Di mana Arsip Pater Beek?

Sosoknya diduga kuat terlibat dalam aksi propaganda bagi umat Katolik di Indonesia untuk penumpasan PKI. Disebut-sebut punya pertautan dengan agenda CIA.

Oleh: Martin Sitompul | 20 Jan 2025
Di mana Arsip Pater Beek?
Pater Beek, SJ. Foto: repro biografi "Pater Beek SJ: Larut Tetapi Tidak Hanyut" karya JB Soedarmanta.

PARTAI Komunis Indonesia (PKI) menemui ajal setelah Gerakan 30 September (G30S) gagal. Selain tentara, sejumlah organisasi masyarakat (ormas) kemudian terlibat dalam penumpasan orang-orang PKI di Indonesia. Mereka tergabung dalam Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September (KAP-Gestapu). Arsip-arsip dari beberapa ormas tadi merekam apa yang terjadi pada tragedi 1965, antara lain Arsip Nahdlatul Ulama (NU) dan Arsip Muhammadiyah. Kedua organisasi keagaaman ini turut andil dalam pemberantasan PKI pasca-G30S.

“Arsip mengenai 1965 bukan berasal dari organisasi Islam saja. Ada organisasi non-Islam yang mempunyai arsip tentang Peristiwa 1965, misalnya arsip Pater Beek,” ungkap sejarawan Asvi Warman Adam dalam “Ekspose Penerbitan - Sumber Arsip PKI dari Tiga Negara” di kanal Youtube Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) yang tayang pada 17 Januari 2025.

Pater Beek yang dimaksud Asvi adalah Josephus Gerardus Beek, seorang pemuka Katolik di Indonesia dari Serikat Jesuit. Lahir di Amsterdam, Belanda pada 12 Maret 1917, Beek mulai menjalani tugas pelayanannya sebagai pastur di Indonesia sejak usia muda. Seperti disebut dalam Ensiklopedia Sejarah Indonesia, Beek merupakan tokoh yang pengaruhnya begitu misterius dalam perpolitikan di Indonesia.

Advertising
Advertising

Baca juga: D.I. Pandjaitan, Balada Jenderal Pendeta

Pada 1949, Beek melayani di Seminari Reallino di Yogyakarta. Seminari ini menjadi tempat berkumpulnya para mahasiswa Katolik Universitas Gadjah Mada. Selain itu, Beek juga mengasuh Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Dia dikenal dengan nama panggilan Pater (Bapak) Beek.

Setelah pindah tugas pelayanan ke Jakarta, Beek menjabat sebagai Sekretaris Nasional Kongregasi Maria. Beek juga mengajar di Universitas Katolik Atmajaya. Peran Beek menonjol secara politik setelah dia mengepalai Biro Dokumentasi Serikat Jesuit di Indonesia. Melalui biro ini, Beek melakukan operasi pengumpulan informasi terhadap berbagai hal, termasuk aktivitas kelompok komunis di Indonesia dan Asia Tenggara.

Dalam menjalankan Biro Dokumentasi, seperti diulas mantan wartawan Angkatan Bersendjata Salim Said, Pater Beek dibantu oleh Soedjati Djiwandono, Kajat Hartojo, termasuk anak binaannya dalam PMKRI seperti Harry Tjan Silalahi dan Lim Bian Kie (Jusuf Wanandi). Lembaga pimpinan Beek itu mengumpulkan bahan untuk menganalisis perkembangan situasi politik. Hasil kajian itu diedarkan ke berbagai kalangan anti-komunis, mulai dari aktivis mahasiswa hingga partai politik. Tapi, mayoritas kajian dari kelompok Pater Beek ini menjadi pegangan rujukan bagi aktivis Katolik.

