Masuk Daftar
My Getplus

Scarecrow Press, Penerbit Kamus Sejarah Indonesia

Berawal dari ruang bawah tanah universitas, penerbit Amerika ini menerbitkan kamus-kamus sejarah termasuk kamus sejarah Indonesia.

Oleh: Hendaru Tri Hanggoro | 23 Apr 2021
Kantor pusat Scarecrow Press yang berinduk ke Penerbit Rowmann & Littlefield di Maryland, Amerika Serikat. (Gmaps)

Kamus Sejarah Indonesia terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memancing perdebatan panjang lebar. Kamus itu tak memuat lema K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Karuan orang-orang NU protes keras. Sejumlah pihak juga menganggap pembuatan kamus itu kurang transparan dan melibatkan masyarakat.

Dalam rilisnya, Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), organisasi profesi sejarawan, meminta Kemdikbud menarik kamus itu. Mereka juga mendorong Kemdikbud segera merevisi kamus tersebut dengan melibatkan komunitas kesejarahan, media, leksikografer, dan akademisi.

Di sisi lain, MSI mengapresiasi inisiatif pembuatan kamus sejarah. “Langkah penting dalam memajukan pengetahuan sejarah di Indonesia,” tulis MSI.

Advertising
Advertising

Di Indonesia, penerbit Komunitas Bambu menerjemahkan Kamus Sejarah Indonesia karya Robert Cribb, sejarawan asal Australia, dan Audrey Kahin, sejarawan asal Amerika Serikat, pada 2012. Kamus ini merupakan bagian dari proyek besar penerbit Scarecrow Press, Amerika Serikat. Didirikan oleh Ralph Robert Shaw pada 1950, penerbit swasta ini mengambil ceruk pasar akademisi dan perpustakaan. Buku-buku yang diterbitkan tak terlalu menarik dari sisi estetika dan tata letak, tapi sangat berbobot dari segi isi.

“Kebijakan Scarecrow ketika itu adalah tampilan buku tidak penting... Tak ada sampul hardcover untuk melindungi buku dari debu karena buku ditujukan terutama untuk pasar perpusatakan. Dan pegawai perpustakaan selalu rutin membersihkan debu dari buku,” catat Anthony Slide dalam “A Publishing Phenomenon That Begins and Ends With Scarecrow Press, termuat dalam Film History, Volume 22 Nomor 3, September 2010.

Baca juga: Tak Ada Lema KH Hasyim Asy'ari, Kamus Sejarah Picu Kontroversi

Ralph seorang kutu buku yang lebih mementingkan isi ketimbang bentuk. Dia juga tak mau pusing soal biaya tambahan penerbitan. Menurutnya, buku bagus harus terbit walau hanya terjual sebanyak 500 eksemplar. Dia lebih berminat pada distribusi ilmu ketimbang bagaimana memperoleh uang dari terbitan itu.

Karena itu Ralph mencari cara agar tak perlu mengeluarkan banyak biaya. Dia enggan mengeluarkan uang untuk sewa kantor, iklan, dan pengeluaran tak penting lainnya. Jumlah stafnya pun sangat minimalis. Staf pertamanya adalah istrinya sendiri. “Inilah Scarecrow,” kata Ralph.

Ralph menerbitkan buku dari ruang bawah tanah tempat kerjanya di Universitas Rutgers. Buku-buku terbitan Ralph ternyata jauh lebih bermutu daripada buku terbitan universitas atau lembaga resmi lainnya. Ketika penerbit ini mulai berkembang, Ralph berpikir untuk menerbitkan seri pengetahuan sejarah umum tentang negara-negara di dunia yang bisa dinikmati banyak kalangan. Inilah apa yang kemudian disebut seri kamus sejarah Scarecrow.

Ralph Robert Shaw, pendiri penerbitan Scarecrow Press yang menerbitkan Historical Dictionary of Indonesia karya Robert Cribb yang kemudian diterjemahkan menjadi Kamus Sejarah Indonesia terbitan Komunitas Bambu. (en.wikipedia.org)

Penerbit itu telah menerbitkan kamus-kamus sejarah untuk banyak negara sejak 1967. Tze-chung Li dalam Social Science Reference Sources menyebut seri pertama penerbitan itu adalah kawasan Amerika Latin. Kemudian pada 1970-an menyusul kamus sejarah Afrika, Asia, Eropa, dan Oseania.

Baca juga: Kamus Sejarah Indonesia Jilid I Segera Direvisi

Khusus untuk kawasan Asia, penerbitan kamus sejarah itu dieditori oleh Jon Woronoff. Dia mengungkapkan pembuatan kamus sejarah seri Asia itu dimulai “dengan kronologi, daftar akronim dan pendahuluan, dan diakhiri dengan lampiran yang berkaitan dengan ekonomi, pemerintahan, daftar raja, presiden, dan sebagainya,” tulis Woronoff dalam “Scarecrow Press: The Asian Historical Dictionary Series”, yang termuat dalam International Institute for Asian Studies News Letter 7, 1996.

