times.

Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer membubarkan KSK. (bmvg.de).

Neo-Nazi bukan isu anyar yang menghantui Jerman pasca-Perang Dunia II. Selain di politik, virus Neo-Nazi beberapa kali menjangkiti institusi militernya.

Baca juga: Pembubaran Tentara Kolonial KNIL

“Saya tak tahu apakah memang ada tentara bayangan (simpatisan Nazi, red.) di Jerman. Tetapi saya khawatir. Tidak hanya sebagai komandan KSK, namun juga sebagai warga negara, di mana pada akhirnya hal seperti itu memang eksis dan mungkin rakyat kami juga bagian darinya,” kata Komandan KSK Brigjen Markus Kreitmayr.

Brigjen Markus Kreitmayr, komandan terakhir KSK. (bundeswehr.de).

MAD sendiri masih dalam proses menginvestigasi 600 prajurit, di mana 20 di antaranya anggota KSK. Tetapi Menhan Kramp-Karrenbauer menuntut hasil lebih dari MAD sesegera mungkin.

“Kasus ini tidak hanya sebuah kemungkinan kasus yang terisolasi di internal militer namun sudah ada koneksi dan jaringan yang jelas dan mesti diinvestigasi lebih luas. Pekerjaan MAD belum memuaskan dan belum cukup,” ujar Kramp-Karrenbauer.

Mula KSK

Sejak berdirinya Bundeswehr sebagai pengganti Wehrmacht pada 1955, militer Jerman nyaris zonder pasukan elit. Pasukan setaraf komando pertama baru dimiliki Bundesmarine (AL Jerman) pada 1958, yakni Kampfschwimmer (kini Kommando Spezialkräfte Marine), sejenis komando pasukan katak. AD Jerman baru muncul Fernspäher (pasukan intai) yang hanya berjumlah satu kompi dan fungsinya sebagai pasukan intai jarak jauh. Kedua unit elit itu belum meliputi spesialisasi kontra-terorisme.

Kebutuhan akan pasukan elit dengan fungsi yang lebih komplit baru dirasa ketika terjadi penyanderaan warga Jerman di luar negeri, seperti kasus penyanderaan sejumlah warga Jerman kala berlangsungnya Genosida di Rwanda pada 1994. Para sandera berhasil dievakuasi dari Rwanda bukan oleh militer Jerman, melainkan oleh pasukan Brigade Para-Komando Belgia. Saat itu Jerman tak punya pasukan elit untuk beroperasi di luar negeri. Pasukan komando kepolisian GSG 9 berdasarkan regulasi hanya beroperasi di dalam negeri.

Baca juga: Hantu Laut Marinir Bertemu Hantu Laut

“Insiden di Rwanda itu jadi dorongan pembentukan KSK pada 1996, sebuah unit dengan fungsi penuh untuk operasi-operasi pengintaian, operasi pembebasan sandera, dan bantuan operasi senyap pasukan reguler. Dalam hal kontra-terorisme, KSK punya pengecualian untuk bisa beroperasi di luar perbatasan Jerman dan di zona-zona konflik,” tulis Leigh Neville dalam The Elite: The A-Z of Modern Special Operations Forces.

“KSK diorganisir menjadi empat kompi komando, masing-masing (kompi) terdiri dari empat peleton patroli dan satu kompi komando khusus yang bertanggungjawab atas persenjataan elektronik. Pembagiannya merujuk pada pasukan khusus SAS (Special Air Service, pasukan khusus AD Inggris),” sambungnya.

Kommando Spezialkräfte berdiri pada 1996 dan diaktifkan pada 1997 lewat bantuan Inggris dan Amerika. (bmvg.de).

SAS dijadikan rujukan lantaran pembentukan KSK pada 1996 dibantu SAS, GSG 9, dan Detasemen Operasi Khusus ke-1 AD Amerika Serikat (Delta Force). Lantaran KSK akan difungsikan di semua operasi di darat, laut, maupun udara, perekrutannya diambil dari matra darat, laut, dan udara dengan syarat dan kualifikasi tertentu.

Ketika lahir pada 20 September 1996, KSK sudah memiliki personil yang ditempa dengan beragam pelatihan ekstra keras di semua kompinya. Namun KSK baru aktif setelah 1997 dengan basisnya di Calw. Saat diaktifkan, KSK dipimpin Brigjen Fred Schulz.

Bosnia hingga Afghanistan

Ujian pertama KSK datang setahun berselang. Mereka dikirim ke Bosnia sebagai bagian dari pasukan Jerman yang diperbantukan di bawah payung NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara). Sejak 1996 pasca-Perang Bosnia, Jerman menyokong SFOR (Stabilization Force) dengan tiga ribu personilnya.

Salah satu aktivitas SFOR adalah menggelar operasi-operasi senyap memburu para penjahat perang yang bersembunyi di Bosnia, Serbia, maupun Kroasia. Saat itu pemerintah Serbia dan Kroasia menolak mengekstradisi para penjahat perang yang masuk dalam daftar International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia.

KSK beberapakali diterjunkan bersama pasukan khusus negara lain seperti Sajeret Matkal (Israel), SAS (Inggris), Commandement des Opérations Spéciales (COS, Prancis), dan US Army Special Forces “Green Berets”.

Baca juga: Kombatan Yahudi Mantan Nazi

Mengutip How Western Soldiers Fight: Organizational Routines in Multinational Missions karya Cornelius Friessendorf, operasi pertama KSK di Bosnia adalah menggerebek dan menciduk Milorad Krnojelac pada 15 Juni 1998 di Foča, Serbia (kini Bosnia dan Herzegovina). Krnojelac merupakan penjahat perang yang menjalankan kamp interniran Bosnia dan dituduh atas pembunuhan terhadap 29 orang dan penyiksaan terhadap 59 lainnya di kamp interniran.

