Masuk Daftar
My Getplus

Belanda Mengawasi Indonesia dari Australia

Pemerintah Hindia Belanda mendirikan biro informasi di Australia. Propaganda menguasai kembali negeri jajahan: Indonesia.

Oleh: Martin Sitompul | 05 Des 2016
NIGIS (Netherlands Indies Goverenment Information Service) yang berkantor di lantai 10 gedung Temple Court building, Collins Street, Melbourne, Australia.

Di lantai 10 gedung Temple Court building, Collins Street, Melbourne, Australia, para petinggi pemerintahan Hindia Belanda acap kali berkumpul. Mereka adalah pejabat kolonial pimpinan Hubertus van Mook yang melarikan diri dengan dua pesawat Dakota dari Bandung menuju negara sekutunya, Australia. Di sana, dibentuk jawatan penerangan untuk terus memantau kondisi Hindia Belanda: NIGIS (Netherlands Indies Goverenment Information Service).

“Kegiatan ini merupakan kegiatan dinas rahasia sipil dan organisasi propaganda pemerintah Hindia Belanda di pengasingan yang berbasis di Australia, selepas jatuhnya Hindia Belanda ke tangan balatentara Jepang,” tutur sejarawan Rushdy Hoesein dalam ekspose “Arsip Foto Netherlands Indies Government Information Service (NIGIS) di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jakarta Selatan, 28 November 2016.

NIGIS mulai beroperasi pada April 1942, setelah berdiri pemerintahan pelarian Hindia Belanda (government in exile) di Australia. Tugas utama biro adalah mengumpulkan informasi mengenai situasi Hindia Belanda: politik, militer, ekonomi, sosial, dan budaya. NIGIS berafiliasi dengan NEFIS (Dinas Intelijen Militer Hindia Belanda) dan NICA (Pemerintahan Sipil Hindia Belanda).

Advertising
Advertising

Kegiatan NIGIS berada di bawah pengawasan Charles van der Plas, kepala pemerintahan pengasingan Hindia Belanda di Australia. Juru bicara Angkatan Laut Belanda, Huibert Quispel, yang juga ahli informasi dan propaganda, ditunjuk menjadi kepala NIGIS. Seorang Indonesia, Kolonel Abdul Kadir Widjojoatmodjo –kelak dikenal sebagai tokoh NICA di bawah Van Mook– juga berperan dalam NIGIS.

Selama beroperasi, NIGIS kerap menggaungkan “pesan harapan” bagi penduduk di koloni Hindia Belanda yang hidup di bawah pemerintahan Jepang. Pesan tersebut disampaikan lewat siaran radio berbahasa Inggris yang bisa didengar dengan jelas. Selain itu, diterbitkan pula koran berbahasa Indonesia, Penjoeloeh yang dikerjakan para Digulis.

Unit fotografi dan film tak luput sebagai media publikasi NIGIS. Salah satunya Bevrijding van Nederland Indie, film tentang pembebasan Hindia Belanda bagian timur dari Jepang yang dilakukan Sekutu. Film ini diproduksi dengan menggandeng perusahaan film Australia, Souther Seas Production.

Beberapa suratkabar Australia menggunakan layanan NIGIS untuk memuat berita sekaligus pesan propaganda. Koresponden Wolfe Preger dan The Cairn Post, misalnya, banyak menulis kisah keberanian tentara Belanda dalam Perang Pasifik dan upaya membersihkan pengaruh Jepang di Hindia Belanda.

“Besar kemungkinan berita tentang kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II terdengar di Eropa melalui Australia. Yang menyiarkannya adalah NIGIS,” ujar Roesdy.

Seusai Perang Dunia II, informasi yang dihimpun dan disebarkan NIGIS berubah. Tak lagi menyerukan gerakan antifasis Jepang. Yang didengungkan kemudian adalah penegakan kedaulatan Belanda atas Hindia Belanda yang telah memproklamasikan kemerdekaannya sebagai Republik Indonesia.

Menurut Rushdy, arsip NIGIS memuat serangkaian sejarah penting di masa awal revolusi Indonesia. Dalam catatannya, publikasi NIGIS merekam demonstrasi buruh-buruh Australia yang menentang pengiriman serdadu-serdadu Belanda dari Australia ke Indonesia sebagaimana diuraikan jurnalis Australia Rupert Lockwood dalam Armada Hitam; kehidupan sosial tawanan Digulis di Australia terkait dengan pernikahan campuran bersama pasangan Eropa; kampanye militer Belanda dalam rencana “menduduki” kembali Indonesia.

Dalam arsip NIGIS juga ditemukan beberapa foto yang menunjukkan kegiatan Sultan Ternate yang mengungsi ke Australia demi menghindari penjajahan Jepang dan Pangeran Notokoesoemo dari Surakarta yang merupakan kapten KNIL.

Dokumen-dokumen NIGIS dibawa serta ke Batavia ketika pemerintah Belanda melalui NICA kembali ke Indonesia pada akhir tahun 1945 dan awal 1946. Setelah pengakuan kedaulatan tahun 1949, pihak Belanda menyerahkannya kepada kantor penerangan Republik Indonesia Serikat. Pada 1981, Departemen Penerangan menyerahkan arsip-arsip tersebut kepada ANRI.

ANRI melansir 3.212 lembar arsip foto dari total 6.417 lembar dokumen arsip NIGIS dari tahun 1930-1946. Arsip NIGIS ini dapat diakses pada awal tahun 2017.

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Letnan Rachmatsyah Rais Gugur saat Merebut Tank Belanda Merekatkan Sejarah Lakban Para "Ekonom" Perintis Selain Margono Seputar Prasasti Pucangan Masa Kecil Radius Prawiro Memburu Kapal Hantu Sejarah Gereja dan Seni Kristiani Dulu Tentara Kudeta di Medan Protes Sukarno soal Kemelut Surabaya Diabaikan Presiden Amerika Perdebatan Gelar Pahlawan untuk Presiden Soeharto