Masuk Daftar
My Getplus

Jejak Kak Seto

Sejak muda Kak Seto mendedikasikan hidupnya untuk anak-anak. Kini dia tengah dikecam.

Oleh: Petrik Matanasi | 08 Sep 2022
Kak Seto memperingati 52 tahun pengabdiannya untuk anak-anak pada 4 April 2022. (Instagram @kaksetosahabatanak).

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi, yang dikenal sebagai Kak Seto, dihujat karena peduli kepada anak-anak Putri Candrawathi dan Ferdy Sambo. Maklum Ferdy Sambo dan istrinya sedang menjadi “musuh bersama” masyarakat karena terlibat dalam pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat.

Kak Seto khawatir dengan anak-anak Putri dan Ferdy Sambo. Dia mendengar anak mereka yang remaja menjadi sasaran perundungan (bullying). Sementara anak yang paling kecil masih membutuhkan air susu ibu. Putri pun tidak ditahan dengan alasan kemanusiaan. Sehingga masyarakat membandingkan perlakuan terhadap Putri dengan ibu-ibu dari masyarakat biasa yang dipenjara bersama anak-anaknya. Publik juga menilai kepedulian Kak Seto hanya kepada anak-anak Putri dan Ferdy Sambo.

Kak Seto bukan “anak kemarin sore” dalam membela anak-anak Indonesia. Kehadiran orang-orang yang peduli kepada anak-anak seperti Kak Seto selalu dibutuhkan mengingat hak-hak anak kerap dilanggar bahkan oleh orang tuanya sendiri.

Advertising
Advertising

Baca juga: Cita-Cita Favorit Anak-Anak Tiap Zaman

Menurut Konvensi Hak-Hak Anak Internasional, anak memiliki hak-hak antara lain: Hak kelangsungan hidup yaitu hak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup dan hak memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya. Hak perlindungan yaitu perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi, kekerasan, dan keterlantaran. Hak tumbuh kembang yaitu hak memperoleh pendidikan dan hak mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan sosial. Hak berpartisipasi yaitu hak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak.

Kak Seto tentu berpegang pada hasil konvensi internasional tersebut. Selain itu, dia juga berpedoman pada UU No. 23 Tahun 2022 Tentang Perlindungan Anak, di mana dia berperan dalam penyusunannya. Dalam majalah Parlementaria Nomor 40 Tahun 2002, Kak Seto menyebut Komisi Nasional Perlindungan Anak banyak dilibatkan melalui satu tim khusus dalam memberikan masukan-masukan untuk bisa disusunnya pasal-pasal dalam Rancangan Undang-Undang Perlindungan Anak tahun 1992.

Kak Seto juga peduli dengan pekerja anak. Menurutnya, meski harus membantu orang tua, seorang anak haruslah punya waktu untuk belajar dan bermain. Masih banyak orang tua yang tidak paham pentingnya bermain bagi anak-anak. Bermain dianggap sebagai sesuatu yang percuma, padahal dalam bermain anak-anak juga belajar dengan cara yang menyenangkan.

Baca juga: Lima Dekade Lagu Anak-anak Indonesia

Kak Seto lahir di Klaten pada 28 Agustus 1951. Setelah lulus SMA St. Louis Surabaya, dia mencoba masuk Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Karena gagal, dia memutuskan pergi ke Jakarta.

Selama di Jakarta, seperti diakuinya dalam Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985–1986, Kak Seto pernah menjadi tukang cuci dan tukang bersih-bersih pada sebuah keluarga yang rumahnya besar. Di rumah itu, dia merawat anak pemilik rumah. Pernah pula dia menjadi kuli bangunan. Sejak muda dia juga sudah menulis di majalah anak Si Kuncung.

Suatu hari, Kak Seto melamar untuk magang kepada Pak Kasur yang mengasuh anak-anak di TVRI. Dia tertarik setelah melihat keseruan Pak Kasur bermain dengan anak-anak. Pengetahuan Kak Seto tentang dunia anak-anak bertambah setelah belajar dari Pak Kasur dan kuliah psikologi di Universitas Indonesia.

Baca juga: Lagu Sepeda dan Pak Kasur

Dalam beberapa tahun kemudian, Kak Seto bisa membuat kegiatan mengasuh anak-anak seperti Pak Kasur pada era 1970-an. Ketika itu usianya sekitar 20-an tahun. Sejak muda itu pula dia sudah dikenal sebagai pegiat anak.

Kak Seto muda pernah ikut bermain dalam film tentang anak-anak berjudul Tangan-tangan Mungil (1981). Popularitasnya semakin menanjak di dunia anak-anak. Tidak heran jika sekitar 1983, dia menjadi Ketua Pelaksanaan Pembangunan Istana Anak-anak di Taman Mini Indonesia Indah. Tahun berikutnya, dia mendirikan Yayasan Nakula Sadewa yang menampung anak-anak kembar. Kak Seto sendiri lahir sebagai anak kembar. Saudara kembarnya seorang dokter, Kresna Mulyadi.

Kak Seto yang mengaku bengal ketika kecil, pada era 1990-an kerap tampil di televisi bersama karakter boneka bernama Komo. Acara ini memperkaya hiburan untuk anak-anak.

Saat ini Kak Seto tengah dikecam karena peduli kepada anak-anak Putri dan Ferdy Sambo. Itu menjadi bagian dari perjalanan pengabdiannya selama 52 tahun untuk anak-anak Indonesia.

TAG

anak anak

ARTIKEL TERKAIT

Nasib Pelukis Kesayangan Sukarno Setelah 1965 Riwayat Jackson Record Pawang Hujan dalam Pernikahan Anak Presiden Soeharto Mata Hari di Jawa Menjegal Multatuli Nobar Film Terlarang di Rangkasbitung Genderuwo yang Suka Menakut-nakuti Maqluba Tak Sekadar Hidangan Khas Palestina Eric Carmen dan "All By Myself" Warrior, Prahara di Pecinan Rasa Bruce Lee