“Penangkapannya dibantu pasukan khusus Prancis, di mana persiapan operasinya sudah dilakukan setengah tahun sebelumnya. Mereka mulanya memantau aktivitas Krnojelac dan mencegat percakapan telepon untuk mencatat kebiasaan-kebiasaannya. Bahkan tiruan rumah Krnojelac dibuat di Jerman untuk latihan,” tulis Friessendorf.

“Setelah ditangkap, Krnojelac langsung dibawa ke kendaraan lapis baja dan diterbangkan dengan helikopter ke Zagreb, dan dari sana diterbangkan ke ICTY di Belanda, di mana dia menerima vonis 15 tahun penjara,” lanjutnya.

Tersangka penjahat perang yang diburu KSK, ki-ka: Milorad Krnojelac, Radomir Kovač & Janko Janjic. (ICTY).

Setelah sukses melewati ujian pertamanya, KSK kembali diterjunkan untuk menangkap penjahat perang lainnya, Radomir Kovač. Sebagaimana Krnojelac, Kovač yang mantan komandan paramiliter Serbia dengan kejahatan perang pemerkosaan dan perbudakan seks para wanita muslim Bosnia, juga ditangkap di Foča lewat misi klandestin 250 kombatan KSK pada tengah malam antara 1-2 Agustus 1999.

Pada 20 Agustus 1999, KSK ditugaskan bersama pasukan Belanda ke Orahovac di Kosovo untuk menjemput paksa tiga tersangka penjahat perang guna dibawa ke markas pasukan perdamaian PBB di Pristina. Dari sana, KSK kembali ditugaskan ke Foča.

“Pada 12 Oktober 2000 dalam misi menangkap Janko Janjic di Foča, sempat menimbulkan insiden. Dalam operasinya, KSK menggerebek rumahnya pada malam hari dengan meledakkan pintu depan. Walau di dalam rumah juga terdapat keluarganya, KSK tak kesulitan mengidentifikasi Janjic lewat tato tengkorak di kelopak matanya,” ungkap Friessendorf.

Baca juga: Tetsu Nakamura Samurai Kemanusiaan Afghanistan

“Saat tengah dikepung, Janjic menyatakan dia memilih meledakkan diri ketimbang tertangkap. Ia lalu mengambil sebutir granat dari sabuk pinggangnya: ‘Aku sudah mati sejak lahir!’ teriak Janjic sebelum meledakkan dirinya. Tubuhnya hancur dan tiga anggota KSK terluka,” tambahnya.

Dua bulan pasca-serangan 9/11 oleh Al-Qaeda di New York, Amerika Serikat (11 September 2001), Jerman sebagai bagian dari NATO ikut mengirim pasukan ke Afghanistan. Menukil Nigel Cawthorne dalam Warrior Elite: 31 Heroic Special-Ops Missions from the Raid on Son Tay to the Killing of Osama bin Laden, KSK terlibat Pertempuran Tora Bora bersama Delta Force, SAS, SBS (Special Boat Service, pasukan khusus AL Inggris), dan pasukan Aliansi Utara Afghanistan melawan Taliban dan Al-Qaeda, 6-17 Desember 2001.

“Tora Bora diduga menjadi kompleks gua tempat persembunyian Osama bin Laden. KSK turut terlibat mengawal serangan di sisi sayap,” tulis Cawthorne.

Ilustrasi pasukan elit Jerman di Afghanistan. (deutschesheer.de).

Meski secara taktis pertempuran itu dimenangkan pasukan koalisi Amerika, secara strategis pertempuran itu jadi blunder. Milisi Taliban dan Al-Qaeda masih bisa bergerilya, ditambah Osama bin Laden berhasil kabur meski pemerintahan Taliban di Afghanistan yang melindungi Al-Qaeda ambruk.

KSK jadi alat negara yang dibanggakan dalam beragam operasi mancanegara. Namun, KSK jadi duri dalam daging di dalam negeri karena tersusupi simpatisan Neo-Nazi. Bukannya jadi salah satu garda pelindung demokrasi Jerman, KSK justru jadi ancaman dari dalam.

Baca juga: Bantuan Senjata dari Indonesia untuk Mujahiddin Afghanistan

“Jika orang yang mestinya melindungi demokrasi kita malah berkomplot melawan kita, maka kita menghadapi masalah besar. Bagaimana kita bisa menemukan mereka?” kata Kepala Badan Intelijen Negara Bagian Thuringia, Stephan Kramer, dikutip The New York Times.

“Mereka adalah orang-orang yang ditempa dengan pengalaman pertempuran dan paham bagaimana caranya menghindari pemantauan karena mereka sendiri dilatih melakukan pengintaian. Yang kita hadapi adalah musuh dari dalam,” tandasnya.

TAG

jerman nazi afghanistan bosnia

ARTIKEL TERKAIT

Memburu Kapal Hantu Keponakan Hitler Melawan Jerman Kisah Musisi Belanda Menyamar Jadi Laki-laki Ketika Melawan Nazi Dari Kamp Nazi Lalu Desersi di Surabaya Dukung Kemerdekaan Indonesia Kisah Atlet Wanita Jerman yang Ternyata Laki-laki Nasib Mereka yang Terbuang di Theresienstadt dan Boven Digoel Kasus Penipuan Buku Harian Adolf Hiltler Lebih Dekat Menengok Katedral Sepakbola di Dortmund Kisah Seniman Yahudi Pura-pura Mati demi Menghindari Nazi Skandal Perselingkuhan Propagandis Nazi Joseph Goebbels