Baca juga: Salim Said Bicara Tentang Tiga Tokoh Pers

Selain itu, Pater Beek juga giat dalam menyebarkan sejumlah bahan bacaan anti-komunis yang dananya ditengarai berasal dari dinas intelijen Amerika Serikat CIA. Beek disebut-sebut punya hubungan erat dengan CIA melalui Pater Laszlo Ladany, pendeta Jesuit asal Hongaria yang aktif dan berdomisili di Hong Kong sebagai pengamat Tiongkok. Keterangan ini diperoleh Salim Said dari kawannya sastrawan Wiratmo Sukito yang karib dengan Pater Beek.

“Wiratmo Sukito sendiri, selain berhubungan dengan Pater Beek, juga banyak berhubungan dengan tantara, terutama dengan para perwira di sekitar Jenderal Nasution,” kata Salim Said dalam Gestapu 65: PKI, Aidit, Sukarno, dan Soeharto.

Namun, keterlibatan Beek dalam operasi penumpasan PKI dibantah oleh kadernya di PMKRI, Harry Tjan Silalahi. Tjan juga menampik berbagai selintingan miring tentang Beek, mulai dari gerakan bawah tanah anti-PKI hingga agen CIA.

“Tak ada itu. Pater Beek hanya memberi kita bekal keimanan untuk melawan komunis,” tandasnya seperti dituturkan kepada tim Institut Studi Arus Informasi (ISAI) dalam Bayang-Bayang PKI.

Baca juga: Penumpasan PKI di NTT dalam Dokumen Rahasia AS

Menurut Asvi, aktivitas Pater Beek dalam Biro Dokumentasi menarik dan perlu untuk ditinjau lebih lanjut. Biro itu secara berkala menerbitkan ulasan (newsletter) tentang apa saja mengenai PKI. Ulasan yang ditulis Beek berisi respon umat Katolik atas wacana atau isu yang dilontarkan PKI serta bagaimana cara untuk menangkalnya. Di bawah propaganda Beek, kalangan Katolik membendung penyebaran komunisme secara ilmiah. Berbeda dari organisasi lain yang setelah G30S melakukan penumpasan PKI secara fisik, Beek melawan PKI dengan pemikiran.

“Wacana-wacana yang dikeluarkan PKI ditanggapi dan diedarkan pada kader-kader judi slot mereka. Jadi menurut hemat saya, Arsip Pater Beek ini perlu didapatkan dan dikumpulkan menjadi bahan untuk studi tentang Peristiwa 1965,” terang Asvi.

Asvi kurang tahu persis di mana keberadaan Arsip Biro Dokumentasi maupun arsip pribadi milik Pater Beek. Namun, Asvi menduga keberadaan arsip tersebut tersimpan dalam perpustakaan Majelis Waligereja Indonesia (MAWI). Seingat Asvi, rekannya sesama sejarawan yang juga arsiparis mendiang Mona Lohanda pernah diminta oleh MAWI untuk merapikan dan menata perpustakaan mereka. Dari penuturan Mona, arsip-arsip yang tersimpan dalam perpustakaan MAWI sangat kaya sumber sejarah. Selain inventaris arsip yang berhubungan dengan gereja, MAWI juga rajin menerbitkan publikasi Departemen Penerangan. Pidato-pidato Presiden Sukarno terbitan Departemen Penerangan juga tersimpan dalam perpustakaan ini.

“Saya duga arsip Peter Beek ini juga ada di sana. Mungkin bisa diminta atau diambil salinannya oleh ANRI,” usul Asvi.

Baca juga: Berharap TNI Membuka Arsip Terkait Peristiwa 1965

TAG

arsip pater beek asvi warman adam pki

ARTIKEL TERKAIT

Di Balik Markas CIA di Tiga Kota Lagi, Ribuan Arsip JFK Dirilis ke Publik Jasa Zus Ratulangi Derita Anak Pramoedya dan Slank Duka Atim dan Piati Picu Kemarahan PKI Arsip Merekam Anak Yatim Zaman Kolonial Arsip Foto Merekam Jakarta di Era Bung Karno Dedikasi Peter Carey Meneliti Pangeran Diponegoro Memburu Njoto Muljono Dukung PKI