Di Balik Markas CIA di Tiga Kota

Arsip rahasia pembunuhan JFK terbaru turut menguak markas-markas CIA di Indonesia. Aktivitas intel Amerika sudah eksis sebelum Indonesia merdeka. 

Oleh: Randy Wirayudha | 28 Mar 2025
Di Balik Markas CIA di Tiga Kota
Nama kota Jakarta, Medan, dan Surabaya yang turut tertera sebagai lokasi markas atau kantor CIA dalam rilisan arsip terbaru JFK (NARA)

UNTUK kesekian kalinya arsip-arsip pembunuhan Presiden Amerika Serikat John Fitzgerald Kennedy (JFK) dirilis ke publik. Arsip Nasional AS, NARA, resmi merilis 2.200 arsip yang berisi 63 ribu halaman pada 18 Maret 2025. Bedanya dari beberapa agenda pengungkapan dokumen-dokumen rahasia sebelumnya, kali ini ribuan arsip itu dilepas ke publik tanpa penyensoran dan penyuntingan terlebih dahulu.

Salah satu dokumen dari ribuan arsip yang diungkap itu menyebutkan markas atau kantor agen-agen CIA, Dinas Intelijen Amerika Serikat, di tiga kota di Indonesia: Jakarta, Medan, dan Surabaya. Ketiganya sebagai bagian dari Far Eastern Division.

Dokumen yang dimaksud adalah dokumen rahasia penempatan kantor agen-agen lapangan dengan tajuk “Field Distribution - ED #5847” sebanyak dua halaman. Di bagian “FE Division” tercantum kota Jakarta, Medan, dan Surabaya di antara 19 kota kantor CIA Divisi Timur Jauh. Selain tiga kota itu juga tercantum dua kota di Malaysia, dua kota di Jepang, serta masing-masing satu kota di Thailand, Hong Kong, Kepulauan Hawai’i, Filipina, Australia, Myanmar, Vietnam, Laos, Korea Selatan, Taiwan, dan Selandia Baru. 

Advertising
Advertising

Baca juga: Agen CIA di Medan

Eksisnya dokumen ini sempat bikin geger media massa dan jagat media sosial, meski tak ada detail lain menyoal operasional para agen lapangan itu. Toh sudah sejak lama Amerika punya kantor perwakilan di tiga kota itu. Konsulat Jenderal Amerika di Medan sudah hadir medio 1949 bersamaan dengan dibukanya Kedutaan Amerika di Jakarta. Adapun kantor perwakilan Amerika di Surabaya sudah hadir lebih lama dari kedua kota di atas. Menurut keterangan di laman resmi Kedutaan Amerika, kantor utusan diplomatik mereka sudah ada sejak masa kolonial Hindia Belanda, tepatnya pada 1866 dan statusnya naik menjadi konsulat pada 1915, namun baru “resmi” menjadi konsulat bagi republik pada 1950. 

Eksistensi agen-agen intelijen Amerika di Indonesia juga bukan hal baru. Mereka sudah menyusup ke Jawa pada fase akhir Perang Pasifik. Saat itu dinas intelijennya masih bernama Office of Strategic Services (OSS), pendahulu CIA. Menurut William J. Rust dalam artikel “Transitioning into CIA: The Strategic Services Unit in Indonesia” yang termuat dalam Jurnal Studies in Intelligence, Vol. 6, No. 1, Maret 2016, seorang agen OSS asal Indonesia bernama J.F. Mailuku diselundupkan ke Batavia (kini Jakarta) lewat “Operasi RIPLEY I”. 

“Lahir di Ambarawa, Jawa, pada 1917, Mailuku dengan kode samaran HUMPY, pada 23 Juni 1944 disusupkan ke Jawa dengan kapal selam untuk operasi RIPLEY I,” tulis Rust. 

Baca juga: Lagi, Ribuan Arsip JFK Dirilis ke Publik

CIA di Tengah Revousi Kemerdekaan 

Mailuku yang menyusup ke Jawa di fase akhir Perang Pasifik dilaporkan ditangkap Jepang. Usai perang, tepatnya pada 15 September 1945, lewat Operasi ICEBERG OSS mendatangkan agen-agennya ke Batavia (kini Jakarta) dengan menumpang kapal penjelajah Inggris HMS Cumberland. Satu dari sekian misinya yakni turut mencari keberadaan dan menguak nasib Mailuku.

Mailuku ternyata selamat hingga akhir perang. Dia akhirnya bersua para agen OSS pimpinan Mayor Frederick E. Crockett. 

“Selama masa perang Mailuku sempat kehilangan kontak dengan OSS. Akan tetapi ia memiliki kumpulan laporan intelijen militer dan politik di Jawa. Ketika Cumberland tiba di Batavia, Mailuku mencari otoritas Sekutu yang kemudian membawanya kepada Crockett. Dari laporannya yang disampaikan pada 20 September, Mailuku menyebutkan terjadi banyak tindak kekerasan anti-Belanda di seluruh Indonesia, khususnya Jawa. Mailuku meyakini orang-orang Indonesia seluruhnya menuntut kemerdekaan walau laporan ini ditampik pihak Belanda,” imbuh Rust. 

