Beberapa tahun silam, Ariel Noah dan Candil eks vokalis Serieus menyanyikan lagu berjudul “Ayah”. Lagu lawas itu pun populer lagi.
Lagu “Ayah” diciptakan dan dipopulerkan pertama kali oleh sebuah band asal Medan yang populer di tanah-air awal 1970-an. Nama band itu adalah The Mercy’s. The Mercy’s berisi anak-anak keluarga kelas menengah di Medan. Pendirinya Rizal Arsyad, Erwin Harahap, dan Rinto Harahap. Kecuali Harahap bersaudara, para pemainnya datang silih berganti.
Baca juga: Lapo Tuak, Restonya Orang Batak
Sebagaimana umumnya band baru, mereka meretas kesuksesan dengan manggung dari pesta ke pesta dan membawakan lagu-lagu orang yang sudah terkenal. Namun, band ini pernah juga bermain di negeri jiran. Suatu ketika, The Mercy’s memainkan lagu “Tiada Lagi” di Radio Republik Indonesia (RRI) Medan. Tak dinyana, itu membuat nama The Mercy’s terangkat di Medan. Majalah Aktuil No. 110 1972 menyebut mereka kemudian hijrah ke Jakarta sejak September 1971.
Formasi The Mercy’s saat itu, yang dianggap terdahsyat, terdiri dari Erwin (gitar), Rinto (bass dan vokal), Reynold Panggabean (drum), Charles Hutagalung (keyboard dan vokal), dan Albert Sumlang (saksofon). Di ibukota, mereka berusaha membuat lagu sendiri. Seperti Koes Plus, The Mercy’s cukup produktif membuat album. Dalam setahun The Mercy’s bisa membuat dua album, yang tiap album rata-rata berisi 10 lagu.
Baca juga: Di Balik Lagu “Maria”
Tak hanya produktif, album-album awal The Mercy’s terbilang sukses. The Mercy’s pun dapat banyak panggung.
Namun, di balik kesuksesan itu ada kemalangan yang dialami beberapa personel The Mercy’s. Keluarga Rinto dan Erwin di zaman Orde Baru itu terseret kasus hukum yang "berbau" politis. Buku tentang Rinto yang ditulis Iz Harry Agusjaya Moenzier, Gelas-gelas Kaca, menceritakan bahwa ayah Erwin dan Rinto, James Warren Harahap, sempat ditahan. James –merupakan bankir yang pernah menjadi kepala Kantor Bank Negara Indonesia (BNI) di Sibolga dan direktur utama Bank Pembangunan Daerah Sumatra Utara (BPDSU)– ditahan karena dituduh menyelewengkan jabatan. Pengadilan negeri memvonisnya tiga setengah tahun penjara.
Keluarga James menganggapnya rekayasa. Pasalnya, James pernah berselisih dengan Gubernur Sumatra Utara Brigadir Jenderal Ulung Sitepu, yang kemudian dicap G30S. James tidak mau diperalat untuk tujuan politis siapapun.
Baca juga: Kerugian Nasional Akibat Genosida Politik 1965-1966
James sendiri tak ikut-ikut G30S. Namun nama baiknya tidak sedang baik-baik saja. Nama baik James berusaha dipulihkan atau direhabilitasi setelah 1965 namun hasilnya tak seperti yang diharapkan. Jalan yang dilalui James kian berat hingga membuatnya jatuh sakit ketika Rinto dan Erwin memilih membangun karier musik. Adik mereka masih kecil dan harus hidup susah di Jakarta. Keluarga Harahap yang berkecukupan di era 1950-an dan awal 1960-an, berubah drastis pada akhir 1960-an. James akhirnya tutup usia di masa sulit itu.
Untuk menghormati dan mengenang James, Rinto kemudian menulis lagu berjudul “Ayah”. Lagu ini muncul dalam album The Mercy’s Volume IV.
Baca juga: Mengenal Pak Dal, Pencipta Lagu Bintang Kecil
Kalimat “Lihatlah, hari berganti. Namun tiada seindah dulu...” pada lagu itu barangkali menggambarkan perubahan kondisi keluarga mereka yang drastis dan makin sulit secara ekonomi. Sementara, reffrain “Ayah dengarkanlah. Aku ingin berjumpa. Walau hanya dalam mimpi...” yang amat pilu membuatnya amat mengena di hati pendengar sehingga cukup diingat. Alhasil, suara Rinto yang menyanyikan lagu tersebut diingat banyak orang. Ensiklopedi Jakarta: Culture & Heritage Volume 3 menyebut lagu yang sukses ini memperoleh penghargaan Piringan Emas dan nama The Mercy’s pun makin terkenal lagi.
Usai lama vakum, The Mercy’s berkumpul lagi dengan formasi terdahsyatnya pada 1990-an. Mereka merilis ulang lagu “Ayah” bersama lagu-lagu lainnya seperti “Tiada Lagi”, “Hidupku Sunyi”, dan “Dalam Kerinduan”. “Ayah” pun kembali populer di era 1990-an.