Bagian utama kamus itu berisi penjelasan tiap entri yang disusun dalam urutan abjad. Entri-entri yang masuk berhubungan dengan sejarah, politik, ekonomi, masyarakat, dan budaya di tiap negara. “Mereka mencakup orang-orang penting, tempat, peristiwa, institusi, dokumen-dokumen dasar, ideologi, dan kebijakan,” lanjut Woronoff.

Penjelasan entri tersebut ditekankan pada hal-hal aktual dari masa lalu sehingga masih relevan pada hari ini. “Meskipun ada upaya juga untuk kembali melacak ke asal-usulnya,” lanjut Woronoff. Setiap kamus sejarah itu punya rumusan dasar: “Entri-entri masa lalu yang dekat dengan hari ini adalah entri yang paling banyak dimasukan dan dijelaskan”.   

Baca juga: Kisah Kamus Sejarah Mengenai Indonesia

Woronoff menyadari aturan itu membuat kamus-kamus sejarah ini kelihatan kurang menyejarah bagi sebagian orang. Tapi Woronoff menyatakan, kamus-kamus sejarah semacam ini akan sangat berguna bagi para ilmuan politik, jurnalis, guru, dan siswa sekolah.

Pada bagian akhir tiap kamus, ada daftar pustaka utama. Tiap sumber penulisan diklasifikasikan berdasarkan subjek. Sumber rujukan itu menyita sekira 50-100 halaman di tiap buku. Satu kamus sejarah bisa memiliki tebal 500-600 halaman.

Woronoff kemudian mengisahkan, penentuan subjek kamus dan pedoman kerja jauh lebih mudah daripada pencarian penulisnya. Untuk seri Afrika, Scarecrow Press menghabiskan 25 tahun untuk mencari penulis yang cocok bagi tiap jilidnya. Mengingat saat itu tak banyak orang punya pengetahuan, minat, dan keahlian mendalam tentang Afrika.

Historical Dictionary of Indonesia edisi pertama karya Robert Cribb. Kamus ini merupakan bagian kecil dari proyek penerbitan kamus-kamus sejarah negara di Asia, Afrika, Amerika, dan Oseania. (goodreads.com).

Woronoff mengakui, pencarian penulis lebih mudah untuk kamus sejarah kawasan Asia. Tapi Scarecrow Press tak mau kamus itu asal jadi. “Tujuannya bukan hanya untuk menghasilkan buku. Kualitas juga harus diperhatikan dan ini berarti hanya penulis dengan pengetahuan yang mendalam dan luas tentang negara itu yang dapat menunaikannya,” terang Woronoff.

Ketika kamus-kamus sejarah itu terbit di tiap negara, tak sedikit cendekiawan setempat menguliti habis-habisan. Ini terungkap dalam David C. Tambo, pakar sejarah perbudakan Afrika dalam “African Historical Dictionaries in Perspective” yang termuat dalam African Studies Association, Volume 6, 1980.

Tambo merangkum sejumlah kritik yang berkisar pada kekurangcermatan penjelasan, keseimbangan penulisan, metodologi pemilihan entri, kekurangan referensi silang, dan salah ketik.

Woronoff juga mengakui beberapa kelemahan kamus sejarah ini. Tiap kamus ini hanya ditulis oleh satu orang yang punya kemampuan mendalam tentang negara yang bersangkutan. Karena itu, penulisan akan memakan waktu lama. Dan tetap saja kesalahan sangat mungkin terjadi.

Baca juga: Lika-liku Perumusan Kamus Ternama Dunia

Menyadari kritik-kritik demikian, Scarecrow kemudian menerbitkan edisi revisi kamus-kamus tersebut. “Tak hanya isinya yang diperbarui, tetapi juga diperluas, guna memberikan informasi tentang periode terakhir dan juga mengisi celah yang telah dilihat oleh pembaca,” tulis Woronoff. Revisi juga bertujuan menjaga kamus sejarah tetap aktual.

“Karya tersebut menua dan akhirnya menjadi usang. Kami tak bisa berbuat apa-apa untuk penuaan. Tapi kami dapat menyegarkan buku kami secara berkala,” lanjut Woronoff.

Beberapa kamus sejarah yang telah direvisi itu, termasuk Historical Dictionary of Indonesia karya Robert Cribb dan Audrey Kahin, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa setempat dan telah mendorong orang-orang setempat untuk membuat kamus serupa. Scarecrow hingga sekarang masih menerbitkan kamus-kamus khusus lain terkait ilmu pengetahuan di luar sejarah. Para penulisnya biasanya hanya terdiri dari satu atau dua orang, tapi merupakan pakar di bidangnya masing-masing.

TAG

buku kamus sejarah

ARTIKEL TERKAIT

Sudirman dan Bola Tradisi Sungkeman Thomas Nussy versus Anak Cik Di Tiro Eks Pemilih PKI Pilih Golkar Tradisi Membeli Baju Lebaran Kematian-kematian Sekitar Pemilu 1971 Rolls-Royce Punya Cerita Pyonsa dan Perlawanan Rakyat Korea Terhadap Penjajahan Jepang Melawan Sumber Bermasalah Benshi, Suara di Balik Film Bisu Jepang