Masuk Daftar
My Getplus

Titin yang Genit

Dia kerap memainkan peran sebagai perempuan genit dan pemikat lelaki.

Oleh: Aryono | 26 Mar 2018
Titin Sumarni dalam film "Putri Medan" (1954).

SUATU ketika di tahun 1951, dr. Huyung, sineas Korea yang berkiprah di Indonesia, menerima dua orang wartawan majalah Life dan Time. Mereka bertemu di lobi hotel Des Indes, Jakarta. Wartawan itu meminta masukan dari Huyung mengenai aktris Indonesia yang layak dimuat fotonya di kedua majalah tersebut.

Huyung, yang saat itu menyewa kamar di Des Indes, segera menuju kamarnya untuk mengambil album “Gadis Olahraga” dan menyerahkannya kepada wartawan itu.

Pada halaman pertama, mereka mendapati wajah Grace Andreas, pemeran film Antara Bumi dan Langit. Hingga beberapa halaman, mereka hanya mendapati aktris-aktris Indonesia berwajah Indo. Keduanya menggeleng.

Advertising
Advertising

“Kami cari bintang film Indonesia, berpakaian Indonesia, bersenyum simpul Indonesia, dan mempunyai tipe Indonesia,” ujar salah satu wartawan.

Huyung tersenyum, seperti mengetahui wajah aktris yang dikehendaki kedua wartawan itu. Dia pun membolak-balik halaman album sampai kepada gambar Titin Sumarni, aktris film Gadis Olahraga besutan Huyung tahun 1951. Dalam film tersebut, Titin memerankan Sumiati, tunangan Anwar yang diperankan Supeno Subono Partosandjojo atau lebih dikenal sebagai S. Bono.

Titin Sumarni lahir pada 28 Desember 1932 dari keluarga priyayi. Ayahnya seorang Jawa pensiunan pegawai negeri di Surabaya, sementara ibunya dari Sunda. Masa kecil Titin dihabiskan di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Semasa kecil, Titin kelewat lincah sampai harus terus digandeng ibunya jika sedang bepergian.

“Kalau Ibu memegang tangan, sakitnya seperti tang menjepit,” ujar Titin dalam Rahasia Hidup Titin Sumarni karya Rd. Lingga Wisnu MS. Jika tak dipegang tangannya, dia akan segera lari dari ibunya. Dia juga lebih suka naik sepeda lelaki dari pada sepeda model perempuan. Saat itu, tentu saja belum jamak seorang gadis naik sepeda lelaki.

Pada usia 16 tahun, Titin dinikahkan dengan Mustari, duda berusia 32 tahun yang bekerja sebagai pegawai negeri di kantor urusan ekonomi wilayah Tasikmalaya.

Bersama Mustari, Titin mulai menapaki jalan keartisan. Melalui perantara Harun Al Rasyid, pegawai di studio Golden Arrow, dia dikenalkan kepada Rd. Arifin yang akan menggarap sebuah film.

Dalam Apa Siapa Orang Film Indonesia, 1926-1978, Titin disebut mendapat peran dalam film Seruni Laju (1951). Dalam debut pertama ini, dia memerankan Seruni, dan beradu peran dengan Turino Djunaedi yang membawakan tokoh Herlan. Seruni digambarkan sebagai wanita yang menikah dengan Herlan, namun belum memiliki kematangan jiwa untuk berumah tangga.

Setelah Seruni Laju, Titin mulai dilirik beberapa produser. Selama tahun 1951, dia membintangi film Gadis Olahraga; Kenangan Masa, Main-Main Jadi Sungguhan, Dunia Gila, dan Sepanjang Malioboro.

Tahun berikutnya, Titin kembali membintangi lima film: Si Mientje, Satria Desa, Terkabul, Pengorbanan, Pahit-Pahit Manis, dan Apa Salahku. Dalam film Terkabul, Pengorbanan dan Satria Desa, dia beradu peran dengan aktor S. Bono. Para sutradara cenderung memasangkan Titin dan S. Bono sebagai pasangan romantis.

Kematangan teknik seni peran Titin menggoda Djamaludin Malik, bos Perseroan Artis Indonesia (Persari). Dia telah mengendus bakat Titin sejak bermain di filmnya, Sepanjang Malioboro. Pada 1953, Titin bermain dalam tiga film produksinya, yaitu Asam Digunung Garam Dilaut, Gara-gara Hadiah dan Lagu Kenangan. Tak hanya main film drama, Titin pun menjajal film komedi musikal, seperti Putri Solo besutan sutradara Fred Young.

“Rumah produksi Bintang Surabaya NV berusaha untuk mengedepankan mitos tentang ‘putri Solo’ dengan menjadikannya judul film,” tulis Tanete Pong Masak dalam Sinema Pada Masa Sukarno.

Di film tersebut, Titin memerankan tokoh Sulastri yang berhasil membuat Hirlan (Chatir Harro) jatuh hati padanya. Padahal Hirlan sudah mempunyai tunangan, Haryati (Paulina Robot). Suasana komedi semakin kental dengan hadirnya aktor-aktor komedi pendukung seperti S. Poniman, Sri Mulat dan Kuncung.

“Saya sebagai regisseur (sutradara, red.) hanya melihat suatu kemungkinan yang baik. Titin bisa menjadi lebih baik. Pokoknya hanya kepada regisseur, apakah bisa menciptakan dia jadi seorang ceriwis atau genit dalam filmnya. Itulah sifat dan tokoh yang harus diperankan oleh Titin,” ujar Huyung.

Dalam film-film berikutnya, Titin beberapa kali mendapatkan karakter perempuan genit. Bahkan, dia tak menampik jika harus beradegan ciuman dengan lawan mainnya.

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Satu Episode Tim Garuda di Olimpiade Ibnu Sutowo dan Anak Buahnya Kibuli Wartawan Kisah Bupati Sepuh AS Kembalikan Benda Bersejarah Peninggalan Majapahit ke Indonesia Mata Hari di Jawa Menjegal Multatuli Nobar Film Terlarang di Rangkasbitung Problematika Hak Veto PBB dan Kritik Bung Karno Ibu dan Kakek Jenifer Jill Tur di Kawasan Menteng