Baca juga: Orang Indonesia Jadi Agen OSS

Laporan-laporan OSS tentang aktivitas Belanda yang membonceng Sekutu ke Indonesia, yang sudah menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, tak disambut baik pihak Belanda. Pasalnya terdapat kesan para agen OSS lebih bersimpati pada Republik Indonesia. Pun begitu, Belanda tak kuasa mengusir para agen OSS yang tergabung dalam “Team A” yang berbasis di Jakarta lantaran izin operasi mereka sudah diberikan Komandu Sekutu di Asia Tenggara, SEAC. 

“Otoritas Belanda sangat tidak senang dengan tim intelijen Amerika di Batavia. Belanda yang bersikeras untuk melanjutkan pemerintahan kolonial Hindia Belanda berargumentasi bahwa kepulauan (Indonesia) tidak berada di dalam lingkup pengaruh Amerika. Lebih jauh para agen OSS hanya akan menduplikasi hasil-hasil laporan intelijen Belanda dan Inggris,” tambahnya. 

Sepekan setelah menerima laporan Mailuku, para agen OSS akhirnya bisa bersua secara langsung dengan Presiden Sukarno dan beberapa anggota kabinetnya. Agenda yang terjadi di kediaman Menteri Luar Negeri Achmad Subardjo pada 27 September 1945 itu mempertemukan Presiden Sukarno dengan perwakilan OSS, Jane Foster dan Letkol Kenneth K. Kennedy. 

Baca juga: Agen OSS yang Memihak Indonesia

Mereka menggali sikap Indonesia, terutama kabinet nasionalis Sukarno terhadap masa-masa pendudukan Jepang, tentang kedatangan Sekutu, dan sikap terhadap kehadiran Belanda. Sukarno menanggapi bahwa pemerintahannya siap bekerjasama dengan pihak Sekutu dalam hal penanganan interniran dan tawanan perang namun bersikeras untuk menolak kehadiran Belanda yang berniat menjajah kembali. 

“Semua (pihak Indonesia) yang hadir sangat kooperatif menjawab pertanyaan-pertanyaan kami. Walaupun banyak dari program jangka panjang mereka masih belum jelas; kesan yang tampak adalah kabinet (pemerintahan republik) yang pada dasarnya adalah Komite Revolusioner berfokus untuk menegakkan negara Indonesia yang berdaulat,” tulis Foster dalam catatannya pada pertemuan itu, dikutip Rust. 

Baca juga: Agen CIA Pertama di Indonesia

Likuidasi OSS oleh Presiden Amerika Harry S. Truman pada 1 Oktober 1945 sempat membuat vakum aktivitas para agennya di Indonesia. Setelah dinas baru, CIA, dibentuk pada 1947, barulah aktivitasnya berlanjut. Umumnya para agen Amerika itu berusaha mengikuti perkembangan revolusi kemerdekaan, utamanya terkait potensi masuknya propaganda komunis. 

Dari sekian laporan para agennya, salah satu arsip CIA yang juga sudah dirilis ke publik sejak tahun 1977 adalah laporan memo intelijen No. 113 bertanggal 4 Januari 1949 dengan subyek “Consequences of Dutch ‘police action’ in Indonesia. Memo sebanyak lima halaman dan menuangkan enam poin penting itu menyoroti Agresi Militer Belanda II pada 1948 yang tak hanya mencederai upaya perdamaian oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa tapi juga berpotensi memperlebar potensi masuknya propaganda Uni Soviet ke Indonesia. 

“Aksi Belanda itu membuat USSR (Uni Soviet, red.) menjadikannya senjata propaganda. Situasi yang kacau di Indonesia akan memudahkan perluasan pengaruh melalui China ke Asia Tenggara. Sementara Soviet mengutuk Belanda, cukup jelas mereka memanfaatkan situasi ini untuk alasan propaganda karena kesempatannya begitu ideal untuk mendiskreditkan Amerika di Timur Jauh,” demikian bunyi potongan memo tersebut. 

Baca juga: Operasi Agen CIA Pertama di Indonesia

TAG

john f kennedy kennedy arsip cia agen cia intelijen

ARTIKEL TERKAIT

Lagi, Ribuan Arsip JFK Dirilis ke Publik Membincang Ulang Polemik Gunung Padang Di mana Arsip Pater Beek? Momentum Zulkifli Lubis Arsip Merekam Anak Yatim Zaman Kolonial Arsip Foto Merekam Jakarta di Era Bung Karno Dedikasi Peter Carey Meneliti Pangeran Diponegoro Plus-Minus Belajar Sejarah dengan AI JFK dari Front Pasifik ke Berlin yang Luluh Lantak Ketika JFK Nyaris Meregang Nyawa di Perang Pasifik